Chap 41

20.4K 2.1K 13
                                    

Di hari yang cerah ini, Ziel nampak tersenyum lebar. Kalian tau apa penyebabnya? Itu karena sekarang Ziel sedang dalam perjalanan pulang menuju mansion tercintanya. Semalam demamnya Ziel sudah turun, dan Ziel di ingatkan lagi oleh Bryan, kakeknya, kalau sepulangnya nanti dia akan di hukum karena ia sudah nakal saat di kantor waktu itu. Sesampainya di rumah, Ziel segera berlari menuju dapur menemui bi Siska.

"Bi Siska ~ " Panggil Ziel dengan nada manja.

"Oh tuan muda Ziel sudah sehat." Ucap Siska.

"Hehehe..." Ziel tersenyum sangat lebar hingga deretan gigi kecilnya terlihat. "Ziel mau cookies!" Lanjutnya.

Siska membuka salah satu pintu lemari kecil yang berisikan kemilan buatan sendiri yang di khususkan untuk Ziel, karena anak itu suka mengemil. "Ini tuan muda, bibi sudah buatkan semalam karena bibi tau tuan muda Ziel akan pulang hari ini."

Ziel menerima toples yang berisikan cookies kesukaannya. "Makaci bi Siska, makin cantik deh." Setelah memuji, Ziel berlari ke ruang keluarga dimana Gracia sudah duduk di salah satu sofa disana.

"Ya ampun anak mommy, pulang pulang langsung cari cookies. Tadi katanya udah kenyang pas sarapan."

"Kan cookies gak bikin kenyang mommy ~ pelut Ziel masih bica kok nampung semua cookiesnya."

"Ooh gitu ya... Pantes aja perut anak kesayangan mommy ini gendut banget." Ledek Gracia sambil mentoel perut buncit Ziel.

"Ziel ndak gendut mommy! Pelut Ziel lagi proses kotak kotak cepelti daddy cama abang."

"Hahaha ada ada aja. Ya udah baby duduk manis disini ya sambil makan cookiesnya, mommy mau ke kamar dulu. Baby disini tunggu opa datang ya."

"Ciap mommy!" Ziel pun memberi hormat kepada Gracia, yang hendak beranjak meninggalkan anak bungsunya.

Disaat Ziel tengah asik menikmati cookies, tiba tiba ia teringat dengan perkataan opa nya yang akan menghukum dirinya setelah tiba di rumah. Ziel segera beranjak dengan membawa toples cookiesnya, dan sebelum pergi menuju tempat tujuannya, Ziel mampir terlebih dahulu di dapur. Ia meminta bi Siska untuk mengisi botol minumnya dengan air putih.

Setelah mendapatkan apa yang di mau, Ziel berlari ke halaman belakang. Siska yang melihat hanya diam memperhatikan, pikir Siska pasti anak itu akan menuju rumah pohon tempat favoritnya Ziel untuk bersembunyi. Selain itu, di halaman belakang juga lagi ada beberapa orang yang sedang membersihkan kolam renang dan juga rumahnya Diego. Pasti Ziel akan aman berada disana, kemudian Siska kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Gracia!" Panggil Bryan dengan sedikit menaikkan suaranya.

"Iya dad, ada apa?" Tanya Gracia yang kebetulan baru saja keluar dari lift.

"Dimana baby?"

"Di ruang keluarga dad, tadi aku menyuruh baby tunggu disana sambil makan cookies."

"Baby tidak ada disana."

"Maaf tuan besar, tadi saya melihat tuan muda Ziel berlari ke halaman belakang." Seru Siska yang mendengar Bryan menanyakan keberadaan sang cucu.

"Baby pasti takut di hukum sama opa nya, makanya baby bersembunyi." Ucap Gracia dengan terkekeh.

"Benar benar anak itu, tidak ada kapoknya berbuat nakal. Kamu dan William terlalu memanjakannya dan tidak pernah benar benar menghukumnya, jadi seperti ini lah kelakuannya."

"Kita hanya takut jika baby masih menyimpan traumanya karena pernah di siksa sama ayah kandungnya itu."

"Itu sudah berlalu, baby pasti sudah melupakannya. Bajingan itu, sedang mendapatkan balasannya. Ya sudah, daddy akan mencari cucu bungsu daddy dulu."

Sementara itu di ruang bawah tanah, para lelaki sedang asik menghukum Brian. Mereka tanpa segan mencambuk Brian berulang kali hingga tubuhnya mengeluarkan darah. Rintihan Brian seakan menulikan pendengaran mereka, bahkan Brian sesekali mengucapkan kata maaf, namun tak di indahkan oleh para lelaki keluarga Rodriguez. Ponsel salah satu dari mereka terus merekam kejadian itu tanpa ada yang berniat untuk menghentikan rekaman tersebut.

"Ini baru balasan karena kau sudah berani menyiksa anak kandung mu sendiri dan membuangnya tanpa memikirkan bagaimana anak sekecil itu mampu bertahan hidup di luar sana. Tidak perduli sekali pun kau ayah kandungnya, aku tidak bisa menerima perlakuan keji seperti itu." Ucap William dengan wajah kesalnya, ia teringat hari pertama bertemu dengan Ziel.

"Dan selanjutnya adalah hukuman karena kau telah menyerang mansion om Roni, teman dari daddy kami." Ujar Jacob.

"Tenang saja, itu tidak akan berhenti disitu. Kita juga mendapatkan titipan pesan dari Febrian untuk menyiksa mu sebagai balasan kau sudah membunuh om Roni." Lanjut Jackson.

"Kemudian hidangan terakhirnya, karena kau sudah berani membawa baby ke pelelangan untuk di jual." Sambung Diota.

"Dan sebelum kita mulai ke tahap selanjutnya, aku akan menyampaikan pesan dari istri tercinta mu. Istri mu mengatakan pada ku, untuk memulangkan jasad mu ke rumah. Sepertinya, istri mu sudah tau dengan apa yang kau lakukan, dan ia tidak perduli lagi dengan mu." Ujar William.

"Lepaskan aku!!! Aku harus pulang ke rumah, Elsa harus mendengarkan penjelasan dari ku. Aku harus meminta maaf padanya. Lepaskan aku, bajingan!!!" Seru Brian yang berusaha berontak di dalam ikatan tangan dan kaki pada kursi.

"Percuma saja, istri mu tidak ingin melihat mu lagi dalam keadaan hidup. Jika ia masih ingin melihat mu, sudah pasti dia menghubungi ku untuk meminta ampun. Tapi lihat, dia menghubungi ku hanya untuk mengembalikan jasad mu ke rumahnya. Setidaknya istri mu masih mau untuk mengurusi mu di akhir hayat mu."

"Sialan! Kau bajingan! Kau pasti sudah berbohong kan! Bajingan kau William!!!"

"Mulai siksa lagi boy..." Titah William kepada anak anaknya, dan mereka mulai kembali menyiksanya. Dari wajah yang di sayat dengan menggunakan pisau lipat hingga perutnya. Kemudian ada juga yang menyalakan pematik dan membiarkan rambutnya terbakar. Ada juga yang mencabut satu persatu kuku tangan Brian.
Di ruang bawah tanah ini, bergema kuat jeritan Brian, hingga....





"Diego mau cookies gak? Ziel bawa banyak lho, kita makan sama sama yuk." Ucap Ziel yang sedang menyandarkan tubuh kecilnya pada badan besar Diego. Sedangkan Diego hanya menjilati tangan kecil Ziel yang terdapat cookies.

"Ish Diego, cookies nya yang di makan bukan tangan Ziel." Keluh Ziel dan kemudian ia melahap sendiri cookies tersebut.

"Ya udah kalau gak mau, Ziel abisin aja cemuanya."

Di saat Ziel tengah asik menikmati cookiesnya, samar samar Ziel mendengar suara teriakan seseorang. Ziel menegang, lalu ia menatap Diego dengan membulatkan kedua matanya.

"Diego gak makan olang kan? Itu sualanya dari bawah situ, itu macih rumahnya Diego kan? Di bawah situ, apa ada olang yang abis Diego makan? Tapi olangnya belum mati, jadinya dia teliak teliak gitu? Diego gak akan makan Ziel juga kan? Kalau Diego macih lapel, makan cookiesnya aja ya jangan makan Ziel. Ziel takut sakit kalau di gigit."

Diego hanya menatap bingung dengan apa yang di katakan Ziel. Tapi sedetik kemudian, Diego menduselkan kepalanya pada kepala Ziel hingga membuat Ziel tertawa karena merasa geli ketika bulu Diego mengenai telinganya.

"Hahaha... Udah Diego udah... Ziel geli tau... Udah ya Diego..." Pinta Ziel.

"Baby... Apa yang baby lakukan di dalam rumah Diego? Cepat keluar!" Titah Bryan. Ia mendengar suara Ziel yang sedang mengobrol, kemudian Bryan mencari sumber suaranya. Dan ia melihat Ziel yang sedang bersandar pada Diego sambil memakan cookies.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang