Cahaya matahari baru saja menampakkan sinarnya pagi itu. Jalanan basah yang terkena hujan semalam perlahan kering beriringan dengan hangatnya matahari.
Suasana hangat juga mengiringi sepasang pasangan muda yang baru saja tiba di apartment. Langkah kedua nya sangat pelan ketika baru saja keluar dari mobil. Seorang wanita dan sang supir memapah seorang pria ditengah kedua nya.
"Mau jalan atau pake kursi roda?" Tanya Zeli menatap iba pada Atlan.
"Jalan aja, udah kuat kok" jawab Atlan dengan sedikit senyum simpulnya.
Atlan bersyukur, ada Zeli yang selalu disampingnya dan selalu menguatkannya. Masa terberat kedua nya sudah berlalu, sebulan lamanya Atlan harus mendekam diruangan serba putih dan berbau obat itu pasca kejadian peperangan hari itu.
Terbaring dialam bawah sadarnya selama lima belas hari, membuat tubuhnya seakan mati rasa pada detik pertamanya membuka mata. Tapi seketika mati rasa itu terkesampingkan dengan rasa bahagia ketika Zeli lah yang pertama kali ia lihat setelah tidur panjangnya.
Dan hari ini, adalah hari yang dinanti nya. Yaitu pulang.
"Udah pak, sampe sini aja, makasih ya" ujar Zeli pada supir keluarga Atlan.
"Iya neng, sama-sama, den Atlan cepet sembuh ya" ucap Pak Aji, seraya berpamitan pada pasangan itu.
"Iya pak, makasih yaa"
Selepas kepergian Pak Aji, keduanya saling menatap sebelum membuka pintu apartment mereka.
"Akhirnya aku pulang, walau aku terlambat" ucap Atlan dengan tersenyum getir.
Zeli paham apa maksud Atlan mengatakan itu. Karena saat itu Atlan berjanji untuk pulang dengan selamat. Tapi takdir berkata lain. Lantas wanita itu mengelus pelan bahu lelakinya.
"Gapapa, yang penting sekarang kamu udah pulang, dan berhasil ngelewatin masa terberat kamu" tutur Zeli halus, membuat Atlan tersenyum.
Cup!
Satu kecupan singkat mendarat dibenda kenyal nan mungil milik Zeli. Wanita itu tersentak kaget, menampilkan wajah nge blank nya. Atlan tertawa kecil, ia suka ekspresi itu.
"Lucu banget anaknya Ardi" gemas Atlan dengan mencubit hidung Zeli.
"ihh sakit tau!"
"lucu tau!"
Kedua nya saling bersautan, yang berakhir dengan tawa ringan. Keduanya belum kunjung masuk kedalam apartement, sedari tadi hanya diam tepat didepan pintu.
"Kamu gamau masuk? Dari tadi ngeliatin mulu, ada yang aneh ya sama muka aku? Ada belek nya? Iler nya? Soalnya aku belum mandi Atlann" rengek Zeli, membuat Atlan gemas kesekian kalinya. Tapi ia tidak menjawab, hanya tertawa dan tertawa.
Hingga akhirnya tangan Zeli membuka knop pintu apartment mereka, tepat saat pintu terbuka, Atlan kembali menempelkan benda kenyal itu. Tidak, lebih tepatnya melahap. Hal itu membuat Zeli hanya bisa terdiam.
"Aaa, gue mau nikahh"
"Nikah nikah, benerin dulu diri lo sebelum lo nikahin anak orang!"
Deg
Suara familiar, sangat dikenali.
Atlan dan Zeli sontak berhenti dari kegiatannya. Perlahan pandangannya beralih ke sudut ruangan yang ternyata
BOOM!
Semua keluarganya, sahabatnya, ada disana.
Keduanya tercekat. "K-kalian? Ngapain disini?" Tanya Atlan terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
Teen FictionPria tampan salah satu siswa SMA Garuda ini sudah seperti idol bagi para siswi disana. Sikapnya yang random dan humoris, peraih olimpiade matematika, pemegang jabatan ketua tim basket, dan mantan ketua geng yang berada di Jakarta membuatnya mempunya...