Waktu menunjukkan pukul tengah malam. Dan saat ini Atlan tengah berada dilingkar hitam miliknya. Sebelum bertindak gegabah, ia harus mendingankan dulu pikirannya dan mengumpulkan semua pasukannya setelah itu ungkapkan dengan tepat.
"Gays, kita harus bertindak cepat, tapi jangan gegabah. Malem ini kita kehilangan dua orang penting. Morgan sama ceweknya. Nama ceweknya Dessy, dia hilang dari sore dan Morgan hilang kabar sejak setengah jam yang lalu. Dia sempet telfon gue, kalimat terakhir yang gue denger sebelum panggilan itu mati, dia nyebut Jalan Rembulan." Jelas Atlan.
Semua nya tampak menyimak penjelasan Atlan, sampai salah satu dari mereka ditunjuk oleh sang ketua, semua mata tertuju padanya.
"Def, lo coba lacak GPS yang ada dijaket Morgan." Perintah Atlan pada Defan. Yang Atlan tau, pria pendiam berkaca mata itu sangat pandai dalam melacak.
"Sekarang juga ke ruang monitoring. Lacak keberaan Morgan sama Dessy. Data lengkap soal Dessy bakal dikirim sama Gilang" ucap Atlan yang langsung dijawab anggukan oleh Defan.
"Bos, apa ini ada hubungannya sama Sagra?" Tanya salah satu pasukannya disana.
Atlan terlihat diam sejenak. Apa mungkin Sagra muncul kembali? tapi rasa nya tidak mungkin karena beberapa bulan lalu, pria itu baru dijatuhkan hukuman 4 tahun penjara.
"Kalo soal itu gue gak yakin. Tapi kalian waspada aja sama hal yang mencurigakan saat kalian mulai pencarian. Paham semua?"
"Paham!" Jawab mereka serentak.
Atlan menjatuhkan pandangan pada Reyno. "Rey, atur strategi." Reyno hanya mengangguk dan mulai mengatur strategi dan membagi pasukan.
Sementara kawannya mengatur strategi, Atlan berjalan keluar dengan rokok dan pematik api yang sudah ada dijari nya. Melihat keadaan sekitar yang hujannya kini mulai berhenti, hanya menyisakan jalanan yang basah. Suasana diluar nampak tenang dan tidak ada satupun orang atau kendaraan yang melaju disana. Hanya ada gedung bekas yang menjulang tinggi didepan markasnya ini. Letak markasnya memang jauh dari tempat tinggal penduduk. Sengaja Atlan membeli beberapa hektar kawasan ini. Karena semisal ada kericuhan, warga tidak akan ikut resah.
Reyno dari dalam akhirnya keluar menghampiri Atlan. "Lan, semua nya udah siap. Kita juga udah dapet titik Morgan, tapi kalo Dessy, kata Defan agak sulit untuk nemuin dia"
Atlan mengangguk sesaat sebelum dirinya membuang rokok itu dan melangkah menuju motornya. Diikuti dengan Reyno, sisanya tengah bersiap didalam. Namun tiba-tiba langkah pria dingin itu terdiam kala merasa ada yang melintas di matanya.
"Kenapa Rey?" Tanya Atlan.
Reyno menatap Atlan, tapi entah kenapa pandangannya jatuh pada sebuah titik merah di dada Atlan. Saat itu juga mata Reyno membelak dan menarik dengan cepat tubuh Atlan.
BRUK!
Akh!!
Sebelum akhirnya terdengar suara tembakan yang melesat.
Semua orang didalam mendengar suara tembakan itu. Buru-buru mereka keluar lalu menemukan Reyno dan Atlan dengan posisi yang sudah terjatuh.
"kalian gak kena kan???" Panik Haikal sembari menghampiri keduanya. Reyno menggeleng pelan menandakan dirinya baik-baik saja. Tapi Atlan, pria itu meringis sambil memegang bahu nya.
"Lan...bahu lo kena!"
Haikal yang menyadari itu. Bahu sahabatnya terkena peluru melesat, tapi untung tidak sampai menancap disana.
"It's oke Kal...gue gapapa. Suruh yang lain bergerak mulai sekarang juga. Karena situasi disini mulai gak aman." Tutur Atlan.
Atlan berusaha berdiri menghampiri seorang pria berbadan besar. "Lo, cari siapa yang ada dibalik gedung itu. Gue yakin ada seseorang disana. Kalo ketemu, bawa dia dalam keadaan utuh." Ucap Atlan memerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
Ficção AdolescentePria tampan salah satu siswa SMA Garuda ini sudah seperti idol bagi para siswi disana. Sikapnya yang random dan humoris, peraih olimpiade matematika, pemegang jabatan ketua tim basket, dan mantan ketua geng yang berada di Jakarta membuatnya mempunya...