Chap 49

17.2K 2.1K 130
                                    

Oline membawa Ziel ke toko pakaian, Oline menunjukkan baju baju bagus untuk Ziel dan dengan polosnya Ziel menganggukan kepala menyetujui untuk membeli pakaian tersebut. Menurut Ziel ini hal yang menyenangkan bisa berbelanja bersama seorang teman. Oline tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia pun ikut serta membeli beberapa pakaian yang harganya cukup mahal. Saat di kasir, Oline meminta untuk pakaiannya di kirimkan langsung ke rumahnya, semua Oline bayar menggunakan black card milik Ziel yang sampai saat ini masih berada di genggamannya.

Dari toko pakaian mereka beralih ke toko tas, lalu sepatu dan kini tiba tujuan akhir yaitu konter hp. Ziel bersemangat sekali melihat lihat ponsel yang di pajang disana. Oline juga sama semangatnya dalam memilih ponsel, Oline juga merekomendasikan sebuah ponsel yang cocok untuk Ziel dan juga aksesorisnya.
Sementara itu Azka dan kedua bodyguard Ziel masih memantau mereka dari jauh, sambil menunggu kedatangan William.

Oline dan Ziel sudah mendapatkan apa yang di inginkannya, dan ketika Oline hendak membayar black card tersebut tidak dapat di gunakan atau di blokir. Oline kaget, padahal belum lama ini ia bisa menggunakannya untuk berbelanja hingga totalnya puluhan juta. Dan ini untuk dua ponsel serta aksesorisnya yang tidak sampai delapan puluh juta kenapa tidak bisa?

"Ziel coba kasih kartu mu yang lainnya." Ucap Oline dan di turuti oleh Ziel.

Satu persatu kartu di coba dan semuanya di blokir, Oline nampak panik dan juga kesal sedangkan Ziel hanya menatap bingung Oline. "Semua kartu di blokir, bagaimana kalian akan membayarnya? Berikan pada kami nomer ponsel orang tua kalian, biar kami hubungi orang tua kalian." Ucap pegawai tersebut.

"Tidak perlu saya sudah disini. Cancel semua barang yang di beli mereka dan gunakan kartu ini untuk membayar segel yang sudah di buka." Ucap William yang baru saja datang.

"Daddy!" Sorak Ziel senang kala melihat William datang. "Tapi kok daddy bica ada disini? Kan Ziel bilang ke daddy kalau Ziel ke mall nya cama Azka bukan sama daddy."

"Kalau begitu dimana Azka?" Tanya William dingin dan ia menatap Ziel serta Oline dengan tatapan tajamnya.

"Tadi kita tinggalin di toko mainan, telus Ziel kesini cama kak Oline biar bisa beli hp kaya abang."

"Daddy bilang apa ke baby, anak kecil tidak boleh punya ponsel. Kenapa baby tidak mendengarkan perkataan daddy?"

"Kak Oline bilang..."

Oline yang mendengar Ziel akan mengatakan kalau dia yang menghasutnya dengan segera dia mundur beberapa langkah dan hendak melarikan diri. Tapi hal tersebut tidak dapat di lakukannya karena Azka dan kedua bodyguard Ziel sudah memblokir jalannya.

"Mau kemana kau iblis kecil?" Tanya Azka.

"Minggir gak?!" Bentak Oline kepada Azka membuat Ziel menatap Oline terkejut.

"Kalian urus anak itu! Baby, ikut daddy pulang sekarang!" Titah William.

"Aku juga ikut mereka ya om." Ucap Azka dengan smirknya dan William hanya menatap Azka tanpa memberi jawaban, namun Azka tau kalau William mengizinkannya.

Setibanya di rumah, Ziel sedang menangis sesegukan. Karena sepanjang perjalanan Ziel di diami oleh William. Saat Ziel kesal karena tidak ada tanggapan, Ziel meninggikan suaranya ketika ia mengatakan 'Daddy nyebelin!' dan William lebih meninggikan suaranya atau dapat di katakan William membentak Ziel untuk diam. Dari saat itu sampai tiba di rumah Ziel terus saja menangis.

Di ruang keluarga, sudah ada para orang tua yang kumpul disana. Ziel merasa takut untuk memanggil mommy nya agar mendapatkan perlindungan, karena semua yang berkumpul disana memasang wajah marah yang membuat Ziel sangat takut.

"Sadar gak kalau baby berbuat salah?" Tanya William dan Ziel hanya menganggukkan kepala tanpa berani menatap siapa pun.

"JAWAB!!!" Bentak William membuat Ziel tersentak.

"I-iya..." Jawab Ziel pelan.

"Apa kesalahannya?" Kali ini Jackson yang bertanya.

"Mau beli hp kaya abang."

"Kenapa mau beli hp padahal sudah di larang? Buat main game? Atau buat gaya gayaan?" Bryan.

"Main game opa..."

"Di rumah ada banyak permainan, baby juga punya PSP tapi jarang baby gunakan, baby juga bisa pinjam ponsel abang atau kakak buat main game. Kenapa daddy dan semuanya melarang baby punya ponsel, itu demi kebaikan baby sendiri. Baby masih kecil, masih belum boleh punya ponsel, baby kalau sudah main game di ponsel suka tidak ingat waktu, bagaimana kalau baby punya ponsel sendiri? Bisa lupa belajar, makan, mandi, lama lama mata baby bisa rusak. Mengerti?!"

"Tapi cemua teman Ziel di kelas punya ponsel, masa Ziel sendili yang gak punya. Daddy bohongin Ziel kan." Cicit Ziel.

"Itu mereka bukan baby. Ingat, baby itu anak daddy, bungsu dari keluarga Rodriguez, dan disini ada aturan yang baby harus taati. Semua aturan yang ada, itu demi kebaikan baby sendiri."

"Kalau karena itu baby merasa iri dan ingin punya ponsel juga, lebih baik baby berhenti sekolah saja dan kembali seperti dulu, homeschooling." Seru Jacob.

"Ndak mau papi! Ziel gak mau! Hiks... Hiks... Ziel mau cekolah, maafin Ziel... Hiks... Daddy Ziel mau cekolah, Ziel gak mau hp lagi, yang penting Ziel sekolah. Hiks... Hiks."

"Baik, tapi baby harus di hukum tidak boleh pergi kemana mana selama satu minggu. Sekolah juga tidak boleh, baby akan homeschooling dulu. Selain itu, baby harus mendengar perkataan kita semua dan juga Azka. Jika Ziel ingin memiliki teman lagi, setidaknya tanyakan dulu ke Azka. Bagaimana pun Azka pandai menilai orang, jadi baby tidak akan di tipu lagi. Selain itu, semua kartu baby tidak akan memegangnya sendiri selama beberapa bulan ke depan." Ujar William.

"Dan baby tidak boleh bertemu lagi dengan yang namanya Oline atau pun menanyakan tentangnya. Yah walau pun setelah ini anak itu tidak akan berada disini lagi dan baby tidak akan pernah bisa bertemu lagi dengan setan kecil itu." Ucap Diota.

"Kenapa yah? Emangnya kak Oline mau pelgi kemana? Kak Oline kan baik."

"Baby masih tidak sadar kalau Oline itu hanya ingin memanfaatkan baby saja? Mengajak baby ke mall beli ini itu, tapi dia juga ikutan beli dengan tidak tau malu menggunakan kartu punya baby, bahkan yang di belinya lebih banyak dan lebih mahal dari punya baby." Ujar Gracia.

"Tapi kata mommy, kita harus belbagi kan. Jadi gak salah kan kalau Ziel juga beliin kak Oline yang dia mau."

"Mommy memang mengajarkan untuk berbagi, tapi bukan seperti itu Aziel! Apa kamu tidak mengerti juga!!!" Bentak Gracia kesal, karena ia sering memberi taukan ke Ziel tentang berbagi. Kepada siapa ia harus berbagi, dan jika seseorang meminta Ziel membelikan ini itu dalam jumlah yang besar Ziel harus bilang pada keluarga. Gracia juga mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk, selama ini Ziel selalu memahami ajaran Gracia. Tapi kenapa ketika ia mengenal dunia luar, ia tidak memahaminya sama sekali?

Ziel yang baru ini di bentak oleh Gracia, ia semakin merasa ketakutan. Jantung Ziel berdetak lebih cepat, ia juga merasakan sesak di dada. Ia menangis namun tak bersuara, Ziel meremas kuat kedua dengkulnya dengan kepala yang kian menunduk. Ziel sangat takut sekarang.





























































Gak mood banget buatnya
Next chap gak tau kapan up nya
Selagi gk mood, mungkin bakal lama
😁

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang