"Bagaimana sudah mendapatkan hasilnya?" Tanya William kepada Robert, dimana mereka tidak hanya berdua saja dan mereka sedang berada di depan ruang inap Ziel. Biarkan para wanita di dalam menjaga Ziel dan para pria mengurusi urusannya.
"Iya tuan. Penyerangan di rumah tuan Roni dan yang membawa tuan muda Ziel ke pelelangan perbuatan tuan Brian. Selain itu, tuan Brian merupakan orang yang pernah di titipkan tuan muda Ziel oleh nyonya Echa. Tuan Brian adalah paman yang pernah di katakan oleh tuan muda Ziel dan juga ayah kandung dari tuan muda Ziel." Tutur Robert menjelaskan.
"Pantas saja baby ketakutan sampai sakit karena melihat bajingan itu." Seru Diota.
"Bawa dia ke ruang bawah tanah." Titah William.
"Siap tuan." Ujar Robert kemudian pergi meninggalkan rumah sakit.
Sementara itu di tempat lain....
"Mah, apa mama tidak pernah merasa curiga dengan papa?"
"Curiga kenapa sayang? Papa mu itu orang yang baik, setia, dan juga penyayang. Papa mu akan selalu menomer satukan keluarganya."
"Saat pesta kemarin, aku bertemu dengan Ziel mah. Anak kecil yang waktu itu pernah aku cari cari, yang aku juga pernah ceritakan ke mama."
"Jadi anak itu namanya Ziel, bagus dong kalau kalian ketemu lagi. Lalu apa hubungannya sama curiga ke papa mu?"
"Ziel nampak ketakutan saat melihat papa, bahkan expresi papa juga seperti tidak biasanya. Papa seperti membenci Ziel begitu, dan aku curiga kalau papa dan Ziel punya suatu hubungan yang tidak kita ketahui."
"Apa kamu menduga kalau Ziel itu anak papa dari wanita lain?"
"Aku sempat berpikir seperti itu, apa lagi jika di perhatikan, wajah Ziel ada miripnya sama papa. Selain itu, sejak pulang dari pesta papa juga terlihat agak beda kan ma?"
"Iya sih benar, tapi mama rasa papa hanya pusing memikirkan pekerjaannya. Dan kamu Samuel, kamu juga terlalu berlebihan memikirkan ini. Percaya sama papa mu, kalau papa mu tidak melakukan hal yang aneh aneh di luar sana."
"Tapi ma... Sampai sekarang aku masih sangat mencurigai papa, aku ingin mama mencari tau kebenarannya antara papa dan juga Ziel Rodriguez."
"Rodriguez? Mama mana berani mencari tau tentang keluarga itu, mereka orang terkaya nomer satu di dunia. Tidak ada yang berani mengusik mereka. Bahkan mereka juga di kenal keluarga yang kejam. Tapi jika memang benar papa mu dan Ziel memiliki hubungan, mama akan mengusir papa mu biar papa mu kembali menjadi gelandangan. Mama tidak mau hidup bersama dengan orang yang tak tau terima kasih, sudah hidup enak dengan mama, tapi bermain main di belakang mama."
"Aku juga tidak akan menganggap papa lagi jika papa benar sudah mengkhianati mama."
Di sebuah jalanan yang sepi, sedang ada beberapa mobil yang melakukan pengejaran. Mobil yang sedang di kejar itu kini sudah berhenti karena di hadang oleh mobil lainnya. Supir dari mobil yang di hadang keluar, begitu juga dengan beberapa orang dari mobil lainnya. Mereka berkumpul dengan kelompoknya masing masing. Hanya tersisa satu orang yang masih diam di dalam mobil tersebut.
"Jangan buang buang waktu kami, kalian bukan lah tandingan kami. Jika kalian masih sayang dengan nyawa kalian, lebih baik pergi dari sini." Ucap salah satu orang yang sebagai penghadang.
"Kau kira kita akan mendengarkan omong kosong mu itu?! Dan jangan sombong dulu kawan, kau pikir kita ini lemah? Lebih baik kalian yang pergi dari sini jika kalian tidak ingin mati, dan sebelum itu katakan siapa bos kalian!" Seru seseorang yang di hadang.
Seseorang dari penghadang yang tadi bicara, memberikan kode kepada rombongannya, kemudian mereka semua berlari menghampiri lawan, dan terjadilah perkelahian. Beberapa orang sudah ada yang tumbang dari kedua belah pihak, pertarungan semakin sengit, hingga waktu berlalu cepat dan salah satu dari mereka pun memenangkan perkelahian tersebut.
Sembari membenarkan pakaiannya yang lusuh akibat pertarungan tadi, seseorang yang tadi berbicara membuka pintu mobil dan menarik orang yang berada di dalam sana untuk keluar.
Sempat terjadi perkelahian di antara keduanya, namun orang itu terkekeh, ia bersmirk dan menaikkan sebelah alisnya. Dan dengan sekali pukulan yang sangat kuat pada bagian perut, lawan tersebut langsung tersungkur dan tak sadarkan diri."Kita sudah menemukan pelaku nya, apa kau akan datang ke Indonesia untuk ikut bergabung bersama kami?" Tanya seseorang yang sedang menghubungi orang lain dengan wajah angkuhnya.
"Apa kau yakin?" Tanya orang itu kembali.
"Baiklah kalau begitu, kita semua akan mewakili mu dan akan mengirimkan videonya pada mu." Panggilan itu pun berakhir.
"Apa semua sudah di siapkan?" Tanya orang itu kepada orang yang di belakangnya.
"Sudah tuan, orang itu masih belum sadarkan diri."
Beberapa pria dewasa berbeda usia, berjalan memasuki sebuah ruangan. Dan mereka semua masuk ke dalam lift yang berada di dalam ruangan tersebut.
Setibanya mereka di bawah tanah, mereka menyelusuri sebuah lorong yang minim penerangannya, bahkan tercium bau anyir, bukan itu saja, ada juga terdengar suara orang teriak. Orang orang itu ada yang berteriak kesakitan, memohon ampun, memaki, serta mengutuk. Suara mereka terdengar di sepanjang lorong, dan para pria dewasa tersebut seakan menulikan pendengarannya dengan tetap melanjutkan langkah kakinya dengan sangat angkuh.Kini mereka masuk ke salah satu ruangan yang ada disana, yang paling tua berkata. "Bangunkan dia." Setelahnya orang yang sudah berada di dalam sana, segera menuruti perintah dari bos besarnya. Orang tersebut menyirami air seember tepat ke wajah orang yang tengah duduk di bangku dengan kedua tangan serta kedua kakinya terikat kuat oleh rantai besi.
Sementara itu, malam telah menjelang...
"Mommy, Ziel kan udah gak panas lagi. Boleh gak infusnya di lepas? Tangan Ziel pegel mom..." Rengek Ziel yang sudah tak tahan dengan infus yang tertancap di tangannya."Sabar ya sayang, tunggu sampai infusnya habis ya nanti baru boleh di lepas." Bujuk Gracia dengan tak henti membelai surai Ziel.
"Mommy... Daddy mana? Kok dali siang tadi gak keliatan."
"Daddy lagi ada urusan, nanti daddy kesini kok kalau urusannya udah selesai."
"Lama gak mommy? Ziel mau cama daddy." Kedua mata Ziel sudah mulai mengemban, pasti tidak lama lagi Ziel akan menangis.
"Gak kok gak lama, sekarang baby sama mommy dulu aja ya. Baby mau apa?"
"Ziel mau daddy, mommy ~ telpon daddy aja ya mom, Ziel kangen."
Gracia tersenyum kemudian mengeluarkan ponselnya. "Baby nya mommy lebih sayang sama daddy ya dari pada mommy." Gracia berpura pura sedih, Ziel yang melihat itu merasa tak suka.
"Gak mommy, Ziel cayang mommy cama daddy. Mommy jangan nangis ya... Ziel ndak suka liat mommy nangis. Telpon daddy nya gak jadi aja deh mom, kan nanti daddy kesini, nanti Ziel ganggu daddy. Mommy mau gak usap ucap punggung Ziel? Ziel udah ngantuk mau bobo."
Gracia terkekeh mendengar perkataan bungsu nya. Dan dengan segera Gracia mengusap punggung Ziel dengan penuh kasih sayang, hingga akhirnya Ziel terlelap tidur.
Ziel :
Celamat berbuka puaca ya teman teman
Bukanya pakai yang manis manic kaya Ziel 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...