Malam menjelang, baby Ziel sedang asik tidur di sofa panjang dengan paha Audrey sebagai bantalan. Dan dengan isengnya Sean memasangkan pacifier ke dalam mulut Ziel dan mengambil beberapa gambar.
Setelahnya ia unggah foto foto tersebut ke media sosialnya, tak sedikit orang yang menyukai foto tersebut, bahkan banyak sekali orang yang mengomentarinya, dan seperti biasa, tidak ada yang di balas oleh Sean.Plaak
"Sssh..."
"Gak ada kapoknya." Ujar Kelvin selaku orang yang memukul kepala Sean dengan sayang?
"Biarin aja sih bang, baby nya juga lagi tidur. Entar pas di pindahin ke kamar baru di lepasin."
Di ruang keluarga anak remaja dan yang baru beranjak dewasa sedang sibuk memperhatikan wajah imut Ziel, sedangkan di lain tempat, lebih tepatnya di ruang kerja William, para lelaki dari orang tua sedang sibuk dengan hasil yang telah di dapatkan oleh Robi.
"Elisa memiliki dua anak, laki dan perempuan. Yang laki laki berada di Swiss sejak delapan tahun yang lalu, jadi tidak mungkin kalau dia. Tapi yang perempuan tidak memiliki bukti bahwa ia memiliki anak yang seusia Ziel." Ucap Jacob yang sedang membaca laporan dari Robi.
"Tapi aku yakin jika wanita ini adalah ibu kandungnya Ziel, karena kurang dari enam tahun yang lalu dia pergi ke London untuk pekerjaannya, dan berada disana hingga satu setengah tahun. Bisa saja kalau wanita ini berpura pura dan terus bersembunyi di rumah kecil itu, dan beberapa bulan setelah melahirkan, ia baru keluar dari rumah itu dan kembali ke rumahnya." Ujar William.
"Tapi Will... Disini ada bukti tentang keberangkatannya ke London, serta kepulangannya. Bahkan Robi berhasil mendapatkan rekaman cctv waktu itu di bandara, dan benar kalau wanita itu pergi kesana." Saut Jackson.
"Besok pagi, unjukkan saja foto wanita itu dan tanyakan pada baby, apakah wanita itu benar ibunya atau bukan." Seru Bryan yang di setujui semuanya. Karena sudah malam, kini mereka kembali ke kamarnya masing masing untuk beristirahat. Sedangkan Ziel, ia sudah berada di kamarnya bersama dengan Arkan dan Zain. Keduanya mengunci pintu kamar Ziel dan tidur bersama Ziel dengan memeluknya erat.
Keesokannya...
Mata bulat Ziel telah terbuka sempurna, ia hendak bangun dan minum karena tenggorokannya terasa sangat kering. Tapi tubuh kecil itu tidak bisa beranjak karena ada dua tangan yang berada di atasnya. Ziel melirik ke kanan dan kiri mencari tau siapa orang yang sedang memeluknya ini. Setelahnya Ziel mencoba membangunkan kedua abangnya tersebut.
"Abang bangun... Ziel mau minum." Ucapnya sambil memukuli kedua tangan di atas perutnya itu.
"Pagi baby." Ujar Arkan sambil menciumi seluruh wajah Ziel yang kemudian Zain ikut serta menciuminya.
"Pagi abang, udah aah awas, Ziel mau minum susu."
Setelah terlepas dari pelukan kedua abangnya, Ziel berlari dan membuka pintu menuju kamar orang tuanya. Ia melihat mommy dan daddy nya masih tertidur pulas, bukan karena mereka yang bangunnya kesiangan, tapi Ziel nya yang bangun terlalu cepat. Sekarang itu masih jam empat, tapi Ziel sudah kebangun karena kehausan.
"Mommy bangun..." Ucap Ziel seraya mengguncangkan tubuh Gracia agar terbangun.
"Ada apa baby?" Tanya Gracia begitu terbangun.
"Ziel haus, mau susu."
Gracia melihat jam dinding di kamarnya, lalu ia tersenyum kepada si bungsu. "Minum air putih dulu ya, terus lanjut lagi tidurnya, nanti baru mommy buatin susu."
"Hmm... Ok mommy." Ziel pun meminum air putih yang sudah tersedia di nakas kamar tersebut, setelahnya Ziel di bawa ke tengah tengah kasur dan Gracia memeluknya untuk melanjutkan tidur. Sedangkan Arkan dan Zain? Mereka juga kembali tidur di kamar Ziel setelah mengetahui bahwa matahari belum terbit.
Dua jam berlalu, kini semua orang sedang sibuk bersiap siap untuk pergi bekerja atau ke kampus dan juga sekolah. Hari libur telah berakhir bagi para pelajar. Setelah mereka rapi, kini semua turun menuju meja makan satu persatu, tapi tidak dengan Ziel. Anak itu masih terlelap tidur dan tidak ada yang membangunkannya. Biarkan saja, namanya anak kecil tidak perlu bangun terlalu pagi, toh guru mengajarnya juga datang jam sembilan pagi nanti.
Di tengah sibuknya sarapan, mereka mendengar suara tangisan dari arah lift. Seorang anak lelaki dengan tinggi kurang lebih hanya 90 cm, memakai piyama hewan beruang, pipinya yang gembul basah oleh air matanya, hidunya yang mancung memerah, ke dua matanya bahkan sedikit bengkak. Anak tersebut adalah Aziel, ia berjalan dengan sesegukan dan satu tangan yang terus menggaruk lembut salah satu matanya.
Clara datang menghampiri dan kemudian menggendong cucu bungsunya itu. "Kenapa baby menangis?" Tanyanya.
"Pas Ziel bangun gak ada olang, Ziel panggil panggil gak ada yang dengel."
"Udah ya jangan nangis lagi, ayo sarapan. Oma suapin ya." Ziel hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju, kemudian ia duduk di pangku oleh Clara.
"Oma, Ziel mau naci goleng aja."
"Di buatin dulu ya nasi gorengnya, kalau yang itu pedes nanti perut baby sakit."
"Pedes banget oma?"
"Iya pedes banget."
"Ziel coba sesuap boleh?" Nampaknya Ziel sangat penasaran dengan rasa pedas itu, dan seketika semua yang ada di meja makan menjawab dengan serempak. "Gak!"
Ziel kaget, matanya membulat lucu melihat para keluarga. "Ish jangan kagetin Ziel dong, untung jantung Ziel gak copot. Kalau copot gimana? Emang mau tanggung jawab."
Kini semuanya yang di buat kaget dengan ucapan Ziel, bagaimana bisa baby mereka berbicara hal seperti itu? Tidak ada yang mengajarinya kan.
"Baby tau kata kata kaya gitu dari mana, hmm?" Tanya William lembut.
"Film yang di tonton kak Audrey semalam." Sebenarnya sih sinetron, tapi karena Ziel tidak tau sinetron jadi dia bilangnya film.
Mata para lelaki kini menatap tajam Audrey, sedangkan yang di tatap hanya melanjutkan makan tanpa merasa bersalah. Semalem ia kira Ziel sudah tidur, jadi ia ganti saluran televisi dengan sinetron yang kebetulan ia lihat dan nampaknya seru.
Nasi goreng untuk Ziel telah siap, tapi masih panas dan Ziel tidak tahan dengan yang panas panas karena nanti lidahnya terasa melepuh, jadi Ziel menunggunya agar sedikit dingin dan sekarang ia sedang minum susu strawberry dengan kepala yang bersandar di dada Clara.
Yang lain sudah selesai makan, dan hendak berangkat ke kantor atau kampus dan juga sekolah. Sebelum jalan mereka secara berganti gantian mencium pipi dan kening Ziel. Anak itu sama sekali tidak terganggu karena sibuk dengan susunya.Para anak anak sudah berlalu ke depan, para orang tua masih berada di meja makan. William mengeluarkan sebuah foto dan di tunjukkan kepada Ziel, berharap bahwa wanita di dalam foto tersebut memang benar ibu kandung Ziel dan mereka akan segera melenyapkan wanita tersebut yang tak memiliki hati nurani. Niatnya sih seperti itu, tapi masalahnya suaminya Elisa itu..... Yaa, liat nanti saja ke depannya bagaimana.
"Baby kenal gak sama orang ini?" Tanyanya. Dan Ziel menatap lekat foto tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...