Seorang perempuan sedari tadi hanya terdiam menatap jam dinding. Sesekali membuka tirai jendela, untuk memastikan seseorang yang ia tunggu itu pulang. Jam menujukkan pukul dua dini hari. Jangankan berfikir untuk tidur, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah Atlan.
Kecemasannya begitu memuncak. Sama sekali tak ada kabar, dan entah dimana pria itu sekarang. Zeli hanya bisa mondar-mandir didepan jendela apartement tersebut dengan ponsel yang tak lepas dari tangannya.
"Atlan...sampai kapan kamu bakal bikin aku cemas terus sih,"
Hujan diluar semakin lebat, disertai dengan gemuruh yang terus bersautan. Segala doa wanita itu ucapkan untuk kesalamatan pria nya dan juga yang lainnya.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
"Dessy, sayang...kamu tunggu disini, jangan kemana kemana sebelum aku datang lagi buat jemput kamu. Karena ini cuma satu satunya tempat yang aman, oke" ucap Morgan penuh keyakinan.
Dessy mengangguk, ia bergerak mundur, dan bersembunyi. Ia tidak mau gegabah. Ia percaya sepenuhnya kepada Morgan.
Pertikaian belum selesai, posisi ketiga nya saat ini dalam bahaya. Bahkan terancam. Mereka semua membawa senjata tajam.
"Apa? Lo semua takut hah?!!" Sahut pria bertopeng itu sembari menodongkan pisau tajam kearah mereka.
Atlan menyeringai dan memutar pandangannya acuh "Dasar pengecut, bajingan."
Cuih
Sarkas Atlan dengan meludah tepat kewajah pria bertopeng itu. Sontak pria itu mendekat dengan cepat dengan pisau yang siap menusuknya.
BUG!!
BRAKK!!
PRANGG!!!
Sebelum pisau itu melesat, Atlan berhasil menendang pria itu sekencang-kencangnya yang membuat pisau itu akhirnya lepas dari genggaman tangannya. Dan terjadilah kembali pertengkaran hebat itu.
"SERANGGGGGG!!!!!!!"
Teriakan Atlan membuat seluruh anggota nya yang semula bersembunyi kini berhamburan. Atlan berlari menuju keluar, memancingnya ketempat yang luas.
Semua saling adu jotos, tidak ada yang diam. Sedari tadi, Atlan hanya beradu dengan pria ini. Beberapa kali tubuh pria itu terhantam dan terjatuh. Tapi Atlan tidak menyerah. Ia berjanji pada dirinya sendiri, setelah pertempuran ini selesai, setelah ia dan anggota nya menang, ia akan berhenti, dan mengubah Ravloska hanya kesedar untuk tempat melepas penat.
"Arrgggghhhh!"
Pria itu tergeletak lemah setelah Atlan berhasil mendaratkan tinjuan ke perutnya beberapa kali. Dengan posisi Atlan di atas, Atlan membuka topeng yang menutupi wajah bajingan ini. Dan terbuka, tapi Atlan tidak tau siapa ini. Atlan hanya mengingat wajah, tapi tidak pernah tau siapa namanya. Tidak penting bagi nya.
"Bener kan dugaan gue. LO YANG BUAT GENG LO SENDIRI HANCUR! LO YANG BUAT RAVLOSKA DAN EGROS MUSUHAN SELAMA INI!!" Atlan tersulut emosi, ia terus memberikan bogeman pada pria yang sudah terkulai itu.
Tak peduli dengan darah dibahu nya yang merembas karena sempat terkena tembakan walau melesat. Juga wajahnya yang sudah dipenuhi darah. Atlan tak peduli.
Hingga sebuah suara yang berhasil membuatnya berhenti.
Suara sirine bercampur dengan suara teriakan seorang perempuan."STOP!!! ANGKAT TANGAN!!!"
"ATLANN UDAHHH ATLANNN!!!!!"
Deg
"Zeli.."
"Atlan udah!"
Atlan menoleh kebelakang. Ia melihat teman temannya sudah berhenti dari pertengkaran. Atlan tak begitu menyadari teman temannya sedari tadi meneriaki nya, hanya satu teriakan yang membuatnya tersadar. Zeli. Wanita yang selalu mengkhawatirkannya.
"Atlann!!!"
Wanita itu menghampirinya, dan langsung memeluknya. Melihatnya berlari dengan mata sembab, lagi lagi Atlan merasa bersalah, ia telah membuat gadisnya menangis untuk kesekian kalinya karena mengkhawatirkanya.
Tanpa Atlan sadari, sedari tadi, ditengah ambang kesadarannya pria itu berusaha mengeluarkan pisau lipat yang ia simpan di saku nya.
"Aargghh!"
"ATLANNN!!!!"
Atlan mengerang ketika benda tajam menusuk punggung bagian bawahnya. Zeli sontak berteriak membuat semua orang menoleh padanya.
"Pak, tolong ada satu orang lain yang perlu di amankan lagi disana" ucap Reyno. Mereka kira pria itu sudah habis ditangan Atlan, karena tidak ada pergerakan sama sekali.
Para sabahat Atlan mendekat kearah nya. Atlan hanya bisa mengerang karena sakit dipunggungnya sangat lah terasa, belum lagi luka yang berada dibahu nya.
"L-Lo semua g-gapapa k-kan?" Tanya Atlan terbata-bata.
"LO BEGO!! LO NYURUH KITA SEMUA BUAT JANGAN TERLUKA! TAPI KENAPA LO SENDIRI TERLUKA!" Sulut Morgan. Kesal karena Atlan menyuruh kepada seluruh anggota untuk berhati-hati, dan jangan sampai terluka, tapi sial nya malah Atlan sendiri yang terluka.
"G-Gue gapapa... arghh" ucapnya lirih.
Mereka semua menggeleng. Tidak dapat berkata kata lagi.
Atlan menatap Zeli yang tak henti-hentinya menangis. Tangannya berusaha memegang pipi gadis itu, mengusap derai air mata yang meleleh karena nya.
"S-Sayangg...mmaafin yahh"
Zeli menggeleng. "Atlan, Atlan harus kuat, kamu harus kuat!!!" Jeritan Zeli membuat mereka hati mereka tersayat. Atlan hanya mengangguk lemah.
Hingga akhirnya mobil ambulan datang, Morgan, Reyno, dan Haikal segera membantu Atlan yang masih tersadar untuk berdiri.
"Lo harus pertahanin kesadaran lo!" Tegas Reyno.
Namun pada nyatanya, Atlan tidak bisa. Pria itu runtuh seketika. Kaki nya sudah tidak dapat berpijak dengan tegak ditanah. Membiarkan warna gelap menguasainya ditengah teriakan yang menyayat.
Kini, Sang pemilik sayap hitam telah runtuh.
Permintaan dari sang pria bajingan untuk menghabiskan sisa hidupnya dipenjara telah ia kabulkan. Tujuannya membeberkan kebenaran telah ia laksanakan, tujuannya melindungi anggota nya telah berhasil, tapi dia lupa dengan tujuan diri nya sendiri. Pulang dengan selamat.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
Teen FictionPria tampan salah satu siswa SMA Garuda ini sudah seperti idol bagi para siswi disana. Sikapnya yang random dan humoris, peraih olimpiade matematika, pemegang jabatan ketua tim basket, dan mantan ketua geng yang berada di Jakarta membuatnya mempunya...