Kini sudah siang, Ziel belum makan karena ia sedang tidur. Di banguninnya pun susah banget, anak itu slalu bilang lima menit lagi, tapi setelah lima menit kemudian Ziel di bangunkan, anak itu mengatakan lima menit lagi, seperti itu terus hingga sekarang sudah jam satu lewat seperempat.
"Baby bangun, ada kakek tuh datang sama kak Zaskia dan juga abang Dito." Ucap Gracia lembut.
"Ugh mommy, kan Ziel bilang lima menit lagi, Ziel macih ngantuk." Gerutu Ziel.
"Cucu kakek masih ngantuk? Bangun dulu ya dek, makan dulu abis itu tidur lagi." Seru Roni yang sudah berada di sisi kiri Ziel.
"Eh ada kakek..." Ucap Ziel sambil nyengir tapi kedua matanya menatap sebuah paper bag yang masih di pegang oleh Roni.
"Itu apa kek? Buat Ziel ya?" Tanyanya dengan percaya diri."Dih pede banget jadi orang." Celetuk Sean yang baru masuk ke kamar inap Ziel bersama dengan yang lainnya, mereka baru pulang kuliah, sedangkan yang masih sekolah mereka bolos setelah jam istirahat makan siang. Padahal jam pulangnya jam dua, tapi mereka udah gak sabar ingin bertemu adik bungsunya dan berakhir dengan membolos.
"Apaan cih abang, kakek emang bawain buat Ziel kok. Iya kan kek..." Ziel bertanya kepada Roni dan berharap bahwa apa yang di katakannya itu benar.
"Bukan dek, itu punya abang kakek yang bawain soalnya berat." Ledek Dito membuat bibir Ziel mengerucut, dia ngambek rupanya, apa lagi Sean langsung tertawa terbahak bahak.
"Gak dek, bang Dito nya bohong." Celetuk Zaskia yang takut Ziel akan menangis.
"Ini bubur kacang hijau, kakek sendiri yang buat. Ziel makan ya biar cepet sembuh." Ucap Roni membuka kotak makan dan hendak menyuapi Ziel.
"Nenek bilang, kacang hijau buatan kakek enak. Tapi Ziel ndak tau kakek ciapa yang di maksud nenek." Tutur Ziel membuat mereka penasaran, aah tidak... Hanya Roni, Zaskia dan Dito saja yang penasaran, mungkin. "Oh ya, kok kakek, kak Zaskia cama bang Dito tau kalau Ziel dicini?" Lanjutnya bertanya.
"Opa yang menghubungi kakek Roni tadi." Jawab Bryan.
Para keluarga Rodriguez kini duduk di sofa yang berada di dalam kamar itu, tidak muat sebenarnya. Jadi para orang tua wanita serta opa saja yang duduk di sofa, para cucu dan orang tua laki laki pada lesehan di karpet yang berada tak jauh dari sofa.
"Tadi yang adek bilang nenek itu, nenek siapa?" Tanya Roni penasaran.
"Ziel ndak tau namanya, tapi kemalin Ziel lihat ada tivi. Dulu nenek seling celita kalau nenek suka banget sama bubul kacang ijonya kakek, dan nenek bilang Ziel harus nyobain nanti kalau udah ketemu cama kakek."
Roni memandang Bryan bermaksud meminta penjelasan. "Kemarin saat kepergian Elisa yang ke enam tahun, baby lihat itu dan bilang kalau Elisa yang memberi nama."
Dari awal Ziel bilang nenek, Sean segera menutup telinganya. Dia tidak mau mendengar cerita hantu di siang hari. Sedangkan Roni dan kedua cucunya nampak bingung. Roni tau soal seorang nenek yang memberikan nama untuk cucunya itu dari Bryan yang cerita, tapi ia tidak tau siapa nenek itu, bahkan di pikirannya nenek itu masihlah hidup. Roni bahkan hendak mencari nenek yang di maksud dan akan memberikannya hadiah sebagai ucapan terima kasih, bukan soal nama saja tapi juga sudah menjaganya.
"Semalem kan nenek datang ke lumah, nenek bilang kalau nenek mau pergi ke cana dan gak kembali lagi " Ucap Ziel sambil menunjuk langit yang ia lihat melalui jendela.
Tanpa sadar air mata Roni menetes, apa benar Elisa istrinya itu yang di maksudkan oleh Ziel? Jadi selama enam tahun ini, roh nya tidak kembali ke atas melainkan menjaga cucunya yang di telantarkan oleh anak mereka sendiri hingga akhirnya keluarga Rodriguez menemukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...