Keheningan malam menyelimuti pasangan yang tengah tertidur lelap. Zeli tertidur nyaman dengan tangan Atlan yang menjadi bantalannya. Namun entah kenapa, kepala pria itu bergerak gelisah dalam tidurnya.
"gue bukan pembunuh...gue bukan pembunuh..." Atlan berucap lirih dengan mata yang terpejam.
Zeli merasa terusik dengan pergerakan didekatnya itu. Matanya terbuka perlahan untuk melihat Atlan. Dan sedikit terkejut ternyata Atlan mengigau dalam tidurnya. Zeli lantas duduk. Entah apa yang diimpikan pria ini sampai bergerak gelisah.
"Atlan bangun," Zeli menepuk pelan pipi Atlan agar ia terbangun dari mimpinya.
"b-bukan gue..." lirih Atlan yang semakin bergerak gelisah.
Zeli ikut kaget ketika Atlan yang bangun dengan tubuh yang tersentak dan mata yang membola. Pria itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sembari mengatur nafasnya.
"Ngimpi apa sih sampe keringetan gini," tanya Zeli sembari mengelap keringat yang disela-sela rambut Atlan.
Atlan hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Gapapa, cuma masalalu yang gak jarang muncul ke mimpi"
"Udah gak usah dipikirin, tidur lagi masih malem." Ajak Atlan. Zeli hanya mengangguk menurut dan kembali pada posisi sebelumnya. Hanya satu hal yang sedari tadi ia ada di pikirannya.
▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎
"MORGAN! ATLAN TOLONG PERHATIKAN BAPAK!" Bentak seorang guru botak. Siapa lagi kalau bukan Pak Uyan.
"Apaan sih si bapa, orang lagi asik-asik ngadu ayam malah diganggu." Gumam Atlan. Sama dengan Morgan, dia juga kesal. Lagi asik main adu ayam pake jempol malah di ganggu.
"Morgan, kamu kerjakan soal nomor 2 dipapan tulis. Kamu Atlan, kerjakan nomor 3 dipapan tulis juga. Cepat!"
Morgan dan Atlan tersentak kaget dalam duduknya. "Lah kok ngamok,"
Dengan langkah gontai, mereka berjalan kedepan dan mengerjakan soal matematika itu. Atlan sih yang emang otak nya udah berkualitas sejak dini ngerjain soal gini doang mah kecil. Lain dengan Morgan yang udah ketar-ketir.
"Selesai. " Atlan memberikan spidol itu pada pak Uyan dan kembali ketempat duduknya. Pria berumur setengah abad itu memeriksa hasil pengerjaan Atlan dan menangguk ketika ternyata jawaban nya sempurna.
Beralih pada Morgan yang terlihat masih kebingungan setengah mati. "Ayo kerjakan Morgan!"
"Ahhh bapa mah, udah tau kelemahan saya tuh dipelajaran bapa, kenapa malah dikasih soal yang susah sih pa," keluh Morgan.
Mata guru itu membola mendengar jawaban murid badung nya ini. "Suruh siapa kamu malah main-main dipelajaran bapak?!"
Morgan menunjuk pada Atlan. "Atlan yang ngajak main duluan pa, katanya gini. Mor, hayu ngadu ayam. Gitu paa, jadi jangan salahin saya sepenuhnya dong,"
"Kalau Atlan ngajak main lagi, yaudah jangan diladenin! Udah tau punya otak pas-pasan mau ajaa diajak main. Kalo Atlan sih gak masalah selagi dia bisa memahami pelajaran bapak. Lah kamuu?"
Morgan memutar bola matanya malas. Mulai dehh, kenapa sih guru-guru demen banget ngebandingin dirinya sama Atlan yang emang otaknya udah briliant bin cemerlang dari jaman jabang bayi.
"Yaelah pak...pak. bapak kalo mau ngebanding-bandingin saya jangan sama Atlan dong pak. Dia mah udah jelas-jelas pernah juaran pertama olimpiade matematika malah dibandingin sama remahan rengginang kayak saya. Coba deh kalau bandingin saya sama Haikal. Masih pinteran saya pakk,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTA
Novela JuvenilPria tampan salah satu siswa SMA Garuda ini sudah seperti idol bagi para siswi disana. Sikapnya yang random dan humoris, peraih olimpiade matematika, pemegang jabatan ketua tim basket, dan mantan ketua geng yang berada di Jakarta membuatnya mempunya...