Chapter 57 - Balon Biru

1.8K 102 4
                                    

Beberapa minggu berlalu, hari ini adalah hari di mana Andin harusnya melahirkan. Sudah beberapa hari Al tidak ke kantor karena Al tidak mau meninggalkan Andin di rumah. Selama itu juga Al selalu memperhatikan kesehatan Andin, Al melarang Andin bepergian sendiri, bahkan ke luar kamar harus ditemani oleh Al. Al juga memperhatikan semua makanan yang dimakan oleh Andin.

Hari ini Andin sedang duduk di kasurnya sementara Al mengambilkan sarapan untuk Andin. "Mas Al kemana ya? Kok lama, mau pipis lagi" ucap Andin.

"Aduh ga tahan, ke kamar mandi sendiri aja deh" ucap Andin lalu ke kamar mandi pelan-pelan. Setelah selesai dari kamar mandi Andin pun hendak pergi ke kasur lagi, tetapi tiba-tiba saja perutnya sakit.

"Aduh, perut aku tiba-tiba sakit" ucap Andin sambil memegangi perutnya.

"Mas, mas Al" panggil Andin. "Mas Al" panggil Andin lagi.

Al yang sudah mendekati kamarnya pun mendengar Andin memanggilnya buru-buru Al masuk ke kamar.

"Iya ndin" ucap Al yang baru masuk ke kamar. "Mas, mas tolong mas" ucap Andin yang kesakitan. Dengan cepat Al meletakkan nampan berisi sarapan tadi di atas tempat tidur dan langsung menolong Andin.

"Andin" ucap Al panik. "Mas, sakit mas" ucap Andin kesakitan. Dengan cepat Al menggendong Andin menuju mobilnya.

"Kiki, Kiki" panggil Al. "Kiki kamu bilang sama Uya bukakan gerbang" pinta Al. "Ya ampun mba Andin, iya mas" jawab Kiki lalu berlari ke gerbang.

"Huft huft, mas sakit" ucap Andin. "Iya ndin, kita ke rumah sakit sekarang ya" jawab Al panik. Al pun menggendong Andin ke mobil dengan cepat dia membawa mobilnya menuju rumah sakit.

Selama perjalanan Andin tak henti-hentinya menahan sakit, begitu juga Al yang tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya.

"Mas sakit" ucap Andin mencengkeram kuat tangan Al. "Sabar ndin bentar lagi kita sampai" jawab Al. "Maas" ucap Andin. "Iya" jawab Al.

Sesampainya di rumah sakit Al langsung memanggil suster. "Suster tolong brankar nya sus" ucap Al berteriak. Suster pun membawa brankar nya lalu Al dengan cepat menggendong Andin ke atas brankar.

"Cepat sus" ucap Al panik. "Mas, sakit mas" ucap Andin. "Iya sabar ya" jawab Al. Setelah sampai di ruang observasi yang ada di rumah sakit dan dokter memeriksa keadaan Andin.

"Sudah pembukaan ketiga, kita tunggu sampai pembukaan yang kesepuluh" ucap dokter.

Dari pembukaan selanjutnya sampai akhir Al selalu berada di dekat Andin. Al sangat khawatir karena Andin tak henti-hentinya kesakitan. Al tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Andin dan anaknya.

"Udah pembukaan kesepuluh, sudah saatnya bawa ke kamar bersalin" pinta dokter. Andin pun dibawa ke kamar bersalin.

Di kamar bersalin Al selalu setia berada di dekat Andin. "Baik buk, tunggu aba-aba dari saya baru ibu bisa mengejan" ucap dokter. "Tarik napas buk lalu keluarkan" pinta dokter. "Huft" ucap Andin.

"Baiklah sekarang dorong buk" pinta dokter. "Akkkhh sakit mas" ucap Andin sambil mencengkeram tangan dan baju Al.

"Terus buk, dorong" pinta dokter. Dan Andin pun mengejan lagi. "Terus buk kepalanya sudah mulai terlihat" pinta dokter. Andin pun mengejan lagi dan tepat dorongan selanjutnya terdengar suara tangisan bayi. "Alhamdulillah" ucap Al sambil meneteskan air matanya karena terharu. Sementara Andin yang kelelahan kehilangan kesadaran dan pingsan.

"Dok istri saya kenapa dok?" Tanya Al panik karena melihat Andin tidak sadarkan diri. "Bapak tenang saja, nanti Bu Andin akan sadar kembali" ucap dokter.

"Permisi pak" ucap suster. Suster itu pun meletakkan bayinya di dada Andin. Al pun mencium Andin dan anaknya.

"Terima kasih telah berjuang untuk anak kita" bisik Al ke Andin.

Al pun mengumandangkan adzan di telinga anaknya itu.

Beberapa menit kemudian dokter sudah memindahkan Andin dan anaknya ke ruang inap, Al sudah memesan ruangan inap VVIP untuk Andin dan anaknya.

"Dok istri saya kok belum juga sadar dok?" Tanya Al. "Sebentar lagi pak, kalau gitu saya tinggal ya" ucap dokter.

Tak berapa lama Andin mulai sadar dan membuka matanya. "Mas" panggil Andin. "Kamu udah sadar ndin" ucap Al.

"Sebentar saya panggilkan dokter dulu" ucap Al lalu memanggil dokter. Setelah dokter datang, dokter pun memeriksa Andin. Dan dokter mengatakan bahwa Andin dan bayinya sehat.

"Mas aku mau lihat anak kita" ucap Andin. Al pun ragu menggendong nya karena belum terbiasa. "Mas kamu pasti bisa kan udah aku ajarkan kemarin" ucap Andin. "Saya ragu ndin" jawab Al. "Bisa mas" ucap Andin meyakinkan Al.

Belum sempat Al menggendong anaknya, tibalah Rosa dan Reyna. "Mama papa" panggil Reyna. "Sayang" ucap Andin. Reyna pun berlari memeluk Andin.

"Aduh lucunya cucu Oma" ucap Rosa lalu berjalan ke ranjang Andin. "Lihat deh Al, dia mirip kamu" ucap Rosa. "Iya mah" jawab Al lalu tersenyum melihat anaknya.

"Adikku ganteng pah" ucap Reyna. "Oma aku mau cium adik aku" pinta Reyna. "Iya sayang" jawab Rosa lalu membungkuk sedikit agar Reyna bisa mencium adiknya.

"Kalian udah siapkan nama?" Tanya Rosa. "Sudah mah, Rafif Putra Alfahri yang artinya putra Alfahri yang bersinar" jawab Al. "Nama yang bagus" jawab Rosa.

"Andin" panggil Surya yang baru datang lalu memeluk Andin. "Aku baik pah" jawab Andin. "Itu cucu papa" ucap Surya melihat cucunya yang digendong Rosa. "Iya pah" jawab Andin.

"Aduh gantengnya, mirip kamu ya Al" ucap Surya. "Iya pah" jawab Al. "Iya nih, masa semua mirip mas Al kan yang mengandung selama 9 bulan aku" ucap Andin. "Gak apa-apa ndin, mau mirip Al atau kamu kan tetap anak kalian" ucap Surya. "Iya pah" jawab Andin.

Semua orang berbahagia karena kelahiran balon biru. Sorenya Andin sudah bisa pulang ke rumah. "Kita pulang sekarang kan?" Tanya Andin. "Iya ndin" jawab Al.

Andin pun mengangguk dan hendak turun tetapi dihentikan oleh Al. "Tunggu ndin" ucap Al. "Kenapa mas?" Tanya Andin. "Jangan banyak bergerak" jawab Al lalu menggendong Andin ke kursi roda. Andin yang digendong oleh Al hanya bisa diam.

Setelah Andin duduk di kursi roda Rosa memberikan Rafif ke Andin. Dan mereka pun pulang ke rumah, sebelum pulang di lobby rumah sakit mereka bertemu dengan Candra dan Karina.

"Rosa, Andin, Al" ucap Karina. "Karina" jawab Rosa. "Wah, Andin baru melahirkan ya. Selamat ya" ucap Karina. "Makasih Karina, kalian ngapain di sini siapa yang sakit?" Tanya Rosa. "Ini suamiku dari kemarin dadanya sakit jadi kami mau cek" jawab Karina. "Semoga cepat sembuh ya" ucap Rosa. "Makasih Ros" jawab Karina. "Makasih Rosa" ucap Candra.

"Ya ampun anaknya lucu sekali, selamat ya Al Ndin" ucap Candra. Andin dan Al hanya tersenyum. "Makasih om" jawab Al dan Andin.

"Kamu diluan ya Karina, soalnya Andin mau istirahat dulu" ucap Rosa. "Iya Ros, sekali lagi selamat ya" jawab Karina. Lalu mereka pun pulang ke pondok pelita.

"Andai saja anak Elsa itu adalah anak Nino pasti kami sudah bahagia sekarang" batin Karina. "Mah, mama kenapa?" Tanya Candra. "Enggak ada pah yuk" jawab Karina.
____________________________________

Jangan lupa vote, thank you!!

Ikatan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang