Ujian.Hal yang paling menegangkan melebihi apapun. Hasil yang akan membawanya pada pernyataan 'ini menentukan masa depanmu'. Hari demi hari telah berlalu, bulan demi bulan sudah mereka lalui. Dan selama seminggu saatnya mereka menghadapi puncaknya.
Selama ujian ini mereka benar-benar terfokus dengan belajar, ya walaupun masih sering nongkrong, tapi itu tidak sampai tengah malam. Seperti sekarang, mereka sedang berada di markas. Semenjak kejadian itu, markas harus selalu dipastikan ada orang setiap harinya.
Seorang berbadan besar, berjalan menghampiri Atlan yang tengah terduduk santai dengan membawa beberapa kertas ditangannya. "bos, uang kita udah ke kumpul dua ratus juta. Mau disumbangkan ke panti yang biasa kita datengin tiap tahun?" Tanya Raka. Salah satu pengelola keuangan Ravloska.
Sembari menghisap rokok ditangannya, Atlan mengangguk. "Nanti biar gue sama yang lain yang kesana. Kalian jaga disini aja." Raka hanya mengangguk paham, dan memberikan kertas itu pada Atlan kemudian beranjak pergi dari kursi itu.
"bang Atlan! Minum yok!"
Teriakan itu membuat Atlan menoleh pada seseorang yang berjalan mendekatinya dengan sebuah botol ditangannya. Tepat saat orang itu duduk disampingnya, dan meletakkan minuman itu di meja, seketika mata Atlan membelak.
"heh! Diajarin siapa lo minun-minum ginian?!" tanya Atlan pada Gilang yang nampak kaget karena Atlan langsung berucap dengan nada tinggi.
"kaga ada yang ngajarin sih, cuma gue pengen ngerasain bang," ucap Gilang memelas.
Atlan menggeleng cepat. "ngga ngga. Gak boleh. Kalo lo pulang kerumah bau orang mabok, yang ada gue digorok ntar sama kakak lu." Tutur Atlan
"Ayo lah bangg, dikit ajaa kaga sampe mabok ko!" Ucap Gilang memaksa.
Morgan yang berada tak jauh dari sana, lantas menoleh melihat keributan kecil itu. Saat mendekat, matanya langsung tertuju pada minuman beralkohol itu. Morgan langsung mengambilnya.
"Bocah! Lo gak boleh minum-minum kek gini, mau lo ampe kecanduan mabok? Gue bilangin kakak lo dijamin dikurung langsung noh ama dia," Ketus Morgan dengan menatap nyalang Gilang.
Ditatap Morgan seperti itu, Gilang menjadi sedikit takut sekarang. Ditambah lagi Atlan yang juga menatapnya geram. "j-jangan bang...jangan bilangin kakak guee, ntar dia ngadu ke mami..." rengut Gilang.
Reyno refleks terkekeh dengan sangat pelan. "anak mami so so an mau minum." sindirnya, semakin membuat bocah itu merengut kesal.
"Dah, mending keluar sama gue. Gue jajanin deh, mau kagak?" Ajakan Morgan mampu membuat raut wajah Gilang kembali seperti sedia kala. Sepertinya mood nya naik drastis.
Gilang memangguk cepat dan langsung berdiri. "hayu! bawa gerobak nya ke markas gapapa? sekalian buat yang lain juga, gimana?"
Definisi dikasih hati malah minta semua organ.
Morgan menegak salivanya dengan tersenyum ragu. Menoleh kearah Atlan, yang tampak terkekeh pelan. Atlan paham dengan situasi ini. Ia mengangguk kecil mengiyakan permintaan Gilang.
"iyain aja Mor, ntar sisanya gue yang bayar deh," tutur Atlan.
Morgan lantas mengacungkan jempol nya pada Atlan. Dengan sebelah tangan yang sudah ditarik-tarik oleh Gilang persis seperti anak 5 tahun yang memaksa minta dibelikan es krim.
Atlan hanya menggelengkan kepala melihat mereka yang kian menjauh dari pandangan. Sampai pandangannya menangkap seseorang yang tengah fokus dengan beberapa buku di kursi dan meja yang tak jauh dari posisi Atlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
Teen FictionPria tampan salah satu siswa SMA Garuda ini sudah seperti idol bagi para siswi disana. Sikapnya yang random dan humoris, peraih olimpiade matematika, pemegang jabatan ketua tim basket, dan mantan ketua geng yang berada di Jakarta membuatnya mempunya...