"Ya ampunn Morgan! Gereget dehhh kenapa sih soal kayak gini aja lo gak ngerti?!"
"Stttt"
"Ahh iya maaf,"
Itu Dessy yang tengah menggerutu kesal karena sedang mengajari Morgan pelajaran matematika di perpustakaan. Mereka ini sebentar lagi mau ujian, dan Morgan meminta nya untuk diajari matematika. Tapi sudah hampir setengah jam, Morgan belum juga paham dan soal yang ia buat masih salah pengerjaannya.
"Ya gimana yaa, kapasitas otak gue cuma mentok disituu,"
"Egrh! Coba sekali lagi. Kalau yang kali ini masih salah, gue nyerah."
Morgan menghela nafas pasrah. Ia harus bisa, harus. Tapi kenapa?!Why gitu, ini otak susah banget diajak kerjasama. Mau mledak aja rasanya.
Dengan malas Morgan mengerjakan soal esay matematika itu. Ia menjatuhkan kepalanya dimeja. Mata nya tidak terpokus pada soal, sesekali ia melirik Dessy yang tengah fokus membaca bukunya. Tapi tak sengaja, pandangannya menangkap goresan luka di siku gadis itu.
Refleks ia kembali duduk tegap. "Ini kenapa bisa gini?" Tanya Morgan cemas sambil menarik pelan tangan itu.
Dessy menoleh santai, "ohh ini? Gapapa, cuma luka dikit"
"Iya kenapa bisa luka gini hah?"
"Jatoh waktu main basket pas olahraga tadi,"
"Kok gue gak tau?"
Dessy menghela nafas kasar. Kepo banget ini cowok!.
"Ya emang kenapa? Emangnya kamu harus tau setiap saat?"Morgan mengusap wajah nya kasar. "Lo itu tanggungjawab gue, kalo lo kenapa-kenapa, gue gak enak sama mami lo karena mami lo-"
Dessy mengeryit saat Morgan menghentikan ucapannya. Apalagi, saat bawa-bawa mami nya.
"Mami? Mami gue kenapa?"
"Sialan ni mulut! Ngomong kaga make rem." Batin Morgan.
"Mami lo...mami lo itu..."
Morgan menggantungkan ucapannya membuat Dessy greget bukan main.
"Ish! Mami guee apaaa??"
"Mami lo nitipin lo ke gue."
"Hah?"
Morgan mengangguk. "Semenjak kejadian itu, dan gue yang bawa lo pulang, mami lo ada disana. Setelah gue nyerita tentang hari itu, mami lo bilang ke gue untuk selalu jagaian lo,"
"Kenapa mami bilang gitu?"
"Karena mami lo cuma percaya sama gue,"
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
"TETEH CANTIKK, MIE AYAM DONGGG"
"SIAP AA!!"
Saat ini keempat pria itu tengah berada dikantin. Mengisi perut mereka yang sedari tadi sudah memberontak.
"Pacar gue udah ludes gays,"
Ucapan itu membuat Atlan dan Morgan menoleh kaget.
"Gila, gue kira lo cuma boongan pas bilang mau putusin semuanya," Ucap Morgan.
"Ya kaga lahh, gue mau nyari yang bener bener, yang gak cuma mau nya sama harta gue doang,"
"Lah, justru cewe-cewe deketin lo karena apa? Harta kan? Kalo lo gak kaya? Mana adaaa yang mau deketin lo malihh," timpal Atlan dengan tertawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
Teen FictionPria tampan salah satu siswa SMA Garuda ini sudah seperti idol bagi para siswi disana. Sikapnya yang random dan humoris, peraih olimpiade matematika, pemegang jabatan ketua tim basket, dan mantan ketua geng yang berada di Jakarta membuatnya mempunya...