Chapter 14 - Andin Sakit

1.3K 71 3
                                    

Seffaro Cafe
Al yang baru saja sampai melihat Irvan yang sedang menunggunya di salah satu meja.
"Om, udah lama om?" Tanya Al sambil salam ke Irvan. "Enggak, om juga baru sampai kok. Oh ya, silahkan duduk Al" jawab Irvan. "Iya om" ucap Al sambil ingin duduk. "Jadi kamu mau cerita soal apa?" Tanya Irvan. "Begini om, sebenarnya anak Andin masih hidup" ucap Al. "Hah, maksud kamu Nindi masih hidup?" Tanya Irvan tak percaya. "Iya om" jawab Al.

"Tapi bagaimana bisa? Sekarang kamu tau anak Andin ada di mana?" Tanya Irvan. "Sebenarnya Reyna itu adalah Nindi om" jelas Al. "Reyna? Reyna anak adopsi kamu dan Andin?" Tanya Irvan. "Iya om" jawab Al. "Tapi bagaimana bisa? Sekarang Reyna ada di rumah kamu? Kita ke rumah kamu, om mau jumpa sama Reyna. Dari kemarin juga belum jumpa kan? Tapi, sebelum itu kamu harus cerita dulu. Kenapa Reyna bisa ada di panti dan di adopsi sama kamu" ucap Irvan.

"Jadi dulu, saya mengira kalau Reyna itu anak adik saya Roy" ucap Al. "Bagaimana bisa kamu bilang begitu, apa ada bukti? Tanya Irvan. "Saya tidak punya bukti om, tapi saya dengar kalau Andin saat itu melahirkan dan Nino gak mau mengurus anak itu karena pada saat itu Nino mengira kalau itu anak perselingkuhan Andin dan Roy om" jelas Al. "Perselingkuhan? Andin selingkuh? Hahahaha" ucap Irvan sambil tertawa. "Om, kenapa tertawa?" Tanya Al

"Gak, lucu aja dengarnya. Bisa-bisanya bilang Andin selingkuh, sementara dari mukanya aja udah kelihatan polos begitu. Bahkan karena terlalu polos, bisa-bisanya dia bilang enak kalau di dalam penjara" ucap Irvan. "Oh ya, kira-kira kamu tau gak siapa yang sudah fitnah Andin selingkuh?" Tanya Irvan. "Saya gak tau si om" jawab Al. "Yaudah, nanti om yang akan cari tahu. Sekarang kita ke rumah kamu ya, om mau ketemu sama cucu om. Oh ya, nanti kamu jangan cerita dulu ke Andin. Om takut dia syok nanti" ucap Irvan. "Iya om" jawab Al.

Pondok Pelita
Setelah sampai di pondok pelita, Al dan Irvan masuk ke dalam.
"Papah" ucap Reyna sambil lari memeluk Al. "Reyna, ini opa kamu" ucap Al. "Opa? Opa yang mana pah? Opa ku kan cuma 1" tanya Reyna. "Sekarang opa Reyna ada 2, opa Surya dan opa Irvan" jelas Al. "Reyna, ini opa kamu nak. Sini peluk dulu" ucap Irvan.

Reyna pun langsung memeluk Irvan. "Yey, sekarang opa ku ada 2" ucap Reyna senang. "Iya sayang, kita main yuk. Reyna mau main sama opa gak?" Ucap Irvan. "Mau dong opa" jawab Reyna. "Om, saya ke kamar dulu ya" ucap Al. "Iya Al" jawab Irvan.

Sesampai nya di kamar, Al melihat Andin yang sedang tertidur pulas. Al pun mendekatinya dan mengelus kening Andin dengan lembut. Al merasa kening Andin panas.
"Kening Andin kok panas?" Ucap Al sambil memegang kening dan tangan Andin.

Karena Al, Andin tidurnya terusik. Andin pun bangun.
"Mas, kamu udah pulang. Aku siapin makanan dulu ya" ucap Andin sambil salam ke Al dan hendak berdiri pergi ke dapur. Belum sempat Andin berdiri, Al menarik tangan Andin. "Kamu kenapa, kok muka kamu pucat? Badan kamu juga panas" Tanya Al. "Aku gak apa-apa kok mas, aku buatin makanan dulu untuk kamu" jawab Andin.

"Gak apa-apa gimana, badan kamu panas gini. Udah kamu istirahat aja dulu, muka kamu pucat banget ndin" ucap Al. "Tapi mas, aku mau nyiapin makanan buat kamu. Kamu capek, baru pulang kerja. Aku gak mau jadi istri yang durhaka" jawab Andin. "Gak, gak kamu istirahat dulu" ucap Al. "Tapi mas..." Ucap Andin. "Andin bisa gak nurut kata suami, katanya gak mau jadi istri yang durhaka" ucap Al. Andin pun mengangguk, dan membaringkan tubuhnya di kasur. "Tunggu di sini" ucap Al.

Al pun pergi mengambil air kompresan.
Andin, Andin kamu itu takut sama saya atau gimana?. Sedang sakit aja kamu tetap mikirin saya. Batin Al.

Karena dapur dekat dengan ruang tamu, Irvan melihat Al membawa air kompresan pun bertanya.
"Al, kamu bawa itu untuk siapa? Andin sakit?" tanya Irvan. "Iya om, badan Andin hangat" jawab Al. "Astaghfirullah, ya udah kamu obatin Andin ya" ucap Irvan. "Iya om" jawab Al.

Sesampainya di kamar, Al langsung mengobati Andin. Al mengkompres kening Andin dengan sangat lembut, agar tidak menggangu tidur Andin. Setelah mengobati Andin, Al keluar dari kamar dan membiarkan Andin istirahat.

"Sudah kamu obati Al?" Tanya Irvan.
"Udah om" jawab Al. "Bagus kalau gitu, semoga Andin cepat sembuh" ucap Irvan. "Iya om" jawab Al.

"Al, om pulang dulu ya" ucap Irvan. "Reyna opa pulang dulu ya sayang" ucap Irvan. "Yah, kok opa pulang sih. Kan aku masih mau main" ucap Reyna. "Nanti opa datang lagi, terus kita main lagi" ucap Irvan. "Bener ya opa?" Ucap Reyna. "Iya sayang, yaudah opa pulang dulu ya" ucap Irvan. "Ok opa, hati-hati ya" ucap Reyna. "Iya, Al om pamit ya" ucap Irvan. "Iya om, hati-hati" jawab Al sambil salam ke Irvan.

"Mirna....,!!" Panggil Al. "Iya pak bos" jawab Mirna. "Kamu temani Reyna dulu ya" ucap Al. "Siap pak bos" jawab Mirna. "Reyna sama ncuss dulu ya"ucap Al. "Ok pah" jawab Reyna.

Setelah itu, Al ke kamar melihat Andin. Al melihat Andin masih tertidur. Al pun mengganti air kompresan nya karena sudah dingin. Lalu Al mengecek suhu Andin.
Panasnya sudah mulai turun. Batin Al.

Andin yang terusik karena perlakuan Al pun terbangun. "Mas" panggil Andin. "Iya, kamu udah bangun. Gimana, badannya udah enakan?" Jawab Al. Andin pun mengangguk menandakan iya. "Mas, maaf ya aku selalu ngerepotin kamu" ucap Andin sambil menundukkan kepalanya.

"Hei, kamu kenapa? Kamu gak ngerepotin saya kok" jawab Al sambil mengangkat muka Andin yang menunduk. Andin yang terangkat mukanya ke arah Al, membuat mereka berhadap-hadapan sekarang. Tapi Andin belum berani menatap wajah Al, karena dia takut kalau Al memarahinya.

"Hei, kamu kok gak natap saya? Kamu kenapa?" Ucap Al lagi. "Eum, aku cuma takut kamu marah mas" jawab Andin dengan nada terbata-bata. "Huft, enggak. Saya gak marah" jawab Al. "Benar mas, kamu gak marah?" Tanya Andin. "Iya" jawab Al.

"Sini" ucap Al sambil menarik Andin ke pelukannya. "Udah gak usah takut, saya gak marah" ucap Al lagi. "Makasih ya mas" ucap Andin.
Gue gak pernah nyangka, kalau kemarahan gue, bentakan gue selama ini bisa buat Andin setrauma ini. Saya janji, saya akan sembuhkan kamu Ndin agar kamu gak ketakutan dan tertekan lagi. Batin Al.

"Mas, aku boleh makan gak?" Ucap Andin dengan nada yang masih terbata-bata. "Lapar?" Tanya Al. "Iya, boleh gak mas? Kalau gak boleh gpp kok mas. Aku nunggu kamu aja diluan makan baru aku makan" ucap Andin. "Kenapa bilang gitu?" Tanya Al. "Ya karena kan biasanya kamu yang makan dulu baru aku. Kalau gak pun, kita makan bersama" ucap Andin. "Gak harus saya diluan makan, kamu juga boleh kok. Yaudah sekarang kita makan bersama" ucap Al. "Iya, makasih banyak mas" ucap Andin. "Iya" jawab Al.
____________________________________

Ikatan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang