50. SANG SAYAP HITAM

498 17 0
                                    

Jln. Veteran

Itulah yang terpampang disebuah plang jalan yang baru saja dilalui oleh beberapa motor hitam. Disekitar pinggiran jalan, berjejer beberapa ruko kosong disana. Tempat yang menjadi markas atau titik kumpulnya para manusia yang dikelilingi setan.

Atlan mengendarai motornya paling depan, yang diikuti oleh beberapa pria berjaket hitam dengan tulisan dan lambang elang dipunggung dari masing-masing jaket yang dipakai.

Kedatangan mereka ke kawasan beling itu menarik perhatian beberapa orang berandalan disana. Tapi mereka memilih untuk diam, dan tidak ikut campur ataupun menyoraki Ravloska.
Karena sejatinya, Ravloska sebenernya tidak pernah terhenti. Mereka itu ada, tapi keberadaannya tak dimunculnya seperti sekarang.
Dan orang-orang yang menatap itu pun tau, kalau Ravloska yang telah lama tidak mengibarkan sayapnya, kini ia telah membentangkan sayap hitam itu.

Atlanta Adhemar.

Sang penggerak sayap hitam.

Setelah melewati beberapa beberapa tempat sepi disana, Atlan menyalakan sebuah tombol seperti intercom dihelm nya. Menyambungkan pada Defan yang berada diruang monitoring.

"Def, titik kita masih jauh gak buat sampe ke titik Morgan?"

"Sekitar 200 meter lagi Lan. Tempat nya tepat di belokan kiri ujung jalan. Gedung setengah jadi yang ditinggalin gitu aja."

"Oke thanks Def."

Setelah memutus panggilan dengan Defan, Atlan dan yang lain sampai diujung jalan dan bertemulah pada sebuah bangunan yang tampaknya sudah jadi, tapi tak sempurna. Mungkin dulu nya akan dijadikan hotel, Karena terlihat dari beberapa barang yang mereka tinggalkan begitu saja disana. Atlan dan para anggota nya parkir ditempat yang tak terjangkau dari gedung tersebut.

"Gays, sesuai rencana." Ucap singkat Reyno dengan menatap mereka semua dan langsung dijawab anggukan.

Atlan dan Reyno masuk lebih dulu melalui benteng belakang, sementara Haikal dan dua orang lainnya memantau perlahan pergerakan mereka. Dan sisa nya mereka bersiaga dari kejauhan.

Dua orang itu mengendap-ngendap, masuk kebagian lantai bawah yang terpantau masih aman. Mereka lanjutkan sampai ke lantai cukup atas, mengintip disetiap jendela kecil disana. Hingga langkah mereka berdua terhenti ketika pendengarannya menangkap suara seseorang disana.

"Stop stop.." bisik Reyno.

"Lo denger suara itu kan?" Tanya Reyno. Atlan berbalik, dan mencoba mendengar suara itu.

"Cewe nangis?" Tebak Atlan yang langsung dijawab anggukan.

Atlan memperhatikan sekitar. Tak ada apapun selain barang-barang terbengkalai. Dan tentu, sama sekali tak ada pencahayaan disekitarnya. Itupun Atlan menggunakan senter di ponselnya

"Rey, gue merinding Rey...kalo itu mbak kun gimana?" Cetus Atlan, membuat Reyno repleks menjitak kepala pria itu.

"Lo kok malah jitak gue sih?!" Ucap Atlan tak terima dengan suara yang begitu pelan.

"Diem lo! Ini beneran suara cewe!"

"Ya kan mbak kun cewe Rey! Sejak kapan mbak kun waria, mana ada-"

"Stttttt" Terpaksalah Reyno menutup mulut Atlan. Karena kalau tidak, bisa sampe subuh dia ngoceh.

Reyno mengambil barang yang cukup kuat disana. Dibelakang mereka ada tembok dan juga ada ventilasi. Dan Reyno yakin kalau didalam sana ada seseorang. Saat ia berhasil menaiki itu, dan mengintip...

"Rey! Beneran bukan mbak kun?" Sahut Atlan.

Pria itu terdiam sejenak saat melihat keadaan didalam. Susah untuk menangkap objek karena gelap. Hingga pandangannya jatuh pada dua orang yang tengah terduduk. Seketika Reyno membelakkan matanya, dan buru-buru turun dari sana.

ATLANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang