Ziel duduk manis di bangku mobil, ia terus diam memandang pemandangan di luar sana, sedangkan Farhan ia sedang menghubungi seseorang.
"Ya sebentar lagi saya sampai, saya sudah berhasil membawa ikan itu keluar dari kolamnya dan sekarang akan saya bawakan ikan ini menuju kolam anda. Dan saya minta, anda juga membawa ibu saya sesuai perjanjian kita sebelumnya." Panggilan itu terputus, Farhan memandangi Ziel sesaat lalu bergumam. "Maaf." Namun Ziel tidak mendengarnya karena anak itu bukan hanya memandangi pemandangan saja, tapi ia juga sedang melamun. Ia memikirkan bagaimana jika keluarganya akan marah lagi padanya? Ziel takut dan gak mau mengalaminya lagi.Mobil terhenti, Ziel melihat ada sebuah rumah yang tidak terlalu kecil, lalu ia menatap Farhan. "Apa mama ada di dalam lumah itu bang?" Tanya nya.
"Iya, ayo masuk."
Ziel berjalan dengan menggandeng tangan Farhan, entah mengapa anak itu merasa takut untuk masuk ke dalam.
"Abang, bica gak mama aja yang suluh keluar? Ziel takut bang...""Kenapa harus takut, kan ada abang. Ayo!"
Farhan menarik tangan Ziel dan membawanya masuk ke dalam rumah, di dalam sana Ziel tidak dapat melihat apa pun. Di rumah tersebut hanya sepi yang menyapanya hingga seorang pria tua keluar dari salah satu ruangan, melemparkan senyuman yang entah mengapa membuat Ziel semakin ketakutan. Ziel meremas kuat tangan Farhan, ia bahkan bersembunyi di balik tubuh Farhan.
"Aku sudah membawa ikan ini keluar dari kolamnya, sesuai janji, lepaskan ibu ku." Ucap Farhan kepada pria tersebut.
"Apa seperti itu cara bicara mu kepada ayah kandung mu sendiri, Farhan Putra Dermawan? Apa wanita itu tidak mendidik mu dengan baik?" Ucap pria itu yang bernama Andri Dermawan.
"Jaga ucapan mu pak tua! Ibu ku mendidik ku sangat baik, tapi kau bukan orang yang pantas untuk ku hormati. Mana ada seorang ayah yang melibatkan putranya sendiri dalam dendam pribadinya, terlebih putra itu sudah di buang olehnya bertahun tahun yang lalu."
"Jadi kau tidak suka jika di libatkan dalam masalah ini? Kakak mu di bunuh oleh keluarga angkat anak ini, dan kau tidak perduli sama sekali?"
"Bukan begitu! Setelah aku bertambah usia, aku mencari tau tentang kematian kakak, memang itu terlihat seperti keluarga Rodriguez yang membunuhnya, tapi kenyataannya bukan! Keluarga mereka lah yang berusaha menolong kakak pada kekacauan yang di buat oleh wanita yang kau cintai itu! Kakak berada disana karena ingin bertemu dengan wanita itu, apa kau tidak tau, di saat kau memukuli ibu ku ketika kau mabuk, kau terus mengatakan wanita sialan itu hingga aku dan kakak mendengar kenyataan kalau ibu kandung kakak berada di keluarga Rodriguez. Sejak saat itu kakak mengatakan pada ku kalau kakak ingin bertemu dengan wanita itu. Jadi kakak...."
"Sudah cukup Farhan!!! Kau tau apa tentang masalah ini, hah?! Kau hanya anak kecil yang tidak mengerti apa apa! Sekarang pergilah, aku akan membalaskan dendam ku pada Rodriguez, biar mereka tahu bagaimana sakitnya kehilangan putra yang sangat mereka sayangi."
"Baik, aku akan pergi. Tapi katakan dimana ibu ku? Aku sudah selesai menjalankan perintah mu, sekarang bebaskan ibu ku."
Beberapa anak buah Andri datang mendekat, mereka memisahkan Farhan dengan Ziel. Membuat Ziel menangis ketakutan, ia tidak mau di pisahkan dari Farhan orang yang satu satunya ia kenal, sementara orang orang yang berada di rumah itu memiliki wajah yang menyeramkan. Farhan tidak bergerak, ia seakan menulikan pendengarannya dari panggilan Ziel. Sementara anak itu sudah di bawa masuk ke dalam suatu ruangan, kini hanya tersisa ayah dan anak.
"Bunga, wanita itu... Sudah mati satu minggu yang lalu. Kau bisa lihat makamnya di kuburan keluarga miliknya." Ucap Andri dengan enteng.
Farhan yang mendengar itu sangat marah, ibunya sudah mati? Pasti ibunya mati di bunuh oleh pria gila di hadapannya.
"Kau... Kau sudah membunuh ibu ku! Kau bajingan, sialan!" Umpat Farhan."Wanita itu yang menginginkan mati, jadi bukan salah ku."
"Kau gila! Kembalikan Ziel! Kau sudah melanggar kesepakatan yang kita buat!" Farhan berlari menuju ruangan dimana Ziel dibawa, tapi langkahnya di hentikan oleh Andri. Dengan jentikan jari, dua orang anak buah Andri datang lalu salah satunya membuat Farhan tidak sadarkan diri.
"Buang anak ini ke kampung halaman ibunya." Titah Andri yang kemudian di laksanakan oleh anak buahnya.
"Sinyal dari jam tangan baby bergerak lagi." Ucap Edern.
"Buat dua kelompok, satu mengikuti sinyal itu, satu lagi datang ke tempat dimana sinyal itu sempat berhenti lama." Titah Bryan.
Mereka pun segera membuat dua kelompok sesuai apa yang di katakan Bryan kecuali para istri yang di larang untuk ikut, dan mereka segera pergi menggunakan mobil mewah yang mereka miliki. "Tunggu lah baby, daddy akan segera membawa mu pulang." Gumam William.
Kelompok pertama terdiri dari William, Diota, Jacob, Kelvin, Sean, Ciko, dan Arkan, mereka menuju tempat dimana sinyal itu sempat berhenti. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari Jackson, Bryan, Edern, Nevandra, Cika, Dion, Audrey, dan Zain, mereka mengikuti sinyal dari jam tangan Ziel yang kembali berjalan.
Dengan kecepatan penuh, mereka semua membelah jalanan. Mereka tidak perduli dengan makian dari pengguna jalan lainnya. Sinyal yang sedang di ikuti oleh kelompok ke dua berhenti di suatu tempat, tak lama kemudian mereka pun juga tiba disana. Ada sebuah rumah kecil yang seperti mau hancur, mereka secara perlahan lahan mencoba untuk masuk ke dalam sana. Edern yang melihat seseorang sedang duduk termenung dengan uraian air mata, dengan cepat ia menghampiri orang tersebut yang merupakan pelaku dari penculik adik kecilnya itu.
"Bajingan! Berani beraninya kau menculik adik ku! Katakan sekarang, dimana adik ku?!" Bentak Edern.
"Tidak ada disini. Ziel ada di jalan Kamboja, lebih baik kalian cepat kesana sebelum nyawa Ziel melayang." Ucap Farhan tak bersemangat.
Cika melemparkan sebuah tamparan pada Farhan, sedangkan si empu hanya diam menerima itu, seakan jiwanya tak lagi berada dalam raganya. "Siapa yang membayar mu?" Tanya Bryan.
"Tidak ada."
"Cepat katakan, siapa yang membayar mu?! Siapa orang yang sudah memberikan perintah itu! Cepat katakan atau nyawanya akan melayang!" Ancam Audrey.
"Bunuh saja aku, lagi pula... Aku tidak lagi punya tujuan untuk hidup. Satu satunya tujuan ku untuk terus hidup dan membuatnya bangga, sudah di bunuh oleh orang itu. Cepat, bunuh saja aku..." Ucap Farhan yang semakin deras menjatuhkan air matanya. Ia tadi di turunkan oleh anak buah ayahnya di pemakaman keluarga milik ibunya. Dan ia melihat sendiri ada makam baru yang tertera nama ibunya beserta foto ibunya. Kemudian ia berjalan menuju rumah kecil dimana dulu menjadi tempat tinggal nenek dan kakeknya.
"Siapa orang itu? Katakan semuanya padaku, lalu akan ku penuhi keinginan mu untuk mati." Seru Jackson.
Farhan menatap Jackson, kemudian ia berkata... "Orang itu ayah kandung ku, orang yang selama ini memiliki dendam kepada keluarga kalian karena nyawa putra pertamanya telah melayang dan menganggap kalian sebagai pembunuhnya. Ayah ku, tidak mendengarkan penjelasan dari ku tentang kebenaran kematian kakak ku. Ia ingin nyawa Ziel sebagai bayaran dari nyawa kakak ku, dia bahkan menyandra ibu ku dan menyuruh ku melakukan ini semua. Ayah ku bernama... Andri Dermawan."
1 chap dulu aja ya
Nanti gak tau kapan aku up sampai tamatTinggal sedikit lagi kok chap nya
Mungkin di chap 57 baby Ziel tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...