Chap 15

40.3K 4K 68
                                    

Hari ini masih hari libur, hanya untuk para pelajar saja bukan untuk para pekerja. Tetapi semua lelaki keluarga Rodriguez tidak ada yang beranjak dari mansion, setelah sarapan tadi, mereka semua memilih menemani si bungsu menonton kartun di ruang keluarga utama yang lebih besar itu. Para wanita justru sedang pergi kecuali Gracia, mereka mengurusi kepindahan pekerjaan mereka di Negara ini, kan sebelumnya mereka tinggal di beda beda negara. Bahkan ada juga yang mengurusi kuliah S3 nya.

Para wanita sengaja memutuskan untuk mengurus itu semua hari ini karena para laki laki tidak mau pergi menjauh dari Ziel. Jadinya kan mereka tidak akan keteter, dan bisa menikmati waktu bersama sang baby setelah itu. Dan saat ini, Ziel yang sedang duduk di karpet tebal hanya menatap heran papa dan papinya, padahal anak itu tadi sedang asik menonton kartun kereta. Hanya gara gara mendengar salah satu dari mereka menjawab panggilan di ponselnya dengan menggunakan bahasa yang asing bagi Ziel dan anak itu segera mengalihkan pandangannya.

"Ada apa baby?" Tanya Jackson yang menyadari bahwa Ziel tengah mengamatinya dan adik kembarannya itu.

"Ziel bingung mana yang papa mana yang papi, abisnya milip banget." Ujar Ziel memiringkan kepalanya.

"Coba baby tebak, papa dan papi ada bedanya lho." Ujar Jacob.

"Hmmm... Ini papa, ini papi."

"Salah baby. Yang lebih tampan ini papa, dan yang ini papi." Seru Jackson.

"Cih, apanya yang lebih tampan." Gumam Jacob yang terdengar oleh Jackson, sedangkan si papa hanya mengedikkan bahunya acuh.

Setelah di beri taukan perbedaan antara Jackson dan Jacob yang tetap saja membuat Ziel tidak mengerti. Kini anak itu sedang berguling guling di atas karpet, ia merasa sangat bosan sekali. Ngomong ngomong, kayanya semenjak Ziel pindah ke mansion Rodriguez, ia belum pernah pergi jalan jalan keluar mansion. Seketika Ziel mendapatkan ide untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

Tapi belum sempat Ziel berkata apa apa, matanya kini terpaku dengan televisi yang menampilkan berita. Itu ulah Edern yang mengganti chanel televisi karena ia pikir Ziel tidak lagi menonton kartun.

"Nenek!" Pekik Ziel mengagetkan semua orang yang berada disana.

"Nenek siapa baby?" Tanya Sean.

"Itu yang di tivi, itu nenek yang kasih nama Ziel, nenek yang tinggal di cebelah lumah Ziel dulu. Nenek keren, nenek bica macuk tivi. Ziel juga mau dong bang macuk tivi kaya nenek gitu. Ziel kan ganteng, Ziel cocok masuk tivi."

Sean menatap horor Kelvin dan merangkul tangan sang abang. "Bang, itu kan berita peringatan nyonya Elisa yang ke enam tahun, tuh kan bener kata ku kalau nenek itu hantu. Astaga, aku sampai merinding."

William yang mendengar itu dengan segera menjentikkan jarinya, dan Robi yang merupakan bodyguard serta tangan kanannya segera datang menghampiri.
"Cari tau soal anaknya tante Elisa, mungkin salah satunya merupakan orang tua dari baby." Bisik William yang mampu di dengar oleh Bryan, siapa yang sangka William berpikir bahwa Elisa ada hubungan dengan Ziel hanya karena Ziel berkata bahwa Elisa lah yang memberikannya nama dan orang yang tinggal di sebelah rumahnya.

Tapi jika di pikirkan lagi, Elisa meninggal di usia Ziel masih beberapa bulan bukan? Ziel kini enam tahun, dan kematian Elisa juga sudah enam tahun. Hal yang tidak mungkin mereka bertemu, jika bukan roh Elisa yang menemuinya. Tapi tidak mungkin kan jika tanpa alasan Elisa datang begitu saja menemui Ziel jika tidak memiliki suatu hubungan. Maka dari itu, ini hal yang patut di cari tau, pikir William.

"Nenek itu namanya Elisa, baby yakin kalau itu orangnya?" Tanya Jacob.

"Iya pa... Papa apa papi?"

"Papi, baby."

"Iya papi, Ziel yakin kok. Kan Ziel hampil ketemu tiap hari. Tapi itu kenapa ada foto nenek di atas tanah? Itu lame lame ngumpul disana pada ngapain? Apa meleka lagi main?"

"Bukan baby, itu acara pemakaman." Ucap Ciko.

"Pemakaman itu apa?" Tanya bingung Ziel menghadap Ciko.

"Tempat pulangnya semua manusia jika sudah sampai batas usianya." Kali ini Zain yang menjawab.

"Oooh begitu.... Ziel tau cekarang, tapi Ziel masih gak ngerti. Daddy, Ziel mau cusu towbely di botol kuda laut."

"Biar Sean aja yang buat." Seru Sean menawarkan diri dan segera pergi menuju dapur.

Beberapa menit kemudian Sean datang dengan susu di botol yang ia bawa bawa, bahkan ia sudah cengengesan tidak jelas.
"Baby... Ini susunya datang." Teriak Sean, Ziel pun berdiri untuk menyambut kedatangan susu strawberry yang telah di nantinya dengan senyum merekah.

"Makasi a... Ish kok di dot cih?! Kan tadi Ziel bilang di botol kuda laut! (Yang di maksudkan Ziel botol bergambar kuda laut) Ziel kan udah gede abang, Ziel ndak mau minum di dot!" Kesal Ziel sambil menghentak hentakkan kakinya, kenapa sih abangnya yang satu ini suka sekali menyuruh Ziel minum di dot? Kan Ziel bukan bayi lagi. Mending Ziel sama author aja, nanti gak di kasih dot kok, kalau Ziel nya masih melek. :v

"Udah sih minum aja di dot, sama aja juga. Ini rasanya lebih enak lho dari buatan mommy, kan abang bikinnya pakai rasa sayang yang menggunung."

"Alay." Cibir Arkan.

"Kamu bilang apa Ar?" Tanya Sean padahal ia mendengar jelas perkataan Arkan, sedangkan yang di tanya hanya menaikkan bahu acuh.

"Minum di dot itu untuk bayi abang! Ziel bukan bayi lagi, kok abang gak ngelti ngerti sih!" Seru Ziel dengan mengerucutkan bibirnya, yang lain melihat hal ini hanya bisa menahan gemas.

"Baby kan masih bayi, udah sih ini minum buruan."

"Abang sialan."

Sontak seluruh mata memandang Ziel tak percaya, bagaimana bisa baby mereka bicara kasar seperti itu? Siapa yang sudah mengajarinya? Ini tidak benar, mereka merasa gatal ingin menghajar orang yang sudah mengajarkan hal itu.

"Baby, bicaranya tidak boleh kasar seperti itu." Papa.

"Siapa yang mengajari baby bicara kasar? Bilang sama ayah." Ayah.

"Dari mana baby belajar bicara seperti itu?" Daddy.

Ziel menatap mereka satu persatu dengan wajah bingungnya. "Bicara kasar itu apa?" Tanya Ziel.

"Yang baby bilang tadi, itu sangat kasar, dan tidak boleh di gunakan. Baby tau kata kata itu dari siapa, hmm?" Tanya Cika dengan lembutnya, ia baru saja datang dan mendengar si bungsu mengumpat. Cika di luar sana di kenal sebagai wanita cantik nan lembut, ia bahkan terlihat sangat anggun. Tapi mereka tidak tau saja jika Cika merupakan seorang psikopat, yang gila akan mengiris-ngiris bagian tubuh manusia yang masih hidup tanpa bius dan menggunakan pisau kecil, ia sangat senang mendengar jeritan orang yang menderita karena ulahnya.

"Ziel tau dari opa, kemarin kan opa bilang Sialan kau William. Jadi Ziel ikutin kata kata opa ke abang Sean." Jelas Ziel membuat mereka..... Haaah... Membuang nafas secara kasar dan mencoba menghilangkan emosinya. Siapa sangka Ziel merekam percakapan mereka, lain kali mereka harus lebih berhati hati dalam bicara, kelepasan sedikit akan membuat Ziel mengikutinya.

"Itu salah opa, maaf ya baby... Tapi itu perkataan yang tidak baik, baby tidak boleh menirunya lagi, paham?" Ujar Bryan.

"Kalau tidak baik kenapa opa bilang begitu ke daddy? Opa kan tau kalau itu tidak baik, telus kenapa opa bicala seperti itu?"

"Opa khilaf baby, opa salah. Jangan di tiru lagi, ok?"

"Eumm... Ok, Ziel tidak akan lakukan lagi."

"Anak pintar." Ucap Bryan sembari mengusap lembut surai Ziel, sedangkan si empu tersenyum menampilkan deretan gigi kecilnya yang putih, ia merasa senang mendapatkan pujian dari sang opa.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang