Chap 34

23.7K 2.5K 94
                                    

Satu minggu telah berlalu sejak kejadian Sean yang mengambil alih gundam milik Ziel. Waktu itu, Ziel terus merajuk dan menangis. Sean tetap tidak mau mengalah, ia tidak mau gundam tersebut di kembalikan ke Ziel, dengan alasan, kalau Ziel yang menyimpannya, gundam tersebut akan cepat rusak. Ziel punya banyak mainan terutama robot, tapi tidak ada satu pun mainan yang awet di pegang olehnya. Sean hanya ingin menyelamatkan gundam yang seharga tiga puluh juta itu saja.
Kasihan kan sama Zaskia dan Dito, jika hadiah yang mereka berikan rusak dalam hitungan hari.

Hingga akhirnya Sean di marahi oleh Kelvin dan keluarga lainnya. Karena Ziel menangis hingga sore, walau pun tidak lagi keluar air matanya, anak itu tetap saja menangis, membuat semuanya pusing dan cemas. Cemas akan tenggorokan Ziel dan mata Ziel yang sudah sangat bengkak.

Sore hari Kelvin pulang setelah mendapatkan telepon dari Gracia yang mengatakan bahwa Sean membuat Ziel menangis, dan Sean mengurung diri di kamar setelah makan siang. Sebenarnya sih Sean ketiduran saat itu hingga Kelvin bersama yang lainnya pulang dengan mendobrak pintu kamar Sean.

Kenapa tidak menggunakan kunci duplikat saja untuk membukanya? Jawabannya, kunci nya di buang sama Ziel. Ziel pikir itu kunci satu satunya kamar Sean, jadi di buang entah kemana karena terlalu kesal dengan Sean. "Bialin aja bang Cean ke kunci di kamal, bang Cean nakal sih cama Ziel!"

"Jangan bikin malu, mainan harga tiga puluh juta aja, kalau rusak sama baby tinggal beli lagi aja yang baru. Kamu kalau mau juga bisa beli bahkan harga yang lebih dari itu. Kaya gak punya uang aja kamu." Omel Bryan kepada Sean. Yang di omeli malah asik menggoda Ziel yang berada dalam pelukan mommy nya.

Kembali lagi ke waktu saat ini, para keluarga Rodriguez sudah rapi dan nampak rupawan, termasuk si kecil Ziel. Semuanya hendak pergi ke acara pesta yang di adakan oleh salah satu kolega Bryan.

Setibanya mereka di salah satu hotel ternama di pusat kota, seperti biasa, Ziel nampak begitu berbinar. Kedua matanya melihat kesana kemari, bahkan mulutnya terbuka lebar. "Keleeen..." Kagum Ziel pada hotel tersebut disaat mereka hendak menuju ballroom atau aula hotel dimana pesta di adakan.

Sesampainya disana, Ziel melihat begitu banyak hidangan yang sudah tersaji. Jari telunjuk Ziel ia hisap, dengan tangan lainnya yang masih menggenggam erat tangan Gracia.

Para kolega datang menghampiri keluarga Rodriguez untuk sekedar menyapa. Pada saat itu genggaman tangan Ziel terlepas dari Gracia. Pada awalnya Ziel masih di samping mommy nya itu, ia bahkan sempat berkenalan dengan kolega William tersebut. Seluruh keluarga Rodriguez telah berpencar, ada yang mengobrol dengan temannya, koleganya, bahkan ada yang sudah menyicipi hidangan disana.

Ziel yang melihat abangnya, Arkan bersama Zain sedang memakan kue, Ziel pun ikut berlari ke meja yang lainnya yang terdapat kue kue manis, yang sedari tadi sudah mengalihkan pandangannya. Ziel memakan satu persatu kue tersebut, kemudian ia beralih pada es krim, lalu puding. Ziel yang merasa haus, dengan asal ia memgambil sebuah gelas yang berisikan air berwarna bening, pikirnya sih itu air putih.

Setelah di minum satu teguk, Ziel kembali memperhatikan gelas tersebut. "Kok air putihnya racanya aneh." Gumam Ziel, tapi ia menghabiskan minuman tersebut. "Enak juga, namanya apa ya?"

"Itu soda namanya adik kecil, seharusnya kamu tidak boleh meminum air itu. Nah yang ini air putih, kamu baru boleh meminumnya." Ucap seorang remaja pria sembari memberikan segelas air putih kepada Ziel.

Ziel menerima gelas tersebut dan meneguk hingga habis air tersebut. Kemudian Ziel menatap lekat remaja pria tersebut dengan memiringkan kepalanya, yang di tatap jadi salah tingkah. "Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya orang tersebut.

"Ziel sepelti pernah lihat abang deh, tapi dimana yaaa..."

Orang tersebut nampak bingung, dan ikut mengingat kejadian di masa lalu, apakah benar mereka pernah bertemu sebelumnya? Jika di pikir pikir, memang nampak tidak asing sih, pikir Samuel.

"Aah Ziel ingat cekalang. Kakak baik!" Seru Ziel yang kemudian menghambur kedalam pelukan orang tersebut.

"Kakak baik inget cama Ziel gak? Dulu kakak baik pelnah kacih Ziel makan cama minum pas Ziel lagi nyari makan di tempat campah." Ujar Ziel membuat orang tersebut kembali teringat. (Chap 05, dimana Ziel bercerita ke William dan yg lain.)

"Ah iya kakak ingat sekarang. Kamu kemana aja sih? Sejak saat itu kakak sering cari kamu lho, tapi gak pernah ketemu. Terus sekarang kok kamu bisa ada disini." Tanya kakak baik tersebut.

"Ziel ketemu cama mommy, daddy, sama abang. Jadinya Ziel ikut pulang ke lumah. Ziel disini juga cama yang lain, ada mommy, daddy, oma, opa, papa, papi, mama, mami, ayah, abang abangnya Ziel cama kakak kakanya Ziel."

"Oh kamu kesini sekeluarga. Oh ya, kakak kan belum kasih tau nama kakak ke kamu. Kenalin Ziel, nama kakak Samuel Baskara. Ziel bisa panggil kakak Samuel atau Sam."

"Ok deh kakak Sam, hehe... Ziel mau lanjut makan lagi aah, kak Sam mau ikut?" Tanya Ziel.

"Boleh, kakak akan jagain kamu sekalian biar gak nyasar. Ngomong ngomong, dimana keluarga Ziel? Kok Ziel sendirian aja?"

"Ada kok, tapi Ziel gak tau dimana. Tadi Ziel lari ke meja kue itu buat makan, nanti kalau Ziel udah kenyang, balu deh Ziel cari yang lainnya biar gak ilang."

"Hahaha... Ada juga kamu yang ilang Ziel dan kamu yang di cari. Ya udah soal itu nanti kakak bantuin Ziel cari mommy deh, sekarang Ziel mau makan apa?"

"Hmmm... Tadi Ziel udah makan kue, puding, es krim, apa yaaa yang belum?" Ziel nampak berpikir dan melihat kesana kemari.

"Disini masih ada salad buah, nasi juga ada, Ziel mau yang mana?"

"SALAD BUAH!" Seru Ziel semangat.

"Hahaha... Ya udah ayo, kakak juga mau makan salad buah."

Begitu tiba di stand salad buah, Ziel bersama dengan Samuel menikmati acara makannya, sesekali Ziel bercerita hal apa pun yang membuat Samuel tertawa.
'Andai aku punya adik selucu Ziel.' Batin Samuel, dan ia mengusap lembut surai kepala Ziel dengan sayang.

"Kapan kapan kakak main ke rumah Ziel, nanti Ziel bakal ajak kakak naik ke rumah pohon sama main game." Seru Ziel.

"Iya iya... Kapan kapan kakak main kesana, tapi Ziel janji ya, harus ajak kakak main game sama naik ke rumah pohonnya."

"Siap kak, Ziel kan plia sejati, udah pacti tepati janji." Ucap Ziel sambil memukul pelan dada nya, biar terlihat keren katanya.

"Ish lucu banget sih kamu, kakak jadi gemes." Samuel yang gemas dengan segera mencubit kedua pipi Ziel yang gembul.

"Cakit kakak!" Keluh Ziel sambil memajukan bibirnya, membuat Samuel tertawa.

"Sam... Ya ampun, kamu tuh papa cariin dari tadi, rupanya ada disini." Panggil seseorang ke Samuel, si empunya nama pun membalikkan tubuhnya untuk melihat si pemanggil.

"Maaf pa, aku tadi ketemu Ziel terus makan bareng deh. Sini pa aku kenalin papa sama Ziel." Ucap Samuel yang hendak memperkenalkan keduanya.

Namun di saat Samuel masih bicara tadi, Ziel yang juga ikut membalikkan badan untuk melihat siapa orang tersebut, secara tiba tiba tubuhnya menegang. Mangkok yang ia genggam tadi jatuh dan pecah. Pria yang memanggil Samuel tadi yang merupakan papanya terkejut, Samuel juga sama terkejutnya karena pecahan mangkok itu. Suara pecahan tersebut mengalihkan perhatian beberapa orang sekitar.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang