Chap 07

54.9K 4.9K 35
                                    

Setelah selesai dengan acara debat soal cadel, kini Ziel di ajak keluarga barunya menuju kamar milik Ziel yang berada di lantai dua, bersebelahan dengan kamar orang tuanya. Ziel memiliki kamar sendiri tapi bukan berarti Ziel akan tidur sendiri di dalam kamar itu. Ziel akan tidur bersama mommy dan daddy nya, itulah keputusan dari Gracia. Bahkan di dalam kamar Ziel terdapat dua pintu, yang pertama adalah pintu kamar mandi dan yang kedua pintu menuju kamar William dan Gracia, hal itu akan memudahkan mereka jika ingin mengambil keperluan Ziel yang berada di kamarnya.

Mereka semua memasuki lift, Ziel kagum melihat lift yang di dindingi kaca tersebut sehingga dapat terlihat jelas pemandangan di saat kita naik atau turun.
"Huwaaa kita terbang! Kita telbang! Daddy, ini namanya apa? Kenapa kita bisa terbang daddy?" Tanya Ziel antusias di dalam gendongan daddynya.

"Ini namanya lift baby, sama seperti yang kita naikki tadi di rumah sakit." Jawab William.

"Tapi di sana Ziel tidak bisa melihat keluar."

"Hanya beda modelnya saja baby."

Mereka kini berjalan keluar lift menuju kamar Ziel, anak bungsu itu masih saja terkagum kagum melihat mansion keluarga Rodriguez. Tapi bedanya Ziel kini tidak lagi dalam gendongan koala daddy nya, Ziel meminta untuk turun dan berjalan.

"Baby, kamar kamu yang pintunya berwarna biru itu." Ucap Gracia.

"Ziel ndak tau warna mommy." Ujar Ziel dengan tatapan yang masih mengagumi mansion tersebut. Tapi perkataan itu membuat semuanya merasa sedih.

Gracia berjalan menghampiri Ziel yang berada di depannya, lalu ia menggenggam tangan Ziel dan menuntunnya berjalan menuju kamar milik Ziel.
Pintu terbuka, menampilkan kamar bernuansa biru serta gambar dinosaurus. Kaki kecil Ziel berlari menghampiri gambar gambar tersebut, mulutnya terus terbuka seraya berkata 'waah' tanpa henti. Ziel nampak senang sekali dengan kamarnya, bahkan seluruh keluarga Rodriguez juga senang melihat bungsu mereka.

"Mommy, ini namanya apa?" Tanya Ziel polos.

"Itu semua dinosaurus baby, dan yang kamu tunjuk namanya t-rex."

"Dinosaurus!" Ucap kembali Ziel sambil bertepuk tangan.

Puas melihat seisi kamar, kini perut Ziel berbunyi kencang. Ia hanya tersenyum sambil melihat keluarga barunya itu.
"Ziel lapel." Ucapnya.

"Sini baby, mommy gendong. Kita mandi dulu ya abis itu kita turun buat makan siang." Ucap Gracia, sedangkan Ziel sudah merentangkan kedua tangannya menanti sang mommy menggendongnya.

Para lelaki keluarga Rodriguez pun memilih untuk kembali ke kamar mereka masing masing. Gracia dengan senangnya membawa Ziel ke kamar mandi dan memandikannya.

Usai mandi, Ziel yang sudah wangi seperti bayi kembali di gendong oleh Gracia menuju ruang makan. Disana para pria Rodriguez sudah berkumpul.
Ziel di ambil alih oleh William, namun makannya di suapi oleh Gracia. Ziel memilih makan dengan ayam goreng dan juga sayur sop. Ziel nurut aja di suruh makan sayur toh ini kali pertamanya memakan sayur, dan yang penting ada ayam goreng yang gak boleh terlewatkan.

Usai makan, mereka semua berkumpul di ruang keluarga. Televisi menyala dengan siaran kartun kucing dan tikus yang sedang kejar kejaran. Ziel nampak senang dengan tontonannya, bahkan ia sampai tertawa ketika si kucing di kejar oleh anjing, tak lupa tangan Ziel bertepuk tangan karena terlalu senang.

"Baby..." Panggil Kelvin.

"Iya abang..." Saut Ziel tanpa mengalihkan pandangan dari televisi.

"Umur baby berapa?"

"Enam tahun." Jawab Ziel dengan jari tangan terangkat, tapi itu bukan enam melainkan empat.

"Itu empat baby bukan enam, jadi yang benar berapa umur baby? Empat atau enam?"

"Enam abang... Satu minggu kemarin, aku ulang tahun." Kali ini jari tangan Ziel menunjukkan lima, dua pada tangan kiri, tiga pada tangan kanan.

"Baby... Kalau ini ada berapa?" Tanya Sean yang curiga kalau sebenarnya Ziel tidak bisa berhitung. Tangan Sean menunjukkan angka dua.

"Emm... Tiga."

"Kalau ini?" Tanya Sean kembali dengan melebarkan semua jarinya.

"Tujuh."

"Baby... Mommy mau tanya, baby bisa baca nulis gak?"

"Ndak... Mama sama bibi gak pelnah ajarin Ziel." Usai menjawab, Ziel kembali menonton kartun yang tadi di abaikannya sejenak.

Gracia memandang William dengan sendu.
"Besok kita panggil guru private untuk ajarin baby belajar." Ujar William yang di angguki Gracia.

"Mommy... Ziel mau minum susu juga." Seru Ziel tiba tiba ketika ia melihat si kucing sedang meminum susu.

"Ya ampun mommy lupa, harusnya kan mommy buatin susu untuk baby minum. Tunggu sebentar ya, mommy buatkan dulu." Gracia pun bergegas menuju dapur. Setelahnya Gracia datang dengan segelas susu rasa vanila, Ziel menerimanya dengan cepat dan langsung meminumnya hingga kandas.

"Mommy tidak tau rasa apa yang baby suka, jadi nanti sore baby cobain yang rasa lainnya ya, biar mommy tau mana yang lebih baby suka." Ucap Gracia sembari mengusap lembut surai bungsunya.

Setelah minum susu, Ziel tiduran di sofa panjang untuk melanjutkan menonton. Awalnya suara tawa dari bocah itu masih terdengar, tapi lambat laun suara itu tak lagi ada. Mommy yang menyiapkan pahanya sebagai bantalan baby mencoba untuk melihat wajah kesayangannya. Rupanya Ziel sudah tertidur dengan jempol yang di hisapnya.

"Kalau baby di kasih pacifier lucu kali ya, besok aku mau beliin ah." Seru Sean sambil menoel noel pipi Ziel. Si empu merasa terganggu akhirnya ia membuka matanya dengan siap menangis.

"Hiks... Jangan ganggu... Hiks ..." Ucap Ziel sembari tangannya memukul mukul udara agar tidak ada yang mengganggunya lagi.

"Ssst... Cup cup ... Baby tidur lagi ya sayang, biar abang Sean nya nanti di marahin sama daddy." Gracia berusaha menenangkan bungsunya sambil mengusap lembut punggung sang anak. Dan hal itu berhasil membuat Ziel kembali tertidur tentu dengan ibu jari yang ia hisap.

Gracia menggendong Ziel dan membawanya ke kamar, ia baringkan tubuh mungil itu di atas ranjang king size miliknya bersama sang suami. Gracia menyelimutinya hingga sebatas dada, lalu meninggalkan Ziel menuju ruang keluarga dan menemui yang lainnya.

"Sayang, kamu udah dapat informasi belum tentang latar belakang baby?" Tanya Gracia yang baru saja duduk di sebelah William.

"Belum, entah kenapa sulit sekali mendapatkannya. Mungkin karena selama ini baby di kurung oleh ibunya, jadi tidak ada informasi apa pun yang bisa kita cari." Jawab William yang sebenarnya kesal.

Mereka ingin mengetahui tentang latar belakang Ziel, mencari tau orang tua brengseknya itu dan ingin melenyapkannya. Mereka semua kesal, bagaimana bisa ada orang tua sejahat itu terhadap anak kandungnya sendiri? Mereka saja merasa prustasi ketika Gracia mengalami keguguran dan tidak bisa memiliki anak lagi. Betapa tidak bersyukurnya orang tua kandung Ziel. Bahkan mereka tega menelantarkan anak seimut dan menggemaskan itu. Karena Ziel sudah berada di tangannya, mereka tidak akan membiarkan orang tua kandung Ziel kelak merebutnya.

"Bukti visum dari luka luka baby, dan rekaman cctv di rumah sakit saat baby bercerita, semua sudah aku simpan baik baik. Jika kelak orang tua mereka ingin mengambil baby dari kita, maka kita lawan mereka melalui jalur hukum. Dengan semua bukti itu, mereka tidak akan bisa mendapatkan hak asuh baby. Dan jika mereka akan mengambil paksa, barulah kita habisi mereka."

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang