Chap 32

24.7K 2.5K 49
                                    

William terbangun kala tangannya tak lagi merasakan tubuh kecil yang sebelumnya tidur di tengah tengah antara dirinya dan Gracia. Ia memandang seisi kamarnya, lalu beranjak menuju kamar mandi untuk melihat apakah bungsunya berada disana atau tidak. Karena tidak ada Ziel disana, William mencoba memeriksa kamar anaknya tersebut. Kedua mata William terbelalak kala melihat kamar si bungsu sangat berantakan, William meluaskan pandangannya, dan ia juga tidak menemukan sosok mungil tersebut.

Dengan segera William keluar dari kamar, dan mencoba untuk mencari di bawah. Siapa tau anak itu berada di ruang keluarga atau dapur. Tapi lagi lagi William tidak menemukannya. William menghela nafasnya dengan kasar, anak bungsunya ini sungguh sungguh suka membuatnya kesal karena suka menghilang. Tak lama kemudian William mendengar suara teriakan sang anak dari arah depan rumah. William berlari menuju kesana, ia takut jika terjadi apa apa dengan anaknya itu. Kejadian dulu, jangan sampai terulang kembali.

"Huaaaa!!! Kembalikan! Jangan di bawa! Turunin!!! Tolong....!" Teriak Ziel membuat William yang mendengarnya menjadi emosi dan cemas. Kenapa Ziel berteriak seperti itu? Apakah ada yang berani memasuki mansion ini dan mencoba menculik Ziel? Apakah itu orang yang sama dengan sebelumnya? "Bedebah!" Geram William.

Ketika William tiba di depan rumah, ia justru di kejutkan dengan Ziel yang sedang meloncat loncat di hadapan Oki seakan ingin merebut sesuatu yang di pegang olehnya.

"Tuan muda sudah cukup ya mainnya, tuan muda kembali ke kamar lagi ya dan tidur. Ini masih sangat pagi lho tuan muda, nanti di sambung lagi ya mainnya." Bujuk Oki.

"Ndak mau! Ziel macih mau main paman! Cepat kembalikan mainan Ziel! Atau nanti Ziel aduin ke daddy bial paman Oki di malahin sama daddy!" Ancam Ziel dengan wajah sok galaknya, tapi itu terlihat menggemaskan sekali.

"Mau adu apa baby?" Tanya William berjalan santai mendekat. Oki yang melihat keberadaan tuan nya segera membungkukkan tubuhnya memberi hormat. Sedangkan Ziel yang melihat segera meminta di gendong oleh sang daddy.

"Daddy lihat, mainan remote control Ziel di ambil paman Oki. Ziel gak boleh main cama paman Oki. Paman Oki nakal daddy, malahin aja daddy." Rengek si bungsu.

"Sudah berapa lama?" Tanya William kepada Oki yang ia mengerti apa maksud dari pertanyaan tersebut.

"Hampir satu jam tuan, sekitar jam empat saya melihat tuan muda Ziel sudah berada disini sendirian, dan saya juga sudah membujuknya untuk kembali tidur, tapi tuan muda Ziel tidak mau mendengarkan." Jawab Oki menjelaskan.

"Kau kembali, biar Ziel saya yang urus."

"Baik tuan, saya permisi..."

William menggendong Ziel masuk ke dalam, sesampainya di kamar, Ziel segera di rebahkan di atas ranjang.

"Abis dari mana?" Tanya Gracia yang terbangun.

"Lihat kelakuan baby, dari jam empat sudah berada di depan rumah main mobil mobilan, bahkan kamarnya berantakan sekali." Jawab William, sedangkan si Ziel hanya tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Astaga baby... Kamu nakal banget sih..."

"Ziel gak nakal mommy, Ziel cuma gak sabal mau buka kadonya terus Ziel main deh di depan, soalnya di kamal cempit."

"Ya udah, ya udah... Sekarang baby tidur lagi ya." Ucap Gracia dan di jawab anggukan oleh Ziel.

"Dan setelah sarapan, daddy akan menghukum baby karena nakal." Lanjut William yang tak di indahkan Ziel karena kedua matanya sudah terpejam.

Saat sarapan tiba, semuanya sudah berkumpul di meja makan kecuali Ziel, karena anak itu masih terlelap dalam dunia mimpinya.

"Baby mana mom?" Tanya Zain.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang