45. LET'S BEGIN

490 23 0
                                    

Sekumpulan pria dalam sebuah ruangan itu tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang bermain bilyard, kartu, panahan, dan beberapa mesin mainan yang sengaja Atlan siapkan untuk meramaikan suasana markas.

Suara langkah seorang pria yang ditunggu kedatangannya baru saja tiba. Pandangannya berkeliaran menatap binar seluruh penjuru ruangan yang tampak berbeda.

"Busett, ni markas kenapa dijadiin kayak timezone?" Sahut Haikal.

"Biar rame aja, kasian suka pada gabut. Kalo gini kan enak suasana jadi rame" ujar Atlan.

Haikal menggeleng-geleng kepalanya tak mengerti. "Lo ngabisin duit ratusan juta cuma buat biar mereka gak gabut?" Herannya.

Atlan mengangguk. "Iya, abis nya gue bingung cara ngabisin duit itu gimana ya?" Yang kayak gini-gini nih, mesti dikocok otaknya.

Yang lain hanya terkekeh pelan mendengarnya. Itulah bos mereka, bos dari segala bos. Jadi ya terserah aja lah si bos mau gimana.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

"Gays, gue deg-degan parah buat tau hasil ujiannya.." ucap Morgan.

Haikal menepuk pundak sahabatnya itu. "Kalem aja napa Mor, kan selama ini lo diajarin sama ayang, pasti hasilnya memuaskan tenang ajaa.."

Raut wajah pria itu tidak bisa ditebak, terlihat seperti tidak senang tapi juga senang. "Gue, ah maksudnya kita...bakal bisa gini terus gak sih sampe tua nanti?" Ucapannya kali ini membuat ketiga pria itu mendongak.

"Pertanyaan lo gak berguna." Ujar Reyno.

"Ini intuk terakhir kalinya gue ngejawab pertanyaan sampah lo itu. Perlu gue ingetin sama lo kesekian kalinya, kita gak boleh pisah sampai tua nanti kecuali ajal yang membuat kita pisah. Dan kita, akan berkumpul ditempat yang sama dalam setiap momennya. Dalam tahun-tahun, kita akan selalu buat moment ditempat ini. Percaya, akan ada moment yang berbeda dalam setiap pertemuanya. Kita akan punya sebuah keluarga kecil nantinya yang dimana kisah kita ini harus dijadikan sebuah cerita pengantar tidur untuk anak-anak kita nanti." Tutur Atlan.

Ketiga nya menatap spechlees. Benar apa yang dikatannya. Membayangkannya saja sudah lucu. Apalagi nanti, datang bersama keluarga kecil mereka masing-masing.

"Lucu ya, ntar gue kesini sambil bawa anak sama istri-istri gue" celetuk Haikal.

"HEH!"

"katanya lo udah tobat! Begimana sih." Semprot Morgan.

Haikal terkejut menyadari ucapannya. "Aduh! Bukan itu maksud nyaa, maksud guee bawa anak-anak sama istri gitu lohh, anak nya yang dua, bukan istri yang dua. Typo sungut gue tadi.." elak nya, mereka semua hanya memutar matanya malas.

"Halah, alasan." Cetus Morgan.

Atlan celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang yang belum kedengaran sama sekali suara nya.

"Nyari siapa? " tanya Morgan.

"Gilang, dia kemana? Tumben gak kesini, pesan gue cuma dibaca doang 2 jam yang lalu,"

"Lah iya ya, kemana tu bocah? Biasanya paling heboh, apalagi kalo tau sekarang di markas banyak game. Otw pindah rumah jadi markas sih firasat gue" timpal Haikal yang baru menyadari ketidak hadiran
Gilang.

Salah satu handphone yang berada diatas meja berbunyi, ada seseorang yang menelfon. Dan tepat, baru saja dibicarakan, orang nya langsung menelfon.

Atlan mengangkat ponsel nya itu.

"Halo Lang, woi dimana lo? Chat gue dibaca doang kaga sopan lo.."

"...."

"Halo! Lang! Woi Lo denger suara gue gak sih?" Heran Atlan dengan menatap semua temannya karena tak ada balasan suara dari sana.

"Kenapa Lan? Speaker coba speaker" titah Morgan.

Atlan menyimpan ponselnya dimeja dengan menekan tombol speaker.

"Bocah! Lo dimana woii!"

"b-bang.." suara lirih itu membuat mereka sontak membulatkan mata nya.

"L-Lang..lo kenapa Lang?!" Panik Morgan.

"g-gue hh..dikeroyok.."

"Sial." Atlan langsung berdiri dari duduknya.

"Lo pake jaket RV kan Lang?" Tanya Atlan.

"i-iya..g-gue pake"

"Lo tunggu disana, lo tahan oke? Gue sama yang lain kesana sekarang." Atlan memutuskan panggilannya sepihak. Dengan buru-buru ia mengambil jaket nya.

"Lan! Lo emang nya tau lokasi Gilang dimana?" Tanya Haikal tapi Atlan tak menjawabnya.

"Lo gak tau ya? Gue udah masang pelacak kecil disetiap jaket kalian dari dulu." Sahut Reyno.

"Denger semua! Gue sama tim inti yang bakal kesana duluan! Kalian cukup stay sama hp kalian karena keadaan sekarang gak ada yang ngeprediksi bakal seperti apa. Untuk yang bawa mobil, ikut gue. Setelah itu cepet-cepet bawa Gilang kerumah sakit. Paham?!" Ucap Atlan dengan nada keras.

"PAHAM!" Sorak mereka semua.

Atlan menatap ketiga sahabatnya yang sudah siap. "let's begin."

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎


"GILANG!"

Teriak Atlan saat mendapati lokasi Gilang yang ternyata berada disisi jalan yang gelap dengan keadaan babak belur dan bersandar pada sebuah pohon.

"Gilang, sekarang lo bilang dulu ke gue siapa yang buat lo kayak gini hah?" Tanya Atlan tergesa-gesa.

"g-gatau..gelap, g-gue gak bisa lihat jelas.." balas Gilang dengan nada pelan, sangat pelan bahkan mereka tak mendengar jelas ucapannya.

"lo kenal salah satu dari mereka atau-" ucapan Atlan terhenti saat jari tanganya menyentuh pipi Gilang dan tak sengaja menyentuh bagian belakang kepalanya.

"D-darah?" Kejut Atlan saat menarik kembali tangannya yang penuh cairan merah pekat itu.

Mata anak itu semakin mengerjap pelan, apa yang abang-abangnya ini ucapkan seolah tak bersuara. Yang ia dengar saat ini hanyalah suara dengingan yang diringi dengan pandangan yang semakin memburam dan...gelap.

Mereka dibuat semakin panik saat Gilang menutup rapat mata nya. Dengan sigap Atlan menggendongnya dan dengan cepat membawanya ke mobil.

"Fer, Rio, gue titipin Gilang ke lo berdua. Kabarin gue kalo ada apa-apa." Ucap Atlan pada Ferdian dan Rio didalam mobil itu.

"Gue harus bilang apa sama Dessy pas tau adiknya celaka gini.." ujar Morgan sambil menatap mobil yang semakin menjauh.

Atlan mengusak wajahnya gusar. "Fine. Kalo gini caranya, gue harus membuat keputusan."

"gue putuskan, malam ini juga, kita ungkap semuanya dan kita selesaikan ini dengan pertempuran."

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

tinggalkan jejak kalian dengan vote and coment!
see youu
🤍🤍🤍


ATLANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang