Chap 27

27.9K 2.8K 44
                                    

Malam menjelang, acara pelelangan akan segera di buka. Namun dari luar terdengar keributan, sehingga bos dari acara pelelangan itu turun tangan.
"Oh... Tuan Bryan, lama tidak berjumpa. Ada apa gerangan tuan Bryan datang ke tempat saya?" Tanya bos tersebut setelah melihat Bryan dan keluarganya datang ke tempatnya, tidak biasanya.

"Aku kesini sedang mencari cucu bungsu ku! Ada bedebah sialan yang berani beraninya menyentuhnya dan membawanya kesini." Ujar Bryan yang masih di selimuti emosi.

"Maaf tuan Bryan, anda sangat tau betul bukan kalau yang sudah berada disini tidak bisa di ambil lagi. Saya tidak pernah perduli orang orang yang berada disini itu di bawa dengan cara apa dan anak siapa mereka itu, jika tuan Bryan ingin mendapatkannya kembali, tuan Bryan harus mengikuti acara pelelangannya terlebih dahulu."

"Oh begitu kah? Kau masih saja licik seperti biasanya, uang saja yang ada di pikiran mu. Padahal orang orang yang berada disini belum kau bayar kan? Kau katakan saja pada orang yang membawa cucu ku, katakan padanya kalau cucu ku sudah di bawa pulang oleh keluarganya dan kau tidak bisa menghentikannya."

"Hahaha tuan Bryan, kau ingin mencorengkan wajah ku?"

"Bahkan aku sangat ingin menghancurkannya jika kau tidak mengembalikkan cucu bungsu ku!"

Bos dari acara tersebut menatap Bryan, kemudian ia menghela nafas dengan kasar.
"Baiklah... Baiklah... Aku akan mengembalikan cucu mu itu, dari pada aku harus mengalami kerugian besar jika tidak menuruti mu."

"Keputusan yang bagus Max, baru saja aku ingin menyuruh anak buah ku untuk meratakan tempat mu ini."

"Itulah yang ku pikirkan tadi, anak buah ku saja sudah banyak yang tumbang kau buat. Jika aku tetap pada pendirian ku, kau akan membuat ku miskin dalam sedetik saja. Silahkan masuk dan cari cucu anda itu."

Bos tersebut bernama Max, Max Alexanders. Orang Indonesia yang masih memiliki kekentalan darah Amerika, dan orang tersebut tentu kenal dengan Bryan serta keluarganya. Bagaimana tidak kenal? Mereka juga menjalin kerja sama dalam melakukan perdagangan organ manusia. Jika musuh musuh Bryan tertangkap, setelah di siksa, maka organ yang masih bagus akan di jual ke Max. Tapi untuk perdagangan manusia, tentu saja keluarga Rodriguez tidak ikut serta, mereka masih memiliki hati.

Mereka semua masuk dan mengamati satu persatu orang yang berada di jeruji besi itu.
Mata mereka akhirnya menemukan kesayangannya yang sedang duduk di ujung dengan menangis sesegukan.

"Baby!" Seru mereka serempak membuat Ziel menatap kedapan.

"Daddy! Ziel takut, hiks... Huaaa... Takut daddy, tolong Ziel." Seru Ziel.

"Lepaskan anak itu." Titah Max pada anak buahnya yang segera di laksanakan.
"Dari sekian banyak anak, kenapa anak itu yang harus menjadi cucu mu? Padahal aku yakin harga jualnya pasti mahal, mungkin aku bisa mendapatkan hingga triliyun." Lanjut Max pada Bryan.

"Apa kau tidak lihat aku dan keluarga ku? Apa di antara kita ada yang tidak rupawan? Tentu saja cucu ku rupawan semua seperti opa nya." Ucap Bryan menyombongkan diri.

"Ya... Ya... Ya... Keluarga Rodriguez memang di kenal akan ketampanan dan kecantikannya yang tiada tara. Sudah kan, pergi sana, acara ku akan segera di mulai. Berkat kalian acara ku jadi tertunda lima menit."

"Hanya lima menit saja bukan batal kan. Baiklah Max kami pergi dulu."

Semua keluarga Rodriguez pergi dengan para bodyguardnya. Ziel memeluk William dengan sangat erat, bahkan ia masih sesegukan. William dengan sabar mengusap lembut punggung anak bungsunya itu sembari memberi kecupan pada keningnya.

"Kita ke rumah sakit." Seru William kepada Robert yang sedang mengendarai mobil.

"Baik bos." Jawab Robert.

William memeluk erat anaknya yang sudah tertidur, suhu tubuh Ziel tinggi, mungkin dia syok dengan apa yang terjadi. Bahkan di pipinya yang gembul terdapat bekas lebam, entah apakah ada luka lagi di tubuh mungil Ziel atau tidak, mereka harus memastikannya di rumah sakit nanti. Dan mencari dalang dari kejadian ini, mereka semua berjanji tidak akan memberi ampun si pelaku tersebut. Mungkin mereka bisa menjadi teman bermain Diego. Ingat Diego? Ya, itu adalah kucing besar berwarna putih kesayangannya William.

Setibanya di rumah sakit, Ziel segera di periksa oleh dokter lainnya bukan dengan Alex, karena Alex kebetulan sedang melakukan operasi. Di saat Ziel tengah di periksa, para wanita datang. Padahal sudah di bilang besok pagi saja datangnya karena sekarang sudah larut malam, tapi mereka kekeh ingin datang untuk melihat keadaan Ziel.

Dokter keluar, mengatakan bahwa Ziel tidak apa apa, dan tidak memiliki luka apa pun selain lebam di pipinya. Semua keluarga Rodriguez kini bernafas lega, dan mereka memasuki ruangan Ziel. Dapat di lihat anak itu tengah tertidur pulas sekali. Karena merasa lelah, yang lainnya pun ikut tidur. Ada yang di sofa, ada yang di atas lantai, ada juga yang di kamar sebelah.

Keesokan paginya...
Mereka semua terbangun lebih awal dari pada Ziel, mereka juga sudah kembali pulang ke rumah secara bergantian untuk membersihkan diri dan juga sarapan, tak lupa membuatkan bubur manado untuk sarapan Ziel.

Ziel yang sudah terbangun kini sedang menikmati buburnya, sambil menonton kartun di televisi. Makannya di suapi oleh Kelvin, karena hanya ada dia yang berada di ruangan Ziel. Selesai makan, Ziel minum obat yang sudah di hancurkan dan di beri air, abangnya yang satu ini emang paling tahu soal Ziel. Jadinya Ziel dapat meminum obat tanpa mengeluh.

Bahkan Ziel yang hendak akan bicara, dengan segera Kelvin menggendongnya menuju kamar mandi. Karena Ziel ingin buang air kecil, padahal anak itu belum mengatakan apa apa, tapi Kelvin sudah tau saja. Mungkin karena tadi Ziel sempat menahan kala kartunnya masih tayang dengan kedua kaki yang di gerak gerakkan, jadi begitu Ziel sudah tak tahan lagi dan ingin ke kamar mandi, Kelvin segera menggendongnya.

"Abang..." Rengek Ziel.

"Apa?" Tanya Kelvin dingin.

"Bocen..."

Kelvin kembali menggendong Ziel dengan tiang infus yang di dorongnya, panas Ziel sudah turun tadi, dan ia hanya harus menghabiskan infus tersebut, lalu boleh pulang. Sebenarnya bisa saja di bawa pulang, tapi keadaan rumah sedang tegang, karena para orang tua sedang mencari tau siapa pelaku yang berani menculik kesayangannya dan juga dengan beraninya menyerang mansion sahabatnya Bryan itu.

Kelvin membawa Ziel ke taman belakang rumah sakit, disana juga ada ayunan. Kelvin menaiki itu dengan memangku Ziel, anak itu sangat senang sekali karena ini kali keduanya ia menaiki ayunan. Karena Ziel menaikinya saat berada di rumah sakit aja, di rumahnya gak ada ayunan soalnya. Ziel lupa untuk meminta kepada daddy nya, padahal sejak sakit tempo hari itu, ia telah berniat meminta daddy nya. Tapi Ziel lupa.

Merasakan sejuknya angin membuat Ziel lambat laun memejamkan kedua matanya dan mengarungi alam mimpi. Kelvin yang sadar akan hal itu tersenyum tipis dan mencium pucuk kepala Ziel dengan penuh kasih sayang. Setelahnya ia membawa sang adik kembali ke kamarnya agar tidurnya lebih nyaman.

Siang harinya di mansion, keluarga Rodriguez telah berhasil menangkap orang orang yang menyerang mansion Roni. Mereka kini tengah di siksa habis habisan, namun mereka tetap menutup rapat mulutnya tidak memberitahukan siapa bos mereka. Febrian juga berada di ruang bawah tanah keluarga Rodriguez, ia ikut menyiksa orang orang tersebut, terutama bos mereka yang dengan sadisnya menginjak kepala Roni yang sudah tak berdaya.

















































Chap ini pasti udah ada yg baca sebelumnya karena salah up, walau pun belum full semuanya sih waktu itu

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang