Malam harinya, semua sedang berkumpul di meja makan. Ziel tidak banyak bicara, ia masih merasa takut apa lagi setelah sang mommy membentaknya tadi dan pertama kali mommy nya memanggil dengan namanya. Tidak ada suara apa pun di meja makan kecuali suara decitan sendok, Ziel yang selalu ramai berbicara bahkan saat makan sekali pun hanya diam menikmati makanannya yang sedang ia makan sendiri. Ziel takut untuk meminta seseorang menyuapinya.
Ziel makan secara perlahan lahan, memastikan tidak ada sebutir nasi yang jatuh berserakan. Ketika semua orang sudah selesai makan, hanya tinggal Ziel seorang diri yang masih makan di meja makan tersebut. Siska datang memberikan segelas susu coklat hangat untuk Ziel, anak itu berterima kasih kepadanya lalu melanjutkan kembali makannya.
Setelah selesai makan, niat hati ingin menonton televisi. Tapi di kedua ruang keluarga sudah di tempati oleh abang, kakaknya, dan juga para orang tua. Kebetulan mereka menonton acara tv yang berbeda. Ziel mengurungkan diri untuk menonton kartun dan berniat kembali ke kamarnya saja.
"Baby udah selesai makannya? Sini sama kakak nonton tv." Ucap Audrey.
"Ziel mau ke kamal aja kak. Good night semuanya." Cicit Ziel yang masih belum berani menatap siapa pun.
"Udah mau tidur?" Tanya Gracia dan Ziel hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, kemudian Ziel berlari menuju lift.
"Baby jangan lari." Tegur Nevandra namun tak di indahkan oleh Ziel. Sementara itu Kelvin hanya menatap punggung kecil Ziel yang mulai menjauh.
"Haah..." Kelvin membuang nafasnya dengan kasar. Ia tahu kalau keluarganya tadi memarahi Ziel, dan sekarang mereka semua hanya diam saja. Menurut Kelvin kesalahan Ziel tidak terlalu besar, Ziel masih polos, masih belum memahami tentang dunia luar. Walau pun ia mengerti dengan teori tapi belum tentu dengan praktek.
Jadi jika Ziel di manfaatkan seperti ini, Kelvin merasa itu hal wajar yang akan di dapatinya bila melihat dari sifat Ziel yang baik, dan ia juga mencoba melakukan apa yang di ajarkan sebelumnya dari rumah ini. Dan kejadian tersebut bisa di jadikan pelajaran bagi Ziel agar tidak dapat terulang kembali. Ini kali pertamanya Ziel berinteraksi dengan dunia luar setelah selama sembilan tahun ia terus menerus berada di rumah, Kelvin takut jika Ziel akan merasa tidak berani dan tidak percaya diri untuk melihat dunia luar lagi apa lagi untuk memiliki teman yang selama ini sangat ia idamkan.
Lalu, kenapa juga para orang tua harus mendiamkan Ziel setelah ia di marahi? Merasa rugi karena telah mengeluarkan uang hampir dua puluh juta untuk orang lain? Ayolah, itu hanya dua puluh juta bukan kah mereka memiliki uang berpuluh kali lipat dari itu? Dan anak itu juga sudah di tangani oleh mereka juga kan? Jadi kenapa harus bersikap seperti ini? Apa mereka tidak melihat bagaimana Ziel sedari tadi merasa takut dengan mereka semua?
Kelvin beranjak dari ruang keluarga, meninggalkan laptopnya disana padahal masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. "Mau kemana bang?" Tanya Sean. "Baby." Jawab Kelvin.
Kelvin membuka pintu kamar Ziel, karena ia yakin jika Ziel tidak akan berani untuk tidur bersama dengan orang tuanya.
Hal pertama yang Kelvin lihat adalah kegelapan, nampaknya Ziel tidak menyalakan lampunya. Atau anak itu sudah tidur? Aah, sepertinya tidak. Karena Kelvin mendengar suara sesegukannya. Kelvin menghampiri Ziel yang tengah tiduran di kasur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya."Buka selimutnya baby biar gak susah nafasnya." Ucap Kelvin membuka selimut Ziel. Ia melihat kedua mata Ziel sudah bengkak dan hidungnya yang memerah. Dengan cepat Kelvin menggendongnya dan mengusap lembut punggung Ziel.
"Udah ya jangan nangis lagi, malam ini tidur sama abang ya." Lanjut Kelvin.
"Abang hiks... Gak hiks... Malah cama Ziel?"
Kelvin mengusap lembut pipi gembul Ziel menghapuskan air mata itu. "Abang gak marah kok. Tapi baby harus janji untuk tidak melakukannya lagi, kejadian tadi baby jadikan pelajaran ya. Dan tidak boleh makan sembarangan apa lagi junk food."
"Maafin Ziel ya abang..."
"Iya... Berhenti ya nangisnya. Mulai sekarang tidak boleh ada yang di sembunyikan, jika ada yang bilang aneh aneh atau ada yang bilang seperti Oline, baby harus bilang ke abang atau yang lainnya ya. Kita semua sayang sama baby, dan tidak ingin ada yang berniat jahat ke baby."
"Iya abang."
"Anak pintar, ya udah sekarang kita ke kamar abang ya. Baby bisa nonton kartun disana, mau kan?"
"Mau..." Cicit Ziel. Kelvin pun segera membawa Ziel ke kamarnya dan membiarkan Ziel menonton kartun kesukaannya dari televisi yang berada di kamarnya. Kelvin berharap hal ini dapat membuat suasana hati Ziel membaik.
Keesokan paginya, Ziel masih merasa takut dengan keluarganya. Ia hanya bersikap biasa saja kepada Kelvin, satu satunya orang yang menurut Ziel paling mengerti Ziel.
Sarapan ini saja Ziel dengan manja nya meminta Kelvin untuk di suapi.Setelah sarapan usai, Ziel mengantar Kelvin pergi kerja hingga depan rumah. Dalam hitungan detik, wajah yang sebelumnya tersenyum kini kembali bersedih. Dengan langkah kecilnya, Ziel kembali masuk ke dalam rumah dimana para keluarganya masih berada disana.
"Hari ini kita semua pergi kerja, baby jangan nakal di rumah, jam sembilan ada guru yang akan datang. Belajar dengan giat." Ucap William.
"Iya daddy." Jawab Ziel pelan dan masih belum berani menatap wajah siapa pun kecuali Kelvin.
Ketika semua orang sudah pergi, Ziel tengah asik menonton kartun di ruang keluarga. Ia menidurkan dirinya di atas karpet, ketika Ziel merasa bosan, ia akan berguling ke kanan dan ke kiri lalu berakhir dengan tiduran di atas ubin yang dingin.
"Apa yang tuan muda lakukan? Lebih baik tuan muda tiduran di atas sofa dari pada di atas ubin." Tegur Robin yang baru saja pulang ke mansion setelah di beri tugas dalam waktu lumayan lama oleh William.
"Ziel udah nyaman paman, males gelaknya."
"Nanti tuan muda bisa sakit kalau seperti itu, pindah ya tuan muda."
"Paman.... Ziel kangen cama mama Ziel, kila kira mamanya Ziel kangen ndak ya sama Ziel? Sekarang kan Ziel tinggal disini bukan di lumah paman yang waktu itu, mama pasti gak akan tau. Kalau mama nanti datang nyariin Ziel gimana ya paman? Apa Ziel pulang aja ke lumah paman itu? Tapi Ziel gak inget di mana rumahnya. Ziel kangen banget cama mama paman... Ziel juga kangen cama nenek."
"Menurut saya, mama nya tuan muda tidak lagi mencari keberadaan tuan muda. Kalau mama nya tuan muda merindukan tuan muda seperti hal nya yang tuan muda rasakan, pasti mama nya tuan muda akan datang kesini setelah mencari tau dimana anaknya berada. Jadi kalau bisa, tuan muda jalani saja apa yang ada di depan mata tuan muda, jangan terlalu berpikir yang berlebihan, nanti tuan muda bisa sakit."
"Tapiii, Ziel kangen mama..."
"Bagaimana kalau tuan muda video call nyonya aja? Emm maksud saya mommy, siapa tau bisa menghilangkan sedikit rasa rindu tuan muda ke mama nya. Kan sekarang mama nya tuan muda itu mommy, bagaimana?" Ziel menatap Robin dan sedetik kemudian ia menganggukkan kepalanya.
Makasi buat kalian yang sudah mengikuti ku sampai jumlah pengikut ku tiga ribuan 😁
Gak nyangka aku bisa sebanyak itu 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...