Chap 51

20.2K 2.2K 65
                                    

Niat hati Ziel ingin melakukan video call dengan mommy nya, namun keinginan tersebut lenyap dalam hitungan detik. Bukan karena Ziel merubah pikirannya, tapi karena Robi mendapatkan panggilan dari William dan ia harus segera datang ke kantornya. Robi mengatakan kepada Ziel untuk mencoba meminjam ponsel dari Siska atau yang lainnya, tapi Ziel merasa enggan karena ia merasa takut kembali untuk melihat mommy nya.

Tak lama kemudian seorang guru datang, Ziel kini tengah belajar tanpa ada suara apa pun. Tapi bukan berarti Ziel belajar dengan serius, di dalam pikirannya ia sedang memikirkan tentang para orang tua yang nampak masih marah dengannya, lalu ia juga memikirkan tentang Oline. Yang katanya gadis cantik itu hanya memanfaatkan Ziel. Sang guru menyadari ada yang di pikirkan oleh muridnya, guru tersebut berhenti dari menjelaskan pelajaran lalu memperhatikan Ziel yang masih tenggelam dengan pikirannya.

"Apa yang sedang kamu lamunkan?" Tanya guru tersebut membuat Ziel menatap sang guru kemudian ia menggelengkan kepalanya.

"Ziel ada masalah? Coba cerita sama bapak, siapa tau guru mu ini bisa membantu kamu menyelesaikan masalah. Jadi bagaimana untuk hari ini kita tidak belajar, dan Ziel bisa bercerita apa pun sama bapak." Lanjutnya membuat Ziel kembali menatap guru tersebut.

"Boleh? Nanti di malahin gak sama daddy kalau Ziel gak belajar?" Tanya Ziel.

"Ini rahasia kita, daddy kamu tidak akan tau kalau kita tidak memberitaukannya."

"Tapi kata daddy, Ziel gak boleh ada lahasia lahasian, nanti Ziel bica di marahin lagi." Ucap Ziel sendu.

"Hmmm... Kalau begitu, bagaimana jika sekarang Ziel cerita ke bapak tentang masalah Ziel, lalu setelahnya kita akan belajar." Ziel menganggukkan kepala tanda setuju, toh setelahnya ia akan belajar jadi tidak masalah kan pikirnya.

"Kemalin Ziel di malahin sama daddy, mommy, cama semuanya kecuali abang dan kakak. Ziel takut, campai sekalang Ziel masih takut buat liat meleka. Mereka bilang kalau Ziel cuma di manfaatin sama kak Oline tapi Ziel pikir kalau Ziel sedang berbagi sama kak Oline. Mommy malah kalena Ziel gak ngerti ngelti dan gak bica bedain berbagi dan juga di manfaatin gitu. Menurut pak gulu, cala bedainnya itu bagaimana? Kak Oline itu teman Ziel yang kedua, jadi Ziel seneng bisa jalan jalan dan belanja baleng kaya kemarin."

"Apa belanjanya Ziel yang bayar?"

"Iya... Bayalnya pakai kaltu Ziel."

"Ziel udah bilang belum ke orang tua Ziel kalau Ziel mau membelikan barang ke teman Ziel itu?"

"Ziel gak bilang."

"Ziel kan masih anak anak, walau pun Ziel punya kartu tapi bukan berarti Ziel bisa beliin temen Ziel begitu saja tanpa meminta izin terlebih dahulu. Ziel seharusnya bilang ke mommy atau daddy kalau Ziel mau beliin barang ke teman Ziel itu, nah untuk soal di manfaatin nya... Apa temen Ziel beli barangnya dalam jumlah yang banyak?"

"Kak Oline emang belinya banyak, lebih banyak dari pada Ziel."

"Teman yang baik itu, tidak akan meminta kita untuk beli sesuatu dalam jumlah yang banyak. Sekali pun kita kaya dan punya banyak uang, yang namanya teman tidak akan melakukan hal itu. Jika ada teman yang seperti itu, namanya dia memanfaatkan kita, dan orang itu tidak benar benar tulus menjadi teman kita. Mereka menjadi teman karena sesuatu, hal itu sangat tidak di perbolehkan.

Sedangkan untuk berbagi, kita harus memberi uang atau makanan atau mungkin barang, ke orang yang membutuhkan. Kita juga bisa berbagi ke teman, misalnya, Ziel ke sekolah terus bawa makanan yang banyak, tapi karena Ziel tidak bisa menghabiskan sendiri, jadi Ziel membagikan makanan tersebut ke teman teman Ziel agar makanan itu tidak di buang. Atau misalnya Ziel abis pergi liburan dan Ziel beli oleh oleh untuk di bagikan ke teman, itu juga bisa disebut berbagi. Tapi kalau temannya meminta Ziel untuk belikan ini dan itu, namanya Ziel bukan berbagi melainkan di manfaatkan oleh orang tersebut."

"Ziel lebih paham sekalang. Makasi banyak pak gulu, lain kali Ziel akan lebih berhati hati buat cali temen." Ujar Ziel dengan tersenyum lebar.

"Itu bagus, semangat ya Ziel kamu pasti bisa dapatin teman yang banyak dan yang tulus. Perjalanan kamu masih panjang, jadi kamu harus lebih menikmatinya dan jangan terlalu memikirkan sesuatu. Jika ada yang mengganjal pikiran Ziel, kamu bisa cerita ke daddy atau mommy atau mungkin yang lainnya."

"Iya! Ya udah cekalang Ziel mau lanjutin belajarnya!"

"Ok!" Guru pun kembali memberi pelajaran kepada Ziel dan anak itu kini sangat serius dalam belajarnya.

Pelajaran selesai tepat jam makan siang, sang guru pun kembali ke sekolah. Sedangkan Ziel tengah menanti makan siang nya di meja makan, sambil menunggu ia pun meminum segelas susu strawberry hangat dan memakan cookies.
Nasi dengan ayam kremes tiba tentu tak lupa dengan sayuran yang di tumis, Ziel memandangnya dengan berbinar karena ia sudah sangat lapar.

"Mau abang suapin?" Tanya Sean yang baru saja pulang.

"Abang udah pulang aja, abang bolos ya?" Ziel bertanya balik.

"Enak aja kalau ngomong, abang udah gak ada kelas lagi jadi abang pulang. Abang inget dengan bayi nya abang ini yang kalau makan sendiri suka tumpah tumpah nasinya kaya anak kecil."

Ziel mengerucutkan bibirnya, sebal sekali rasanya di ledekin Sean. "Ya udah buruan suapin Ziel, udah laper belat tau." Cicitnya.

Sean pun menyuapi Ziel makan, dan bukan Sean namanya jika ia tidak menjahili Ziel. Ketika Sean hendak memasukan suapan nasi tersebut ke dalam mulut Ziel, justru Sean memakannya. Terus berulang kali hingga nasinya habis, dan yang memakan banyak adalah Sean.

"Ih pinter makannya abis, mau nambah gak?" Tanya Sean.

"Mending abang makan sendiri aja sana, biar Ziel bisa makan sendiri juga! Pelcuma di suapin abang kalau yang makan juga abang bukannya Ziel." Kesal Ziel.

"Biar sekalian tau, mau nambah gak?"

"Gak! Ziel udah kenyang liat abang makan." Ziel pun beranjak dari meja makan menuju halaman belakang rumah.

"Mau kemana baby?" Tanya Sean sedikit berteriak.

"Bukan ulusan abang!"

"Oh gitu... Gak kapok kemarin abis di marahin? Mau di marahin lagi gak sama abang? Apa mau di hukum?"

Ziel menghentikan langkah kakinya, kedua tangannya memainkan ujung kaos yang ia gunakan bahkan kepalanya menunduk.
"Ndak mau... Ziel ndak mau di malahin lagi, Ziel ndak mau di hukum abang... Huaaa.... Huaaaa... Maafin Ziel, maaf... Hiks... Hiks..."

"Eeh..." Sean nampak panik melihat adik kecilnya menangis sangat kuat.

"Ampun abang... Jangan malahin Ziel... Huaaa.... Waaaa...."

"Udah baby jangan nangis ya... Abang gak akan marahin baby kok, sekarang diem ya. Abang tadi cuma bercanda aja."

"Sean!"

Seketika tubuh Sean menegang kala mendengar seseorang memanggilnya, dengan perlahan Sean membalikkan badannya, dan ia mencoba untuk tersenyum kepada orang yang memanggilnya. "Hehe abang..."

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang