Ok, lupakan soal cerita yang katanya rada mirip dengan ku
Nih aku double up buat kalian
^^Ziel seketika menangis dan berteriak menyebutkan kakeknya, semua orang disana merasa sedih dengan apa yang sudah terjadi di tambah lagi dengan Ziel yang seakan merasa ikatan batin kepada kakeknya itu. Tak berselang lama, pintu ruang ICU terbuka, menampilkan seorang dokter dengan wajah sedihnya.
"Ba-bagaimana keadaan papa saya?" Tanya Febrian segera.
"Kami mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun Tuhan berkehendak lain. Pasien, tidak dapat di selamatkan." Jawab dokter tersebut.
Febrian ambruk di tempat, ia merasa syok dengan apa yang terjadi. Bahkan Bryan dan keluarga lainnya juga ikut merasakan. Sedangkan Ziel masih saja menangis memanggil kakeknya. Jasad Roni di bawa ke kamar jenazah sebelum akhirnya di pulangkan ke rumahnya. Sebelumnya, Ziel yang melihat Roni segera berontak ingin mendekatinya. Julia tidak bisa menahan dan membiarkan si bungsu turun dari gendongannya dan menghampiri jasad Roni.
"Kakek, bangun kek... Kok kakek tidur aja sih, bangun dong kek, Ziel pengen di peluk kakek. Kata mommy kakek cakit, kakek mau istilahat dulu ya? Ya udah deh, nanti Ziel datang lagi ya kek, Ziel juga mau tidul, Ziel ngantuk soalnya." Ucap Ziel menahan brankar yang membawa jasad Roni dan di ajaknya bicara serta menggoyang goyangkan lengan Roni dengan kuat.
Febrian mulai menangis melihat kejadian itu, bagaimana bisa ayahnya pergi secepat ini? Bukan kah ia baru saja bertemu dengan cucu bungsunya? Bagaimana dengan rencana rencana yang ia buat untuk mengajak Ziel pergi kesana dan kesini? Apakah ayahnya itu tidak ingin melihat tumbuh besarnya Ziel dengan kedua matanya secara langsung?
Bryan yang melihat keadaan Febrian yang kacau mencoba untuk menenangkannya. Sedangkan William segera mengendong Ziel. "Biarin kakek istirahat dengan tenang ya baby, kakek pasti merasa bahagia sekarang karena sudah berhasil melindungi baby dari orang orang jahat, dan juga karena sudah bertemu dengan baby."
Ziel yang tak mengerti dengan ucapan daddy nya, hanya menganggukkan kepala saja dan menenggelamkan kepalanya di curuk leher William. Ia bahkan mulai memejamkan kedua matanya karena sudah sangat mengantuk serta kecapean menangis sejak tadi bangun dari tidur siang.
Segala urusan pemakaman Roni telah siap, sore hari Roni pun di makamkan. Para orang tua Rodriguez datang kesana, sementara anak anaknya semua berada di mansion menjaga si bungsu. Ngomong ngomong Ziel udah boleh pulang pas dia masih tidur karena infusnya juga sudah habis. Mereka pulang tanpa membangunkan Ziel. Dan sekarang Ziel tengah asik menonton kartun larva, tapi di pertengahan film ia merasa bosan.
Ide jahilnya tiba tiba muncul, ia beranjak dari sofa dan berkata. "Abang, kakak, Ziel mau pipis dulu, ndak usah di antelin, Ziel udah gede bica sendiri."
Para abang dan kakaknya hanya menganggukkan kepala dan tidak melihat si bungsu berjalan kemana. Ziel sekarang sudah berada di dapur, niat hendak mengambil tepung untuk menjadikan abang dan kakaknya badut, tapi itu tidak dapat terlaksanakan karena ada Siska disana dan juga seorang pengawal yang sedang memasak.
"Tuan muda kenapa kesini? Tuan muda mau apa? Biar bi Siska buatkan." Tanyanya.
Belum juga Ziel menjawab, hidung anak itu mencium bau sesuatu yang sepertinya enak. "Ini bau apa bi? Halum, kayanya enak." Ujar Ziel.
"Oh itu paman Oki lagi buat mie goreng." Jawab Siska.
"Mie goleng itu apa? Ziel boleh nyoba?"
"Tidak boleh tuan muda, karena mie goreng itu tidak baik untuk kesehatan. Tuan muda mau apa? Nanti bibi buatkan asalkan bukan mie instan."
Ziel berpura pura berpikir, tentu yang ia pikirkan bukan mau makanan lainnya, tapi bagaimana cara dia memakan mie goreng yang sudah matang dan sangat menggoda iman Ziel yang besar.
"Hmmm... Ziel mau boneka Ziel aja yang di kamar, Ziel gak lapel soalnya. Bibi mau ambilin gak? Boneka nya yang patrik ya bi." Pinta Ziel.
"Baik tuan muda, bi Siska ambilkan dulu ya. Tuan muda tunggu di ruang keluarga aja ya sama yang lainnya."
"Ok bi."
Setelah Ziel melihat Siska berjalan mulai menjauh, ia segera memanggil satu orang lagi yang tersisa di dapur.
"Paman Oki!" Teriak Ziel, Oki yang baru saja mengaduk mie dengan bumbu segera menoleh.
"Ada apa tuan muda?"
"Paman tolong ke depan bental ya, ambilin cookies Ziel yang ketinggalan di ruang tamu."
"Siap tuan muda, tunggu sebentar ya."
Ziel melihat sekitar dan aman. Dengan segera ia menaiki bangku yang berada di meja bar dan memakan mie goreng milik Oki. "Umm... Enyak..." Ucapnya dengan mulut yang penuh. Untung saja Oki belum menuangkan saos cabe, kalau sudah sekarang Ziel pasti menangis karena pedas.
Dengan cepat Ziel menghabiskan mie goreng tersebut, bahkan mulutnya sangat penuh, dalam hal seperti ini Ziel akan makan dengan tiga kali mengunyah agar tidak ketahuan siapa pun.
Kedua pipi Ziel mengembung, dan mie di piring telah kandas. Ziel segera turun dari bangku dan berlari ke halaman belakang untuk bersembunyi.
"Maaf tuan muda Kelvin, tuan muda Ziel kemana ya? Tadi saya meminta tuan muda Ziel menunggu disini karena saya harus mengambil bonekanya. Tadi saya juga sempat ke dapur tapi tidak ada tuan muda Ziel." Tutur Siska. Ya, dia tadi turun dan melihat di ruang keluarga tidak ada si bungsu Rodriguez, lalu ia ke dapur tapi tidak ada juga. Siska bahkan bertemu dengan Oki, dan Oki menjelaskan apa yang ia lakukan karena perintah Ziel.
Ia bahkan sempat terkejut karena mie nya sudah habis. Tentu Oki kesal, dan ia kembali membuat mie goreng dengan misuh misuh. Sedangkan Siska menemui tuan dan nona muda nya untuk menanyakan keberadaan Ziel.
Kelvin dan yang lain sempat terkejut mendengarnya, tapi kalau di pikir pikir lama juga sudah Ziel ke kamar mandinya.
"Cari baby di setiap sudut ruangan, sepertinya baby sudah mulai nakal lagi." Jawab Edern selaku anak paling tua disana.Semuanya bangun dan mulai mencari keberadaan Ziel termasuk para maid dan juga bodyguard. Kelvin segera berjalan menuju halaman belakang bersama dengan yang lain, namun mereka berpencar. Karena halaman belakang cukup luas, bahkan di samping mansion terdapat taman bunga yang memiliki labirin hingga ke depan rumah di sisi kanannya, nampaknya Ziel belum tahu soal itu. Walau pun sudah sering lihat yang ada di depan rumah tersebut, tapi Ziel belum pernah pergi ke halaman depan rumah, ia selalu pergi ke bagian belakang.
Saat ini Ziel sedang mencoba memanjat pohon yang memiliki rumah pohon, tentunya memanjat menggunakan pijakan kayu yang sudah melekat pada batang pohon tersebut.
"Disini asik, Ziel suka banget." Gumamnya.
Ziel sekarang sedang duduk dengan kaki yang bergelantungan ke bawah, pada tepi rumah pohon tersebut terdapat pembatas dengan sela sela yang muat untuk di masukan kaki orang dewasa. Jadi Ziel menyelipkan kakinya disana sambil ia goyangkan. Ziel melihat para abang dan kakaknya berada di halaman belakang, tapi anak itu tidak ada niat sama sekali untuk memanggil.
"Hihihi... Pasti lagi cariin Ziel." Bisiknya pada diri sendiri. Ziel terus menonton mereka dari atas situ dengan tak henti tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...