Di suatu rumah pada malam hari, ada seorang anak yang sedang duduk menatap lautan bintang di atas sana. Tangan kanannya menggenggam erat sebuah ponsel. Sesekali anak itu mengeluarkan air mata lalu dengan segera menghapusnya. Tak lama kemudian ponselnya berdering, anak tersebut menatap nama yang tertera pada ponselnya dengan tatapan yang kosong. Ia pun menggeser layarnya ke arah warna hijau.
"Seperti yang anda inginkan, saya sudah melakukan tahap awal. Dan dugaan anda benar, dia di istimewakan, mudah bagi anda untuk memancingnya jika dia tidak berada di kolam yang sama. Dan anda tidak akan pernah bisa menangkapnya jika ikan yang istimewa itu masih berada di kolamnya. Ya, saya akan coba lakukan sebisa saya untuk membawa ikan tersebut keluar dari kolam miliknya dan datang ke kolam anda. Tapi setelah itu, anda harus menepati janji anda kepada saya."
Setelah memastikan panggilan tersebut, anak itu menekuk kedua kakinya dan ia peluk dengan erat. "Huaaa... Huaaa.... Hiks... Hiks..." Anak tersebut menangis dengan sangat kuat di sepinya malam. Tidak ada seorang pun yang datang menghampirinya untuk menghibur atau menanyakan apa yang sedang terjadi dengannya. Karena di rumah yang minimalis itu, tidak ada seorang pun yang tinggal selain dirinya sendiri.
Sementara itu di kediaman Rodriguez...
"Daddy... Boleh ndak sekaliiii aja Ziel cekolah gak usah di temenin sama paman Robert dan paman Oki?" Tanya Ziel kepada William seusai makan malam."Ingat dengan persyaratan saat baby mau sekolah? Harus di temani oleh paman Robert dan juga paman Oki." Jawab William sambil menyesap teh hangatnya.
"Cekali doang bisa kali dad..." Ucap Ziel dengan puppy eye nya.
William menatap Ziel dingin, ia sedang berusaha menenangkan dirinya dari tatapan Ziel yang sulit untuk di bantah.
"No baby. Memangnya kenapa kalau ditemani?""Temen temen Ziel gak ada tuh yang di temani kaya Ziel gitu, maca Ziel doang sih yang harus di temani? Nanti Ziel gak kelen daddy kalau tiap hari di temani, lagi juga kan ada Azka yang bisa jagain Ziel."
"Azka masih kecil untuk bisa jagain baby dari orang orang jahat."
"Sekaliii aja ya dad... Ya... Ya... Ya..."
"Sekali tidak ya tidak baby, atau baby mau homeschooling lagi?"
"Daddy gak acik! Huh!" Ziel bangun, ia berjalan menuju kamarnya dengan menghentak hentakkan kakinya.
William hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak bungsunya, yang semakin kesini tidak ada perubahan. Masih saja mudah ngambek dan semakin manja.
"Baby kenapa mas?" Tanya Gracia yang duduk di samping William, ia datang bersama dengan kedua putranya."Biasa ngambek. Baby minta sekali pergi ke sekolah tanpa bodyguard." Jawab William.
"Tumben baby minta kaya gitu, biasanya gak ada masalah pergi kemana aja sama bodyguard, malahan seneng kan baby." Gracia tampak heran.
"Baby bilang di sekolah cuma baby doang yang di kawal, temen temennya gak, makanya dia juga mau kaya gitu sehari aja. Yaa kalau di pikir pikir aneh juga sih."
"Pasti ada orang yang menghasut baby, kalau gak baby gak akan pernah minta seperti itu kan dad." Ucap Sean.
"Azka..." Sahut Kelvin.
"Gak mungkin lah bang kalau Azka yang menghasut." Ujar Sean yang langsung di hadiahi jitakan oleh Kelvin pada kepalanya hingga membuatnya meringis.
"Tanya Azka, bodoh." Ketus Kelvin.
"Ngomong yang bener makanya jangan irit, bikin orang salah paham aja kan. Giliran sama baby aja, ngomong nya panjang lebar, giliran sama kita singkat banget." Keluh Sean yang tak di indahkan oleh Kelvin.
"Besok pagi daddy akan hubungi Azka, sekarang sudah malam waktunya anak anak istirahat. Kalian juga pergi istirahat sana." Ucap William.
"Aku mau pergi dad sama bang Ciko, biasa balapan. Bye semuanya."
William dan Gracia segera menatap Kelvin begitu Sean pergi. "Bar." Ujar Kelvin lalu beranjak pergi. Kelvin bukan orang yang suka turun ke lantai dansa atau pun minum minum. Ia pergi ke bar yang merupakan miliknya. Sesekali ia akan datang ke bar nya itu hanya untuk mengecek. Semua orang di mansion Rodriguez tau akan hal itu, cuma Ziel doang yang gak tau apa apa. Selain Ziel masih kecil, mereka semua ingin melindungi Ziel dari pengaruh buruk, mereka tidak ingin Ziel nantinya tumbuh seperti keluarga Rodriguez lainnya. Biarkan saja Ziel berbeda dari mereka, justru mereka ingin Ziel tetap polos bahkan hingga ia beranjak dewasa.
Keesokan hari di sekolah, Ziel pergi untuk mencari Oline sebelum ia masuk ke dalam kelas. Tentu saja kedua bodyguard tetap mengikuti tapi tidak untuk masuk ke dalam kelas. Ziel yang sudah bertemu dengan Oline ia pun menceritakan tentang kejadian semalam, dimana daddy nya tidak memberikannya izin barang sehari untuk pergi sekolah tanpa pengawal.
"Hmm... Kalau begitu aku punya ide, kita gunakan aja ide dari aku ini. Kita tetap pergi ke mall sama pengawal kamu, nah nanti pas kita di mall kita kabur aja, lari sekuat mungkin agar kita berpisah dari dua pengawal kamu. Nah begitu kita berpisah, kita pergi naik taxi ke mall lainnya. Ongkos taxi kamu yang bayar ya, soalnya aku gak ada uang." Tutur Oline menjelaskan.
"Ide kak Oline bagus, tapi Ziel kan gak punya uang juga telus gimana bayar taxi nya?" Ziel nampak berpikir.
"Black card kamu kan ada lima, sini kasihin aku satu. Nanti pulang sekolah aku bakal tarik uang pakai kartu kamu, jadi nanti kita bisa bayar taxi."
"Emang kartunya bica buat dapatin uang ya? Ziel kira cuma bica di pakai buat jajan aja."
"Bisa kok. Buruan sini kasihin kartunya, selagi pengawal kamu gak lihat ke arah kita."
Dengan tergesa gesa Ziel mengeluarkan kartu hitamnya dari dompet dan memberikan satu kartunya kepada Oline.
Anak perempuan yang cantik itu tersenyum begitu mendapatkan black card yang di inginkannya. "Besok kita mulai rencana kita, kamu siap kan?""Ziel jadi gak sabal. Ya udah kak Oline, Ziel masuk kelas dulu ya. Sampai ketemu besok. Bye bye kakak cantik."
Ziel berjalan menuju kelasnya sambil bernyanyi. Setibanya di kelas, Azka menatap Ziel dengan kebingungan.
"Tumben nyanyi, lagi seneng ya kamu?" Tanya nya."Hehehe Azka kepo banget deh, iya cih Ziel lagi seneng, jadi gak sabal nunggu besok." Jawab Ziel sambil tersenyum lebar.
"Emang besok ada apa?"
"Ada deh... Azka ndak boleh tau."
"Oh gitu lagi, main rahasia rahasiaan ya. Ok, gak apa tapi Ziel bukan teman aku lagi."
"Ish jangan... Azka harus tetep jadi temennya Ziel. Nanti Ziel kacih tau deh tapi ndak sekalang, becok aja ya... Azka jangan malah ya cama Ziel. Kita tetep temenan ya Azka."
"Kenapa harus besok? Sekarang aja gak bisa apa? Oh aku tahu, ini pasti ada kaitannya sama cewek yang kemarin kan."
"Iyah... Tadi Ziel abis ketemu cama kak Oline, Ziel tadi nyamperin kak Oline dulu sebelum ke kelas. Makanya Ziel ceneng cekalang."
"Cuma karena ketemu?"
"Iya." Jawab Ziel pasti dan Azka menatap mata Ziel mencoba mencari tau kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...