Chap 17

39K 3.4K 44
                                    

Ziel tersenyum kala melihat foto wanita tersebut. Mata bulatnya menatap sang ayah dan menjawab pertanyaannya. "Ini mama Ziel, daddy kenal sama mama?"
Para orang tua tersenyum, akhirnya mereka menemukan ibu kandung bungsu mereka dan sekarang tinggal mencari seseorang yang di panggil paman oleh Ziel itu, yang sudah membuat luka di sekujur tubuh mungil Ziel kala itu, padahal baru satu minggu mereka tinggal bersama, tapi Ziel sudah mendapatkan banyak luka.

"Ya daddy kenal." Ujar William kemudian mencium pipi, kening dan mengecup bibir tipis sang bungsu. "Daddy jalan kerja dulu ya, baby belajar yang giat nanti." Lanjutnya.

Setelahnya Ziel memakan nasi goreng yang di suapi oleh sang oma hingga kandas, kemudian ia berlari kecil menuju lift. Para orang tua wanita terkekeh melihat sikapnya, lalu Gracia menyusul Ziel hendak memandikannya. Usai mandi tubuh mungil Ziel di berikan minyak telon serta bedak bayi, Ziel hanya diam saja, ia merasa senang karena kini ia mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang sejak dulu tidak ia dapatkan.

Ziel dengan kemeja lengan panjang serta celana jeans panjang sedang menyiapkan buku dan alat tulis, itu semua ia masukkan ke dalam tas boneka yang berbentuk minion dan segera ia kenakan. Ziel pun tersenyum ke pada Gracia lalu ia menggandeng tangan mommy nya dan mengajaknya untuk segera turun.

Berhubung gurunya belum datang, Ziel memilih untuk menonton kartun di televisi dari pada mengulang belajar sendiri seperti yang di pinta Clara, sang oma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berhubung gurunya belum datang, Ziel memilih untuk menonton kartun di televisi dari pada mengulang belajar sendiri seperti yang di pinta Clara, sang oma. Sebenarnya ada rasa kesal di hati Clara karena anak ini tidak menurut untuk belajar, tapi rasa kesal itu segera di singkirkan kala ia melihat cucu bungsunya tertawa.

Jam sembilan kurang, guru Ziel yang bernama Kayla datang. Ziel dengan semangat menghampiri dan mengeluarkan buku serta alat tulisnya, belajar pun di mulai dengan serius.

Di lain tempat, pada sebuah kantor ternama, lima orang laki laki berbeda usia itu sedang membahas tentang menghancurkan wanita yang bernama Echa atau ibu kandung Ziel. Mereka juga menduga kalau Echa merahasiakan tentang Ziel dari keluarganya.

"Kalau tidak salah perusahaan Pras meminta kerjasama bukan dengan perusahaan kita?" Tanya William pada keluarganya yang berada di ruangan Bryan.

"Ya, Pras besok akan datang kesini. Padahal mertuanya memiliki perusahaan yang maju, tapi Pras sama sekali tidak meminta bantuan dari Roni itu. Hebat juga si Pras, dia dulu sangat percaya diri kalau dirinya bisa membangun perusahaan dari nol. Pras itu, hanya orang biasa yang mencintai anak orang kaya, tapi tekat nya boleh di acungkan jempol. Awalnya Roni mengira kalau Pras hanya mengincar harta saja, tapi Pras membuktikan kalau dia bisa berdiri dengan kakinya sendiri tanpa bantuan dari keluarga Hernandez." Tutur Bryan menjelaskan, ia mengingat masa lalu ketika ia menjadi saksi dimana Pras atau Prasetyo berulang kali meminta restu Roni, sahabatnya. Walau mereka sahabat, tapi anak anak mereka tidak kenal satu sama lain.

"Jika kita membunuh Echa, apa hubungan daddy dengan paman Roni akan baik baik saja nanti ke depannya? Aku sempat memikirkan ini dad, kalian kan sudah berteman sejak lama bukan?" Saut Diota.

"Daddy juga memikirkan itu sejak semalam, dan kata mommy mu, daddy harus membicarakan hal ini ke Roni. Tapi yang daddy takutkan jika nanti Roni akan mengambil cucu bungsu ku. Daddy tidak mau baby kembali ke mereka."

"Kita musnahkan saja seluruh keluarga Hernandez." Ucap enteng Jacob yang langsung di beri jitakan pada keningnya oleh sang kakak, Jackson.

"Kalau bicara di perhatikan, kau kira mudah memusnahkan mereka? Dan apa kau kira hal itu tidak membuat kita berperang nantinya? Hubungan kita selama ini sangat baik dengan keluarga mereka." Ujar Jackson.

"Yaa kan kita tidak mau kehilangan baby." Jacob berkata seraya mengangkat ke dua bahunya.

"Daddy rasa, daddy memang harus membicarakan ini terlebih dahulu kepada Roni. Nanti daddy akan bertemu dengannya, dan kau Will, hubungi Pras dan katakan untuk memajukan pertemuan kalian hari ini." Final Bryan.

"Baik dad." Ucap William.

Siang telah tiba, Ziel pun sudah selesai belajarnya. Dan kini anak tersebut duduk manis di bangku meja makan bersama dengan oma dan mommy nya. Mama dan mami nya sedang pergi ke butik miliknya,
Ziel sedang asik makan ayam bakar dengan lalapan, sebenarnya Ziel tidak suka lalapan, ia lebih memilih sayuran itu di masak seperti di bening atau di tumis. Bagi Ziel rasa lalapan itu tidak enak dan aneh. Tapi Ziel memaksa memakan itu demi ayam bakar madu kesukaannya nomer dua.

Meja makan sekitar Ziel sangat berantakan, anak itu tidak mau di suapi, ia ingin makan sendiri. Dan hasilnya, nasi berceceran bahkan tulang ayam saja bisa mental dan jatuh ke lantai.

"Lihat, berantakan kan makannya. Mending di suapi aja makannya." Ujar mommy sambil membersihkan mulut Ziel.

"Ndak mau, masa Ziel di suapi telus sih mom. Ziel kan udah gede." Ucapnya sambil meruncingkan bibirnya, kemudian ia meloncat dari bangku lalu berlari dengan kedua tangan yang di rentangkan layaknya pesawat.

"Baby jangan lari kamu habis makan!" Tegur Clara yang tak di indahkan oleh Ziel.

Anak itu di ikuti oleh Robert dan beberapa pengawal lainnya. Sekarang mereka sudah berada di halaman belakang. Ziel melihat ada bola sepak miliknya di dekat pohon, Ziel segera berlari dan mengambilnya. Kemudian Ziel menendangnya ke arah Robert, tapi tenaganya tidak seberapa sehingga bola tersebut berhenti tak jauh dari dirinya.

Ziel berlari dan kembali menendang bolanya, bukan bola yang di tendang, kaki kecil Ziel justru terpleset membuatnya terjatuh dengan posisi duduk. Para pengawal udah mulai panik, takut tuan mudanya menangis kesakitan, tapi pikirannya salah, Ziel justru kembali bangun dan menendang bola itu tanpa putus asa.

"Tuan muda, main bolanya sudah dulu ya. Tuan muda habis makan, nanti bagaimana kalau tuan muda muntah? Sebentar lagi juga jam tidur siang anda." Bujuk Robert berharap tuan muda nya ini dapat menurutinya.

"Ndak mau, wleee..." Ziel menjulurkan lidahnya pada Robert dan ia memutuskan untuk berlari menjauh dari para pengawal.

"Tuan muda berhenti, saya mohon jangan berlari lagi."

"Hahaha kejal Ziel kalau bisa, hahaha..." Seru Ziel sambil tertawa, nampaknya ia sangat menikmati sekali permainan yang ia mainkan ini.

"Astaga baby..." Gumam Gracia yang melihat kelakuan anak bungsunya itu.

"Cucu ku nakal sekali rupanya, kalau opa dan daddy nya lihat kelakuan baby bisa bisa di hukum nanti." Sambung Clara.

"Selama ini baby tidak pernah di hukum mom, hanya di tegur saja. Kita takut kalau baby kembali teringat kenangannya saat bersama paman yang menyiksanya itu. Tapi sepertinya baby tidak pernah mendengarkan perkataan kita, dan mungkin baby sekarang sudah bisa menerima hukuman dari daddy nya jika baby masih nakal seperti ini."

"Ya, baby sudah bisa untuk kita disiplinkan."

"Howeeek.... Huaa mommy... Hwekkk..."

































































































Lagi gak?

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang