19. SEDEKAT NADI DAN SEJAUH MATAHARI

1.6K 107 1
                                    

Atlan berjalan menghampiri sahabat-sahabatnya itu dengan langkah pelan, dan tangan yang menutupi sebelah pipinya. Menyadari sang kapten datang, kegiatan mereka berhenti sejenak.

"Lama amat lu, mampir ke Mesir dulu apa begimana?" Tanya Haikal.

"Pipi lo kenapa Lan? Kena bogem siapa lu?" Timpal Morgan.

Atlan tak menjawab kedua pertanyaan itu. Ia hanya menurunkan tangannya, dan biarlah mereka sendiri yang menemukan jawaban atas pertanyaan tadi.

"buset! Lo digigit kucing lo? Masa iya sih bekas gigitan gigi nya segede gaban," tebak Haikal.

Mereka bertiga mendekatkan wajahnya untuk melihat itu. Pipinya tampak sedikit memerah dan masih ada bekas gigitan disana.

"Pipi gue digigit kucing gede anjir." Atlan membuka suara dengan raut wajah masam

"Digigit bini lo maksudnya?" Celetuk Morgan.

Atlan mengangguk. Sontak saja Morgan dan Haikal saling pandang dan saling menyenggol dengan tertawa setan.

"Ngapain lo berdua pada ketawa?"

"Udah gigit-gigitan nih ye main nya..." sindir Morgan.

Atlan sontak mendelik tajam. "Heh malih! Buang semua pikiran kotor yang ada di otak lo. Awal nya emang gue yang gigit pipinya, ya tapi cuma hap gitu doang, lah dia bales gue gigitnya pake tenaga dalem."

Reyno beranjak dari duduknya dengan membawa bola basket ditangannya. Ia mulai bosan dengan situasi ini. "Udah pidato nya?" Tanya nya menatap Atlan.

Satu tepukan kekesalan mendarat dipundak cowok itu. "Lo jadi orang gak asik banget sumpah, heran gue kenapa kita bisa betah coba sahabatan hampir enam tahun sama dia," ucap Atlan sembari menoleh kearah Morgan dan Haikal.

"gak tau, heran gue juga." Timpal Haikal.

Reyno beranjak berdiri. "Setidaknya, diantara kalian cuma gue yang bener dan gak aneh-aneh." Ucapnya dan langsung berlalu begitu saja.

"Dasar bocah prik."

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Matahari sudah tergantikan oleh bulan. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dengan nafas yang terengah-engah, mereka semua mengakhiri latihannya dan terduduk dipinggir lapang. Ini lapang in door yang memang sekolah ini siapkan khusus basket. Selebihnya, ada di out door.

"Gue balik sekarang, kasian istri gue nanti bobo sendirian" ucap Atlan yang beranjak berdiri.

"Heleh, sombong amat mentang-mentang udah sah." sahut Haikal.

Atlan menepiskan tangannya keudara. "udahlah, yok pulang. GUYS!! KITA DULUAN!!"

"IYA!! HATI-HATI DIJALAN!" Sahut beberapa anak basket lainnya yang masih bersiap untuk pulang.

Keempat pria ini menjalankan motornya dengan santai, dan saat dipertigaan, mereka semua berpencar dan menuju jalan rumah mereka masing masing.

Kini hanya tersisa Atlan seorang. Matanya bergerak lincah mencari cemilan yang cocok untuk dibawa pulang dan biarlah istrinya sendiri yang menghabiskan.

Belum sempat mendapatkannya, sebuah sepeda motor hitam melaju kencang dari arah belakang. Atlan melirik pada spion, motor hitam itu bergerak ke kanan dan ke kiri dengan ugal-ugalan. Tapi aneh nya dia tidak menyalip motornya.

"Ada yang gak beres." Gumam Atlan seraya menaikkan kecepatannya dan melesat dijalan yang tampak tak begitu padat kendaraan.

Tepat saat belok menuju perumahan rumahnya, motor dibelakangnya menyalipnya dengan kecepatan kencang dan berhenti tepat dihadapannya. Sontak saja Atlan mengerem dadakan.

ATLANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang