Sepulang sekolah, Kelvin datang menjemput Ziel. Anak itu yang melihat abang kesayangannya datang, segera melepaskan pegangan tangannya dari Azka dan berlari menghambur kedalam pelukan Kelvin. Sang kakak yang melihat wajah menggemaskan adiknya pun segera menghujani ciuman pada wajah Ziel membuat si empu terkekeh dan membalas ciuman pada sang kakak. Ziel melambaikan tangan pada Azka, karena dirinya di jemput oleh Kelvin maka Azka tidak perlu menemani Ziel pulang ke rumahnya.
Di dalam mobil Kelvin memberikan sebuah kotak pada Ziel. Dengan sangat antusias Ziel membuka kotak tersebut. "Jam tangan balu!" Seru Ziel.
"Suka?" Tanya Kelvin.
"Iya cuka! Makasi abang." Jawab Ziel dan memberikan kecupan pada kedua pipi Kelvin.
"Waktu itu, kenapa jam tangan baby bisa sama anak itu?"
"Waktu itu Ziel inget omongan daddy kalau jam tangan Ziel bica buat daddy dan lainnya tau kebeladaan Ziel dimana. Telus Ziel pikil jam tangan itu bakal bunyi kalau ada olang jahat juga cama kaya di kartun, karena Ziel ada di belakangnya bang Falhan, jadi Ziel macukin aja jam nya di tas bang Farhan bial kalau bunyi sualanya gak begitu kedengelan."
Kelvin terkekeh mendengar penjelasan dari adik bungsunya itu. Efek kebanyakan nonton kartun jadinya kaya gitu dah.
"Jam tangan ini sama kaya sebelumnya, dan tidak akan bunyi kalau ada orang jahat. Jadi, kalau baby pergi keluar rumah, jam tangannya harus selalu di pakai. Tidak boleh di lepaskan seperti kemarin. Paham?""Iya abang."
Dua hari, empat hari, satu minggu dan dua minggu sudah berlalu dengan cepat. Kini Ziel sudah mulai berani untuk keluar rumah, saat di sekolah pun ia juga sudah bisa menegur atau membalas teguran dari teman temannya dengan sepenuh hati.
Ziel yang riang, lucu dan juga nakal telah kembali sepenuhnya. Ziel tidak menjauhkan diri dari Azka, ia juga mendengarkan apa kata Azka dan orang orang tersayangnya. Walau pun terkadang ia masih merasakan kecurigaan terhadap seseorang yang secara tiba tiba mendekatinya.Saat ini di sekolah pada jam istirahat, Ziel melihat temannya yang duduk pada dua bangku di depannya tengah tertidur. Ziel berjongkok mengamati wajah temannya tersebut, dan seketika terlintas ide jahilnya. Ziel kembali ke tempat duduknya, ia membuka tempat pensilnya lalu ia mengambil pulpen. Setelahnya ia kembali pada temannya, dan tanpa berpikir lagi, Ziel langsung menggambar di wajah temannya itu. Pada saat ini Azka sedang tidak di kelas, ia pergi ke kantin untuk membeli sosis dan baso bakar kesukaannya untuk di makan di dalam kelas. Tadi ia sempat mengajak Ziel, tapi anak itu malas berjalan ke kantin walau pun ia juga ingin makan itu. Jadi lah Azka yang pergi ke kantin dan meminta Ziel untuk tetap diam di kelas, tentu saja kedua pengawal Ziel berdiri di depan kelas untuk menjaganya.
Ziel sudah puas dengan menggambar, anak itu sekarang sedang mengetuk dagunya dengan jari telunjuk, ia sedang berpikir, kira kira apa lagi yaa. Karena Ziel belum merasa puas dengan gambaran di wajah.
"Aah Ziel tau!" Serunya ketika mendapatkan ide jahil lainnya."Apa yang kamu lakukan?" Tanya Azka yang baru saja memasuki kelas dengan kedua tangan yang memegang bungkusan makanan kesukaannya.
"Hehehe gak ada kok." Jawab Ziel tersenyum dan menyembunyikan pulpennya di balik tubuh.
"Ayo makan ini, kamu harus makan dengan bersembunyi dan cuma boleh dua aja."
Keduanya berjalan menuju bangkunya dengan Ziel yang mengeluh. "Yaah kok cuma dua ciiih... Azka kan belinya banyak, itu basonya ada sepuluh, cocisnya juga. Masa Ziel cuma dapet dua." Ziel mempoutkan bibirnya membuat Azka gemas melihat tingkah Ziel yang sedang merajuk.
"Ini pedes, kalau kebanyakan nanti kamu sakit perut. Kalau udah sakit perut, nanti aku yang kena omel sama daddy kamu karena izinin kamu makan ini. Udah tau kamu gak boleh jajan sembarangan kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...