37. LEADER OF RV

999 80 2
                                    

Remang. Suasana yang tepat untuk menggambarkan sebuah ruangan yang sengaja dirancang minim cahaya. Salah satu ruangan yang berada di dalam istana itu.

Seseorang tengah terduduk disana. Mengulik sebuah data dikomputernya. Ia baru saja berhasil mendapatkan data file yang dikirim lewat emailnya. Setelah sekian lama akhirnya ia mendapatkan data yang akurat. Sebuah file yang berisikan siapa sebenernya yang menyebabkan kematian Ringgo.

Atlan muak karena dirinya dan yang lain selalu disalahkan atas kejadian itu. Mau menjelaskan pun percuma jika mereka tidak mempercayainya. Buang-buang tenaga saja.

"Data ini bisa buat lo langsung minta maaf sama gue Sagra."

Atlan beranjak dari duduknya setelah ia selesai mengamankan data nya. Berjalan mendekati sebuah lemari besar berwarna hitam. Isinya bukan pakaian sehari-hari. Tapi perlengkapan.

Perlengkapan tempur.

Tongkat baseball, katana, dan beberapa senjata lainnya seperti senapan dan revolver. Jangan tanyakan ia dapat dari mana semua itu. Akses yang ia miliki begitu luas.

Semua itu hanya bahan koleksi, yang sering dipakainya dulu hanya tongkat baseball saja. Tak akan ada yang menyangka jiga Atlan yang dikenal ceria, punya sisi gelap bak mafia. Bahkan istrinya sendiri tak tau jiga Atlan punya ruangan khusus seperti ini.

Atlan menyambar jaket hitam disana. Jaket yang berlambang burung elang dengan tulisan Ravloska dibawahnya, dan ada syal merah dilengannya penanda "leader of RV". Ia menatap dirinya didepan pantulan cermin yang besar.

Sebuah senyuman kecil terbit diwajah itu. Entah apa yang ada dipikirannya, yang pasti senyuman itu bukan senyuman yang biasa ia pancarkan.

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

"Assalamualaikum..."

Seorang wanita membuka pintu rumah itu. Diikuti dengan suaminya dibelakang. Beberapa kali wanita itu menyahut, tapi tak kunjung mendapat jawaban.

"Anak-anak pada kemana sih pah?" Itu Wulan. Dan pria yang berada disebelahnya itu Danu.

Baru saja kedua orangtua itu melangkah lagi, suara teriakan seorang gadis dari taman belakang membuat mereka sedikit terkejut.

"ATLAN!!!!!"

"Pah, itu suara Zeli kan?" Tanya Wulan menatap Danu.

"Iya, coba samperin aja kenapa dia teriak-teriak gitu,"

Kedua nya segera berjalan menuju taman belakang, dan detik mereka sampai disana, detik itu juga suara air terdengar begitu jelas mendadakan ada yang terjatuh dikolam itu.

Atlan, pria itu tengah tertawa dengan kecangnya karena berhasil menceburkan istri kecilnya itu ke kolam renang. Sedangkan Zeli baru saja menyembulkan kepalanya kepermukaan dan menatap pria itu dengan tajam.

"AWAS YA! JANGAN HARAP AKU KASIH JATAH!"

Atlan langsung menoleh cepat.

"Hah? Jatah apaan? "

"JATAH MAKAN!"

Pria itu lantas berdecak remeh. "Alah, jatah makan doang mah gampangg, makan di luar juga jadi."

Zeli menatap Atlan dengan sengit. Terlintas diotaknya ide jahil. "Yakin?"

"ya...ya yakin lah!"

Zeli mengangguk pelan sembari mendekatkan tubuhnya kearah pinggiran kolam. "Oke, tadi nya mau ngasih, tapi gak jadi."

ATLANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang