Chap 25

29.8K 2.8K 95
                                    

Ziel menatap lekat Prasetyo masih dengan tersenyum senang, ia bahkan memperhatikan apa yang akan di katakan olehnya itu. "Sayang sekali... aku bukan papa yang kau maksud kan itu. Aku hanya memiliki dua anak, Zaskia dan juga Dito, bukan kau."

Senyum itu hilang, di gantikan dengan raut wajah yang bingung. "Maksud papa apa?" Tanya Ziel dengan polosnya.

"Pras!" Tegur Roni dan Febrian bersamaan. Mereka tidak ingin Ziel sedih, biarkan saja Ziel menganggap Pras itu ayah kandungnya, toh dia masih kecil. Di ceritakan hal yang sebenarnya ia juga belum akan mengerti.

"Maaf, aku selesai..." Ucap Pras mengakhiri sarapannya yang belum habis semua dan pergi menuju kamarnya, mungkin ia akan melakukan pekerjaannya.

"Kenapa papa pergi kek? Ziel macih gak paham sama ucapan papa tadi, tapi kata papa anak papa cuma kak Zaskia sama bang Dito, belalti Ziel bukan anak papa dong?" Mata Ziel mulai berkaca kaca, sebentar lagi pasti akan pecah tangisnya.

"Adek anak papa juga kok, papa tadi cuma becandain adek aja, jangan nangis ya." Bujuk Dito.

"Abis makan adek mau makan es krim gak? Kakak punya banyak lho, adek suka rasa apa?" Tanya Zaskia merubah topik.

"Coklat! Ziel mau es krim coklat!" Seru si kecil sambil meloncat loncat di bangku membuat mereka semua menahan gemas.

"Tapi di abisin dulu ya makannya."

"Cuapin kak."

"Uuuh adek kakak manja banget sih, sini sini di suapin sampai abis."

Usai makan Ziel langsung menagih es krimnya, sebenarnya Zaskia ingin memberikannya saat siang nanti, tapi ia sudah terlanjur janji akan memberikannya seusai sarapan, jadi ya sudahlah, Ziel diberikannya satu es krim coklat.

"Enak?" Tanya Zaskia kala Ziel telah menghabiskan es krimnya.

"Mau lagi kak."

"Gak dek, satu aja. Ini masih pagi."

"Ok deh kakak cantik." Puji Ziel membuat Zaskia segera memeluk sang adik.

"Aaa.... Bang Dito juga mau di peluk sama adek." Seru Dito merasa iri kemudian Ziel memeluk abangnya dengan erat.

Setelah acara peluk memeluk kini ketiga cucu dari Roni sedang asik bermain di kolam renang, tentunya Ziel yang meminta. Karena di rumahnya ia tidak di perbolehkan berenang, jadi ini kesempatannya bukan? Ziel berenang dengan menggunakan pelampung di badannya, pelampung itu memang sudah di sediakan oleh Roni, karena Roni memang berniat ingin mengajak cucu bungsunya berenang.

"Awas, kakek mau lewat." Ujar Roni yang baru saja masuk ke kolam renang dan berenang mengarah ke Ziel.

Si bungsu sangat menikmati hari ini, tampak jelas pada raut wajahnya yang imut itu, bahkan senyumannya sama sekali tidak memudar. Dari balik pintu belakang mansion, ada seseorang yang terus memperhatikan mereka.

"Kenapa tidak ikutan saja? Coba buka hati mu dan terima Ziel, biar bagaimana pun dia adik dari anak anak mu. Anak itu tidak bersalah sama sekali, dia tidak tau apa apa, yang salah adalah orang tuanya, jadi salahkan saja Echa dan selingkuhannya itu. Jangan sampai kita menyalahkan anak yang tidak berdosa." Ujar Febrian yang melihat Prasetyo dan datang menghampiri, setelah menasehatinya, Febrian segera berlalu menuju kolam renang dan ikut serta bersenang senang.

"Aah... Papa! Papa sini pa! Kita belenang bareng!" Pekik Ziel kala kedua matanya melihat Prasetyo, namun Pras hanya menatapnya sekilas kemudian pergi begitu saja.

"Papa kok pelgi? Papa ndak denger Ziel manggil kali ya?" Lanjutnya sambil bertanya entah pada siapa.

"Gak denger kali dek, kalau denger papa pasti datang ikutan kita berenang." Ujar Dito yang mendengar pertanyaan Ziel tadi, dan tentu saja ia berbohong. Ia dan juga kakaknya tau bahwa papanya belum bisa menerima Ziel sebagai anak tirinya.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang