Chap 30

27.9K 2.7K 54
                                    

Kelvin melihat lihat ke atas pohon, dan bingo! Kelvin menemukan sang adik yang sedang tertawa pelan. "Turun!" Titah Kelvin membuat yang lain melihat kemana arah mata Kelvin memandang.

"Yaah ketahuan..." Keluh Ziel dan anak itu turun ke bawah.

Kini Ziel di tarik oleh Kelvin untuk masuk ke dalam rumah atau lebih tepatnya ruang keluarga yang tadi mereka tinggalkan.
Ziel duduk sendiri dan mendapatkan tatapan tajam dari semua abang dan kakaknya, tapi anak itu masih tidak mengerti dan hanya tersenyum saja.

"Tadi bilangnya apa? Mau pipis kan? Tapi pergi kemana?" Edern.

"Bi Siska..." Panggil Elryo.

"Iya tuan muda El." Seru Siska menjawab dan menghampiri.

"Tadi baby makan apa di dapur?" Kali ini Chiko yang bertanya.

"Tidak makan apa apa tuan muda, saya tadi sempat menawarkan tapi tuan muda Ziel hanya meminta untuk di ambilkan bonekanya di kamar." Jawab Siska.

"Baby mulai berbohong, hmm?" Ujar Sean. Ziel yang sejak tadi senyum, kini berubah ketakutan.

"Ziel ndak bohong..." Ucap Ziel sambil menunduk, yang mengartikan jika ia berbohong dan juga takut.

"Di dapur tadi baby makan apa?" Tanya Cika lembut membuat Ziel menatap Cika, karena ia merasa Cika tidak marah kepadanya.

"Gak makan apa apa kok." Ziel kembali berbohong, ia takut jika ketahuan makan mie bisa membuatnya kena marah. Ziel kan belum pernah makan mie sebelumnya, Ziel juga gak tau boleh apa gak makan mie, apa lagi tadi Siska melarangnya kan.

"Terus itu mulutnya kenapa belepotan? Dan yang di baju baby itu apa coba?" Ujar Audrey. Di baju Ziel terdapat mie goreng, biasalah Ziel kalau makan sendiri berantakan kemana mana. Mie yang jatuh di meja bar saja tadi sama Ziel di makan, katanya biar gak ketahuan, tapi ia gak melihat pada dirinya sendiri yang juga terdapat tumpahan mie bahkan mulutnya yang belepotan.

"Masih mau coba bohong?" Nevandra.

"Hehehe tadi Ziel makan mie golengnya paman Oki, abis wanginya enak banget bikin Ziel kepengen. Tapi bibi Siska gak bolehin Ziel, udah aja Ziel culuh bibi ambilin boneka Ziel di kamal terus curuh paman Oki ambilin cookies di ruang tamu."

"Mie itu tidak baik baby, sepertinya baby harus di hukum agar mengerti." Ucap Edern.

"Hukuman apa yang pantas buat baby ya..." Sean.

"Ish apaan cih, kok Ziel mau di hukum segala. Kan Ziel ndak nakal." Keluh Ziel dengan kedua tangan yang di lipat di depan dada dan juga mulutnya yang ia majukan.

"Tidak merasa bersalah, iya?" Ciko.

"Berbohong, lalu makan mie yang sudah di larang oleh bi Siska." Audrey.

"Udah seharusnya kan baby di hukum." Arkan.

"Bang Zain, tolongin Ziel... Ziel ndak mau di hukum, Ziel kan gak nakal." Rengek Ziel pada abang kesayangannya baru baru ini.

"Kali ini abang gak bisa bantu, baby emang nakal soalnya." Ujar Zain.

"Kak Cika...."

"Baby harus di hukum." Cika.

"Huaaa... Kalian jahat... Abang cama kakak ndak sayang lagi sama Ziel... Huaaa.... Huaaaa.... Mau mommy aja!" Ziel menangis dengan histeris. Apa lagi sekarang tangannya di tarik oleh Edern menuju halaman belakang atau lebih tepatnya rumahnya Diego, kucing kesayangannya William.

Kelvin membuka pintu kandang Diego dan Edern segera memasukkannya. Ziel sempat berontak, ia tidak ingin di masukan di tempat itu. Ziel sungguh takut dengan Diego, walau pun Diego belum menampakkan batang hidungnya.

Pintu sudah tertutup dan di kunci, Ziel di dalam kandang itu terus berusaha membuka pintu. "Abang buka pintunya... Ziel gak mau dicini... Huaaa... Abang... Kakak... Ziel takut... Hiks... Hiks..." Rengek Ziel meminta belas kasih.

"Abang tidak akan menghukum mu lama lama baby, dan selama di dalam, renungkan kesalahan apa yang sudah baby buat." Ujar Edern.

"Maaf abang... Ziel janji gak nakal lagi, cekarang bukain pintunya yaaa..."

Tidak ada satu pun yang menjawab, mereka semua berbalik badan dan berjalan meninggalkan Ziel sendiri.

"Huaaa.... ABANG! KAKAK! JANGAN TINGGALIN ZIEL! ZIEL TAKUT! Huaaa...." Di saat Ziel berteriak, Diego yang sejak tadi berada di bawah kini sudah naik ke atas dan menampakkan batang hidungnya.

Ziel yang melihat itu jatuh terduduk dengan kedua tangan yang tak lepas dari pegangan pintu kandang Diego. Sedangkan Diego berjalan perlahan mendekati, setelah dekat ia hanya tiduran dengan kepala yang di sandarkan pada paha Ziel. Sesekali kepala Diego mendusel dusel perut buncit Ziel.

Ziel tak bersuara namun ia terus terisak, ia sangat ketakutan. Tapi apa yang di lakukan Diego saat ini berhasil membuat tangis Ziel berhenti. Tanpa sadar dan secara perlahan tangan kanan Ziel terulur ke depan, belum sempat Ziel letakan di atas kepala Diego, si kucing besar itu sendirilah yang menyundulkan kepalanya ke tangan Ziel membuat si bungsu tersentak kaget.

Lambat laun Ziel terkekeh melihat tingkah Diego yang manja kepadanya. "Diego lucu." Pujinya membuat Diego menciumi wajah Ziel dan menduselkan kepalanya ke muka Ziel. "Hahaha Diego udah... udah..."

Para abang dan kakak yang tak lepas intesinya ke arah si bungsu hanya menghela nafasnya. Jika Ziel senang bermain dengan Diego seperti ini, namanya bukan hukuman kan? Mereka pikir Ziel akan terus menangis dan meminta untuk di keluarkan, mereka bahkan hanya niat untuk mengurungnya selama tiga menit saja. Mana tega juga mereka membiarkan adiknya ketakutan sampai menangis terisak isak kan.

Kelvin pun beranjak mengarah dimana adiknya berada, kemudian ia membuka pintu dan menarik Ziel keluar dengan pelan. "Bye bye Diego..." Ucap Ziel sembari melambaikan tangannya, Diego hanya diam menatap kepergian Ziel.

Para cucu Bryan kini berkumpul di ruang keluarga, Siska datang dengan membawa sebotol susu strawberry dan menyerahkannya langsung pada Ziel. Dengan senang hati Ziel menerimanya. Sebelum ia meminum habis susu tersebut, Ziel menatap abang abangnya dan juga kakak kakaknya secara bergantian.
"Abang cama kakak udah ndak malah lagi kan sama Ziel?" Tanyanya dengan wajah polosnya.

"Sudah tau apa kesalahan mu?" Tanya Elryo.

"Ziel nakal udah bohong sama makan mie padahal udah di lalang." Jawabnya dengan sendu.

"Lalu?" Tanya Kelvin menatap tajam Ziel, yang di tatap tentu saja ketakutan.

"Ziel janji gak lakuin lagi, Ziel janji gak nakal lagi. Sekalang abang sama kakak jangan marah lagi ya cama Ziel, baikkan ya...?" Ziel menatap dengan penuh harap, membuat mereka semua harus menahan gemas.

"Baby mau di maafin?" Tanya Arkan.

Ziel menganggukkan kepalanya dengan cepat seraya berkata. "Mau abang, mau banget banget banget!"

Jari tangan Arkan terangkat meminta Ziel mendekat, dan Ziel segera melakukannya. Kemudian jari tangan Arkan menunjuk pada pipinya sendiri, lalu kening dan terakhir bibir. "Cium dulu."

Dengan tersenyum Ziel menciumi semua muka Arkan dan di akhiri pada kecupan bibir. "Udah! Belalti bang Alkan udah gak marah lagi kan cama Ziel?"

"Ya, udah abang maafin. Lain kali jangan di ulangi lagi."

"Ok abang!"

Yang lain tentu saja tak mau kalah, mereka pun meminta hal yang sama kepada Ziel. Dan Ziel melakukannya dengan senang hati. Jika ia membuat mereka semua marah, cukup kasih ciuman maka mereka tidak akan merah lagi, berarti kalau Ziel nakal lagi Ziel cukup lakuin ini. Sebanyak apa pun pasti Ziel mau kok cium mereka semua, itu lah yang di pikirkan si bungsu Rodriguez.





















































































Sampai ketemu lagi
Tapi gak tau kapan
Lagi males soalnya :v

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang