Chap 02

55.4K 4.7K 29
                                    

Di suatu rumah sakit, ada keluarga yang sedang merasakan kecemasan. Pasalnya, seorang wanita selaku istri dan ibu dari dua putra sedang melakukan operasi. Wanita cantik nan lembut itu terjatuh dari tangga di rumahnya ketika ia sedang hamil muda. Setelah menunggu cukup lama, keluarlah dokter dengan expresi wajah yang sangat tidak ingin di lihat oleh mereka semua.
"Saya minta maaf, kandungan nyonya tidak dapat di tolong, rahim nya juga harus di angkat demi keselamatan nyonya. Dan keadaan nyonya sudah membaik, operasi berjalan dengan lancar, dan nyonya akan segera di pindahkan ke ruang inap." Tutur sang dokter menjelaskan.

"Pindahkan ke ruang VVIP." Ucap pria tertua di antara tiga pria disana, atau katakanlah suami dari pasien serta ayah dari dua putra tersebut.

Yang termuda menangis, ia tidak bisa menahan rasa sakit hatinya karena telah kehilangan calon adiknya. Seorang adik yang sudah sangat lama di idam idamkan, seorang adik yang sudah sangat ia sayangi walau pun masih di dalam kandungan. Keinginannya untuk menjadi seorang kakak pun sirna, terlebih lagi ibunya tidak dapat memiliki anak lagi karena rahimnya sudah di angkat.

Ayahnya memeluk erat anak bungsu nya itu, ia juga sama, ia merasa sakit hati karena kehilangan calon anak bungsunya itu. Ia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga baik istri serta calon anaknya. Namun pria itu tidak menangis seperti putra termudanya, ia dan putra tertuanya hanya menangis di dalam hati.
Setelahnya, mereka semua menuju kamar inap wanita yang sangat berharga bagi mereka semua.

Tak berselang lama dari ke tiga pria itu berada di kamar inap wanita tersayangnya, wanita itu mulai membuka kedua matanya secara perlahan. Dengan reflek tangannya mengusap perutnya, namun matanya membola ketika ia menyadari bahwa perutnya sudah rata.

"Sayang... Anak ku... Bagaimana keadaan baby ku? Dia baik baik saja kan?" Seru wanita tersebut dengan air mata yang sudah siap meluncur membasahi wajahnya yang cantik itu.

"Tenangkan diri mu sayang, kamu harus tenang dulu, baru aku katakan dimana baby kita." Ucap suaminya dengan kelembutan. Sang istri pun menganggukkan kepalanya, namun air matanya sudah membasahi pipinya yang mulus.

"Kamu harus sabar ya sayang, kamu harus tenang dan kamu harus ikhlas. Baby kita sudah berada di surga, Tuhan sangat menyayangi baby kita..."

"Baby ku... Hiks... Maafkan mommy nak... Mommy tidak bisa menjaga mu dengan baik, maafkan mommy sayang..." Pecah sudah tangis wanita tersebut. Ia wanita terhebat yang pernah di kenal oleh suaminya, wanita yang penyabar, penyayang, pemaaf... Segala sifat baik di miliki oleh wanita tersebut yang bernama Gracia Rodriguez. Wanita cantik berdarah Indonesia dan Amerika.

Lalu suaminya yang bernama William Rodriguez yang merupakan orang Inggris dengan sifatnya yang kaku dan dingin, namun sangat menyayangi istri dan keluarganya. Baginya prioritas utama adalah keluarga, setelah itu barulah pekerjaan. William merasa sangat beruntung karena memiliki istri secantik dan sebaik Gracia. Kesedihan wanita itu, merupakan kesedihan juga baginya.

Kemudian putra pertamanya yang bernama Kelvin Rodriguez, dan putra kedua nya Sean Rodriguez, mereka memiliki sifat yang sama dengan sang ayah, namun anak ke duanya itu sedikit berbeda karena lebih menunjukkan ekspresinya ketika bersama keluarga. Seperti sekarang ini, Sean yang belum lama berhenti menangis, kini kembali menangis ketika melihat ibunya menangis. Ia bahkan menghampiri sang ibu dan memeluk ibunya dengan erat. Beda hal nya dengan Kelvin, ia yang sedari tadi tidak menunjukkan kesedihan, dan hanya memandangi keluarganya yang sedih menangis, akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan ibunya dan pergi menuju atap rumah sakit.

Disana sangat sepi, tidak ada siapa pun. Merupakan tempat yang tepat untuk melampiaskan kesedihannya, kekecewaannya, serta penyesalannya yang tidak bisa melindungi calon adik bungsunya. Dengan sangat kuat Kelvin memukuli dinding disana, satu kali, dua kali, hingga berkali kali, Kelvin terus memukuli tembok hingga tangannya berdarah. "HAAAAAAHHH....!" Teriak Kelvin merasa prustasi, ia berteriak untuk melampiaskan sesak di dadanya. Seperti ini lah cara Kelvin bersedih, ia akan menyakiti dirinya sendiri sebagai bentuk hukuman untuknya. Meski ia berpikir bahwa ini belum cukup sebagai hukumannya. Namun ia tidak akan menyakiti dirinya lebih dari ini, karena itu akan membuat ibunya terluka.

Karena dulu sekali, hampir saja Kelvin membunuh dirinya sendiri karena membuat Sean terluka. Adiknya di pukuli oleh preman saat adiknya berusia sepuluh tahun, dimana Kelvin merasa jengah karena selalu di buntuti Sean dan ia berlari meninggalkan Sean untuk dapat berkumpul dengan teman temannya. Sean yang terus berlari mengejar sang kakak, berharap tidak kehilangan jejaknya, namun Sean kecil menabrak salah satu preman hingga membuat dirinya terjatuh.

Sean hampir menangis karena tidak lagi melihat sang kakak, ia pun segera beranjak dan hendak kembali berlari mengabaikan kumpulan preman di hadapannya. Di pikirannya hanyalah Kelvin, dan Kelvin. Di saat Sean akan berlari, preman itu menahan Sean dan memakinya.
Namun ucapan preman tersebut tak terdengar oleh Sean, karena di otaknya sudah terisi penuh dengan Kelvin. Preman tersebut merasa kesal, dan meninju wajah Sean hingga membuat anak itu tersungkur. Tapi Sean tetap berusaha untuk mengejar kembali sang kakak, hingga akhirnya Sean di pukuli para preman yang membuat Sean tak sadarkan diri.

Setelah berjam jam lamanya, Kelvin pun di hubungi oleh sang ayah untuk datang ke rumah sakit. Kelvin masih tidak tau apa yang terjadi, dia pun datang dan membuka pintu ruangan VVIP yang sudah di katakan oleh William. Kedua matanya membulat, hati Kelvin terasa sakit ketika melihat Sean berbaring lemah di ranjang itu dengan kondisi yang mengenaskan. William yang melihat Kelvin tiba, segara menamparnya dengan sangat kuat, William bahkan memarahi putra sulungnya itu karena tidak menjaga adiknya dengan baik.

Sepulang dari rumah sakit, Kelvin yang bersama dengan Gracia. Ia segera memasuki kamarnya, ia terus melukai dirinya sendiri bahkan anak itu menggunakan cutter untuk menghukum dirinya sendiri. Gracia tiba tiba merasa khawatir dengan Kelvin, ia pun segera memasuki kamar sang anak dan terkejut melihat darah yang mengalir dari lengan anaknya itu. Dengan sigap Gracia memberikan pertolongan pertama pada sang anak dengan air mata yang terus berlinang. Kelvin kembali merasakan sakit di dadanya melihat sang ibu menangis.

Kelvin menjelaskan pada ibunya, kalau ini adalah hukuman bagi dirinya karena telah gagal melindungi adik satu satunya itu.
Gracia memeluk erat sang anak, dan memohon untuk jangan pernah lagi melakukan hal seperti ini. Karena itu bisa membuat Gracia kehilangan anak sulungnya, Gracia terus berucap hingga akhirnya Kelvin berjanji untuk tidak melakukannya lagi, dan tidak akan membuat Gracia bersedih lagi.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang