Tak ada yang lebih menyakitkan dari kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup kita untuk selama-lamanya.***
Hampa.
Ya, sepertinya rasa itu cocok untuk mendeskripsikan bagaimana Karin saat ini. Hari-harinya memang masih sama. Namun, ada yang berbeda.
Sepi.
Sunyi.
Beberapa hari terakhir, Karin terus mengurung dirinya di dalam kamar. Tak ingin bertemu dengan siapapun.
Tak ada yang lebih menyakitkan dari kehilangan seseorang yang amat berarti dalam hidup kita untuk selama-lamanya.
Yang Karin lakukan sepanjang hari hanya berdiam diri. Menyesali apa-apa yang telah ia perbuat semasa Ibunya hidup. Mengutuk dirinya yang tak bisa memberikan apapun.
Menjelang malam, Karin akan menangis tersedu-sedu sembari menyebut nama sang Ibu. Paginya, ia akan terbangun mencari-cari keberadaannya. Kejadian itu terus berulang setiap hari.
Bisanya Karin akan melihat Ibu lalu-lalang di dalam rumah. Selalu ada Ibu yang duduk di kursi ruang tengah, menunggunya pulang lalu ia akan bercerita tentang hal-hal baru yang terjadi. Biasanya akan ada perdebatan ketika ia tak mendengarkan arahan Ibu karena lebih mementingkan egonya.
Sekarang, semua itu hilang. Karin kebingungan. Ia hilang arah. Tidak punya tujuan dan tempat untuk pulang.
Awan mendung masih terlalu kuat melilitnya.
Setelah ini ia harus apa?
Menyusul Ibu? Sepertinya itu bukan hal yang buruk.
Karin bangkit. Bergerak menuju nakas, membuka laci paling bawah. Lalu menggenggam benda yang terbuat dari besi. Mungkin benda ini bisa membantunya bertemu dengan sang Ibu.
Perlahan. Ia arahkan benda tajam itu pada titik nadinya.
Matanya terpejam.
Ibu... tunggu Karin.
Shhh
Ringisan itu keluar saat ia merasakan sayatan pertama. Tahan, Rin. Ini belum seberapa dengan apa yang Ibu rasakan selama ini.
Sayatan kedua kembali ia lakukan.
Braakk!!!
"KARIN!!"
Prang.
Benda ditangannya terlempar begitu saja. Karin membuka matanya yang berair. Menatap sosok yang dengan begitu berani menggagalkan rencananya.
"JANGAN GILA!!" Bentaknya.
Bibir Karin bergetar. Napasnya tercekat. Matanya kembali mengabur. Hingga tetes air itu kembali meluncur.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [END]
Teen FictionDimana ada Fauzan disitu ada Karin. Dimana ada Karin disitu pun ada Fauzan. Mereka itu ibaratkan amplop dan perangko. Padahal mereka bukan saudara kembar, bukan juga kakak beradik. Hanya saja, pertemanan yang sudah terjalin sedari kecil membuat ked...