Chap 44

21.8K 2.1K 42
                                    

Waktu berlalu dengan sangat cepat, tanpa terasa dua tahun telah berlalu. Kini usia Ziel sudah sembilan tahun. Anak itu, hanya sedikit menambah tinggi dan perutnya masih saja buncit. Kenakalannya pun masih sama saja, bahkan kadang bertambah parah. Ziel masih homeschooling, Sean kini sudah kuliah. Arkan dan Zain masih bersekolah di sekolah menengah atas kelas dua dan tiga di sekolah milik Rodriguez. Dan sudah berapa kali Ziel merajuk ingin pergi ke sekolah juga seperti abangnya.

Ketika Ziel merajuk, semua anggota keluarga di buat kelimpungan. Ziel menolak untuk makan dan minum susu, ia juga menolak bicara dengan siapa pun, bahkan ia juga memilih untuk tidur di kamarnya sendiri. Pintu kamar yang terhubung dengan kamar orang tuanya di kunci oleh Ziel, entah dari mana dia mendapatkan kunci tersebut, mungkin Ziel berkeliling untuk mencarinya. Anak itu sudah semakin pintar sekali.

"Pokoknya Ziel mau cekolah kaya bang Arkan sama bang Zain! Ziel mau punya temen juga, Ziel ndak mau di lumah terus!" Teriak Ziel di malam hari seusai makan malam.

"Daddy udah bosan ya dengar baby merengek seperti ini, sekali daddy bilang tidak ya tidak." Ucap William.

"Ini juga demi kebaikan kamu sendiri baby, di luar sana banyak orang jahat. Bagaimana jika ada yang melukai baby?" Sambung Jackson menjelaskan.

"Tapi kan gak semua olang itu jahat papa!"

"Memang tidak semua orang itu jahat, tapi apa baby bisa membedakan mana orang yang jahat dan mana yang baik?"

Ziel hanya meggelengkan kepalanya dengan bibir yang ia majukan.

"Baik, besok daddy akan mengurus berkas berkasnya dan baby bisa sekolah seperti bang Arkan dan bang Zain, tapi dengan syarat." Seru William membuat kedua mata coklat Ziel berbinar binar.

"Caratnya apa daddy?" Tanya Ziel antusias.

"Baby harus sekolah di milik keluarga Rodriguez, dan baby akan di temani oleh Robert dan juga Oki, bagaimana?"

"Mau! Mau! Mau! Ziel mau daddy! Holeee besok Ziel sekolah kaya abang!" Teriak Ziel dengan kedua tangan yang di naik dan turunkan.

Keesokan paginya, Ziel sudah bersiap siap untuk masuk sekolah. Ia terus memandangi cermin melihat dirinya yang mengenakan seragam, senyumannya bahkan tak luntur sedikit pun. Kelvin membuka pintu kamar Ziel dan ia tersenyum sangat tipis kala melihat sang adik sangat gembira.

"Abaaaang..." Seru Ziel memanggil Kelvin dan berlari menghampirinya. "Abang... Abang... Lihat deh, cocok gak ceragamnya buat Ziel? Ziel kelihatan ganteng gak bang?" Lanjutnya bertanya sambil meloncat loncat.

Kelvin mengusap lembut surai Ziel dan ia masih tersenyum tipis. "Cocok, baby kelihatan ganteng. Bang Kelvin foto ya?" Ziel menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kemudian Kelvin mengambil gambar dan ia merasa sangat puas dengan hasilnya.

"Cudah bang?" Tanya Ziel dan Kelvin menunjukkan foto tersebut. "Ziel tampan banget kaya daddy!"

Abaikan tangan yang gak ke potongKira kira ky gini lah seragam Ziel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abaikan tangan yang gak ke potong
Kira kira ky gini lah seragam Ziel

"Ayo turun, sarapan." Ucap Kelvin namun Ziel merentangkan kedua tangannya yang bermaksud meminta untuk di gendong. Kelvin tanpa berkata apa apa langsung menggendong Ziel untuk turun.

"Bang Kelvin cering cering senyum ya, abang tampan kalau senyum. Hehe..." Puji Ziel, yang di puji hanya menghujani ciuman pada wajah Ziel.

Setibanya di meja makan, seluruh keluarga Rodriguez menikmati sarapan mereka dengan santai, kecuali Ziel. Anak itu ingin makan sendiri padahal selama ini ia selalu di suapi, alasannya karena ia sudah mulai sekolah jadi harus makan sendiri gak boleh di suapi. Ziel makan dengan sangat berantakan dan juga belepotan, nasi dan lauk bisa berceceran di mana mana bahkan ada juga yang menempel di wajahnya.

Di tengah sarapannya, Siska datang menyerahkan kotak makan serta dua botol minum milik Ziel. Yang ukuran besar berisikan air mineral, yang ukuran kecil berisikan susu coklat panas. Gracia menerima itu dan memasukkannya ke dalam tas Ziel.

"Baby inget ya, saat jam istirahat baby tidak boleh makan sembarangan, di dalam tas baby ada nasi goreng, baby harus makan habis. Ini juga ada susu coklat sama air minumnya, jangan lupa di habiskan." Ucap Gracia mengingatkan.

"Ciap mommy!"

Usai dengan sarapan, Ziel berangkat ke sekolah bersama dengan Arkan dan juga Zain dengan mobil milik Arkan. Sedangkan Robert dan Oki menaiki mobil yang berbeda. Di sepanjang jalan, Ziel tertidur pulas akibat kekenyangan. Tidak ada seorang pun yang membangunkan Ziel, biar saja ia tidur hingga sampai di sekolah.

Tak butuh waktu lama, kedua mobil mewah sudah memasuki parkiran sekolah yang sangat besar. Zain membangunkan Ziel. Setelah bangun, kedua nya mengantarkan Ziel untuk menemui kepala sekolah untuk sekolah dasar.

"Baby, bang Arkan sama bang Zain pergi dulu ya ke kelas. Baby harus dengerin apa kata guru dan tidak boleh berbuat ulah. Saat istirahat makan siang kita akan datang untuk makan bersama, baby di larang jajan sembarangan, mengerti?!" Tanya Arkan.

"Ya abang, Ziel kan udah gede, udah ngelti. Udah abang cana pergi aja." Usir Ziel di depan kepala sekolah.

"Astaga anak ini..." Gemes Arkan dan mencubit pipi gembul Ziel dan kemudian menciumnya. Oh tentu saja Zain tidak mau ketinggalan, ia juga menciumi wajah imut Ziel sampai anak itu terlihat kesal.


Singkat waktu, kini Ziel di antar oleh kepala sekolah menuju kelasnya. Kebetulan kelasnya baru saja di mulai. Kepala sekolah itu membawa masuk Ziel dan di serahkan ke wali kelas. Anak anak di dalam sana menatap Ziel dengan tersenyum, ada juga yang berbisik bisik ke teman sebangkunya, sepertinya mereka gemas dengan wajah Ziel.

"Anak anak, kita kedatangan teman baru. Nah kamu, silahkan perkenalkan diri." Ucap wali kelas itu kepada murid di kelasnya lalu meminta Ziel menyebutkan namanya.

"Halo teman teman, nama Ziel, Aziel Lodliguez umur Ziel sembilan tahun, kesukaan Ziel itu main cama Diego sama rumah pohon. Teman teman boleh kok main ke lumah nanti Ziel kenalin cama Diego." Seru Ziel.

"Kamu cadel ya? Lucu banget." Teriak anak laki laki yang duduk di bangku tengah.

"Ziel gak cadel ya." Kesal Ziel dengan mempoutkan bibirnya.

"Iih gemes, kaya bayi." Ujar anak perempuan yang tak dapat menahan kegemasannya.

"Disini kamu paling muda, jadi panggil kita semua kakak ya." Seru anak lainnya.

"Emang umur kalian berapa?"

"Sepuluh!" Ujar satu kelas serempak.

"Kok bisa kalian lebih tua satu tahun dari Ziel?" Tanya Ziel bingung.

"Ada juga kamu kok bisa masuk kelas empat padahal umurnya baru sembilan tahun? Kan buat masuk kelas satu aja harus tujuh tahun."

"Mana Ziel tau, Ziel cuma bilang ke daddy kalau Ziel mau cekolah, telus Ziel sekolah deh disini."

"Nah anak anak udah dulu ya, kalian bisa tanya tanya atau mengobrol di jam istirahat. Buat Ziel kamu bisa duduk di samping Azka disana." Ucap wali kelas dan Ziel menganggukan kepala kemudian berjalan ke arah mejanya. Sedangkan Azka tersenyum melihat Ziel yang nampak seperti merajuk kepadanya karena tadi di bilang cadel.
























































Next nya minggu depan ya

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang