Chap 19

34.4K 3.6K 59
                                    

Ke esokan harinya usai sarapan, keluarga Rodriguez bersama si bungsu pergi menuju rumah sakit yang sudah di tentukan oleh Roni Hernandez. Disana Roni beserta Prasetyo dan ke dua anaknya telah menanti kedatangannya. Ziel yang dalam gendongan William sedang asik menghisap jari manisnya, padahal berulang kali jari tangan itu di singkirkan, berulang kali pula Ziel kembali memasukkannya ke dalam mulut.

"Apa dia Ziel? Cucu ku?" Tanya Roni pada Bryan namun kedua matanya hanya menatap punggung Ziel.

"Ya benar. Baby kenalkan diri mu." Setelah menjawab Roni, Bryan meminta Ziel memperkenalkan dirinya.

"Aziel Rodigoz."

"Baby masih belum bisa mengatakan nama keluarga ku dengan benar." Ujar Bryan.

"Daddy, dia ciapa?" Tanya Ziel kepada William.

"Ini kakeknya baby, namanya kakek Roni. Dan itu paman Pras dan juga..." Ucap William terhenti karena dia tidak tau siapa nama kedua anak Prasetyo.

"Ini anak sulung ku, Zaskia. Dan yang ini Dito." Ujar Prasetyo.

"Dokter sudah menunggu, ayo kita lakukan tes DNA nya sekarang." Seru Roni yang tidak sabar.

Kemarin setelah Prasetyo pulang dari kantornya William, ia segera menghubungi Roni, mertuanya. Ia ingin bertemu dan bertanya soal apa yang di katakan oleh William tadi. Mereka pun bertemu di rumahnya Roni tanpa sepengetahuan Echa.
Setelah itu Roni menceritakan apa yang di katakan oleh Bryan tanpa ada yang di kurangi, dan mereka pun memutuskan serta membuat janji dengan rumah sakit kepercayaannya. Bahkan Roni meminta kepada sang dokter, agar hasil tes DNA nya dapat keluar secepatnya, jika bisa setengah jam telah keluar.

Prasetyo pun menghubungi ke dua anaknya yang masih sekolah, dan memintanya untuk segera datang ke rumah kakeknya karena ada hal penting yang harus di bicarakan.
Setelah kedua anaknya datang, Prasetyo dan Roni pun menceritakan kembali masalah tersebut. Kedua anaknya itu harus tau perihal penting ini, dan mereka merahasiakan semua ini dari Echa hingga esok terjawab sudah kebenarannya.

Saat ini Ziel sedang asik menatap sang dokter yang baru saja di temuinya.
"Itu apa?" Tanya Ziel entah pada siapa setelah melihat sang dokter membawa suntikan.

"Anak pintar, adek di suntik dulu ya bentar. Gak sakit kok." Ucap sang dokter dan Ziel hanya menganggukkan kepala lucu.

Dokter tersebut pun dengan segera mengambil darah Ziel, anak itu hanya diam saja dan terus melihat apa yang di lakukan sang dokter. Beberapa orang yang masuk di dalam sana merasa kagum dengan kehebatan Ziel yang tidak takut dan tidak menangis saat jarum suntik menembus kulitnya dan mengambil darahnya.

Tapi rasa kagum mereka segera hilang dan berubah menjadi tawa kecil setelah sang dokter mencabut suntikannya dan Ziel....

"Huwaaaa mommy... Cakit... Tangan Ziel Cakit mommy... Huuuaaaaa...." Teriak Ziel histeris.

"Cup cup cup... Tidak apa baby, sudah tidak sakit lagi. Katanya baby kuat kaya popeye." Ucap Gracia menenangkan sambil menggendong Ziel ala koala, ia bahkan mengusap lembut punggung Ziel agar si bungsu segera berhenti menangis.

"Humm... Ziel kuat kok kaya popeye." Celetuknya tapi masih dapat di dengar isakannya, hal itu sontak membuat semua orang disana merasa gemas.

Sambil menunggu hasil tes keluar, semua orang kini berada di restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Tidak untuk makan, hanya untuk sekedar minum teh atau cofe dan juga mengemil mungkin? Tapi tidak untuk Ziel yang meminta kepada mommy nya nasi goreng, padahal di rumah tadi dia sudah makan nasi dengan ikan bakar, namun nampaknya perut kecil itu muat menampung banyak.

Ziel makan sendiri, ia menolak tawaran semua orang yang ingin menyuapinya. Ia duduk bersebelahan dengan Edern dan juga Elryo. Sedangkan di depannya ada Zaskia serta Dito, keduanya merasa sangat gemas dengan Ziel yang sedang mengunyah membuat kedua pipinya penuh dan bergerak lucu. Bahkan Zaskia tidak lepas mengambil foto Ziel secara diam diam, tapi bukan berarti keluarga Rodriguez tidak mengetahuinya. Mereka tahu namun memilih untuk diam, toh dia kakak satu ibu dengan Ziel.

"Adek umurnya berapa?" Tanya Dito penasaran.

"Enyam abang." Jawab Ziel yang masih mengunyah.

"Bang Dito kira umur adek baru empat tahun, mungil banget sih kamu." Gemas Dito yang tak tahan dan berakhir mencubit lembut pipi gembul Ziel.

"Ziel tampan ya bang?" Tanya lagi Ziel dengan percaya diri.

"Adek tampan kok..."

"Tapi lebih menjurus ke imut." Celetuk Zaskia memotong pembicaraan Dito.

"Hehe Ziel tau kok, nenek juga suka bilang gitu kalau Ziel tampan dan juga imut. Kata nenek, Ziel milip sama nenek waktu masih muda." Serunya. Sean yang berada di sebrang Ziel seketika merinding dan menatap horor adiknya itu.

"Baby, jangan bahas nenek lagi ya. Serem tau." Ucap Sean.

"Hahaha Sean masih penakut rupanya." Ledek Cika.

"Horor tau kak, orang udah mati tapi masih gentayangan gitu. Hiiih..."

"Lebay." Celetuk Edern.

"Apaan sih bang, siapa juga yang lebay."

Setelah satu jam lamanya mereka semua menunggu, kini saatnya melihat hasil tes DNA nya. Roni membuka surat itu dengan jantung yang berdegup kencang. Ia membaca secara teliti tanpa ada yang ia lewati hingga akhirnya ia menemukan bahwa Ziel dan Echa merupakan anak dan ibu kandung. Jadi semalam Prasetyo membuat istrinya tertidur dengan obat tidur yang ia campurkan pada minumannya. Dan ia mengambil darah Echa untuk di bawanya ke rumah sakit.

Setelah Roni membaca, ia menyerahkan surat itu kepada Prasetyo. Roni berjalan menghampiri Ziel yang tengah di gendong oleh Kelvin dan anak itu sudah terlelap tidur dengan jari jempolnya yang di hisap.
"Dia benar benar cucu ku." Ucap Roni merasa terharu.

"Kau sahabat ku Ron, tidak tega rasanya jika aku membiarkan kau tidak mengetahui kebenaran ini. Jika baby bukan keturunan mu, maka aku akan diam saja dan menghabisi orang tua kandungnya." Tutur Bryan menjelaskan dan menepuk pundak Roni, sahabat lamanya.

"Makasi banyak Bryan, untuk urusan Echa, biar aku dan Pras yang mengurusnya."

"Seperti yang ku katakan sebelumnya, aku tidak akan mengizinkan baby tinggal bersama kalian. Aku dan keluarga ku lah yang akan membesarkannya, tapi aku akan tetap mengizinkan mu dan juga keluarga mu untuk bertemu baby Ziel."

"Tolong jaga cucu ku dengan baik."

"Pasti!"

"Kakek..." Ucap Zaskia menarik lengan Roni namun matanya terus menatap sendu adik kecilnya.

Seakan mengerti maksud cucu cantiknya, Roni tersenyum dan mengusap lembut tangan Zaskia. "Secara negara, Ziel merupakan anak William. Kita tidak bisa merebutnya sayang, kita akan kalah. Setidaknya kita masih bisa bertemu dengan adek kan, nanti kapan kapan kita ajak adek untuk menginap di rumah kita."

Zaskia mendekati Ziel dan mencium pipi yang gembul itu. "Sampai jumpa lagi adek." Lalu Dito juga mengikuti apa yang di lakukan oleh kakaknya. "Bye bye adek." Sedangkan Pras hanya mengusap surai Ziel dengan perasaan yang ....? Bercampur aduk mungkin.

Kemudian mereka semua pergi meninggalkan rumah sakit tersebut dan menuju rumah masing masing. Jika ada yang bertanya kenapa seluruh keluarga Rodriguez ikut pergi semua? Karena mereka sangat ingin tau dengan hasilnya secara langsung dan juga ingin menjaga bungsu mereka, takut takut Roni atau Prasetyo akan merebut Ziel secara paksa.



































1 chap dulu aja ya
Belum buat lagi
Gak mood soalnya

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang