Di suatu ruangan ada dua orang pria berbeda usia yang sedang berdiri, salah satu di antaranya sedang di selimuti amarah. Orang itu sesekali berteriak frustasi, dan sesekali memukul tembok atau menendang angin. "Argh sial! Bisanya bisanya mereka tertangkap! Kau sudah pastikan bukan kalau mereka tidak akan buka mulut?" Tanya orang yang sedang emosi tersebut.
"Sudah tuan, mereka kelompok pembunuh bayaran yang profesional, mereka tidak akan pernah membuka mulutnya sekali pun mereka di siksa hingga tewas. Tuan tidak perlu khawatir, nama anda akan aman." Jawab yang satunya lagi.
"Dan juga, apa apaan tempat pelelangan itu! Bisa bisanya dia membuat anak sial itu di bawa orang lain! Dan tidak ada ganti ruginya pula!"
"Menurut info yang saya terima, orang yang mengambil anak itu merupakan keluarganya. Mereka datang sekeluarga, namun identitas mereka masih di tutupi."
"Keluarga ya? Apa itu anak si tua Roni yang bernama Febrian? Ku dengar dia baru tiba di Indonesia kemarin."
"Bukan tuan, karena orang yang bernama Febrian itu berada di rumah sakit. Keadaan cucu serta menantu Roni kritis, tapi tadi saya mendapatkan kabar kalau mereka sudah mulai membaik walau pun belum sadar. Sedangkan Roni, hingga saat ini masih kritis."
"Ku harap tua bangka itu cepat mati, dan kalau perlu singkirkan juga si Febrian itu agar dia tidak perlu mencari tau tentang keberadaan ku. Kalau Pras dan anaknya biarkan saja, aku yakin jika Pras tidak akan perduli perihal ini. Hanya anak anaknya yang masih kecil itu saja yang tidak dapat ku ketahui, sepertinya aku harus pantau mereka terus. Dan yang jadi masalah sekarang adalah, siapa orang yang sudah berhasil membawa anak itu bahkan sebelum acara pelelangan di mulai? Pasti mereka bukan orang sembarangan, dan apa hubungan mereka dengan anak itu?"
"Saya akan mencari tau lagi tentang itu."
"Bagus! Cepat kerjakan!"
"Baik tuan."
------------------
"Bagaimana keadaan ayah mu?" Tanya Bryan kepada Febrian.
"Masih kritis dan tidak ada kemajuan. Bahkan Pras serta kedua keponakan ku saja masih belum membuka matanya, padahal keadaannya kian membaik." Jawab Febrian dengan wajah sendu.
"Mereka semua mati dan tetap menutup mulut mereka, sementara bos mereka bunuh diri, rupanya di dalam mulutnya ia menyimpan pil bunuh diri." Keluh William yang baru saja keluar dari ruang bawah tanah menghampiri Bryan dan juga Febrian yang lebih dahulu keluar dari sana.
"Karena mereka tetap bungkam hingga akhir, aku akan mencari tau siapa bos mereka. Sekarang aku harus kembali ke rumah sakit, om." Tutur Febrian.
"Kita disini juga akan membantu mencari tau siapa dalang di balik ini semua." Seru Jackson.
"Terima kasih banyak, ka...." Belum selesai Febrian berkata, ponsel miliknya berbunyi dan itu dari rumah sakit. "... Maaf, aku harus menjawab panggilan ini terlebih dahulu." Lanjutnya tanpa menunggu jawaban, Febrian segera mengangkat panggilan tersebut.
"Halo..."
"..........."
"APA!!! Baiklah saya akan segera kesana!"
Panggilan itu di matikan secara sepihak, wajah Febrian nampak sekali cemas dan takut secara bersamaan.
"Ada apa?" Tanya Bryan penasaran.
"Papa kejang kejang, dan sekarang sedang berada di ICU."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...