Chap 11

46.8K 3.8K 66
                                    

Ziel yang berlari kecil menuruni tangga, melihat sang mommy sedang asik membaca tabloid di sofa pada ruangan keluarga. Panggilan Sean yang memintanya untuk berhenti dan agar tidak turun melalui tangga di abaikan. Suara tangisan yang kencang membuat atensi Gracia beralih.

"Ya ampun baby, kamu kenapa sayang? Kok kamu turunnya lewat tangga?" Tanya Gracia yang segera menerima pelukan dari anak bungsunya.

"Bang Sean nakal, masa Ziel di kasih dot sama abang, udah gitu Ziel di bilang macih bayi, kan Ziel udah gede, udah enam tahun." Keluh Ziel yang menyembunyikan wajahnya di leher sang mommy.

"Hehehe abisnya lucu tau mom, nih mom lihat deh video baby pas lagi ngedot." Seru Sean menyerahkan ponsel miliknya kepada Gracia. Gracia yang melihat itu hanya tersenyum, ia sebenarnya sedang berusaha nahan tawa karena baby nya ini memang sangat lucu, tapi ia harus menahannya atau tidak Ziel akan semakin menangis.

Ziel kemudian melirik ke arah ponsel Sean, di lihat ada dirinya yang sedang ngedot dengan segera tangan kecil itu memukul tangan Gracia pelan hingga ponsel milik Sean terjatuh. Beruntung ada karpet tebal di bawahnya sehingga layar ponselnya tidak retak.

"Kok di jatuhin sih dek ponsel abang, entar kalau rusak gimana?" Keluh Sean.

"Bialin aja, abang nakal." Ucap Ziel yang kembali bersembunyi di leher sang mommy dengan isakan yang masih terdengar jelas.

"Ada apa sih ribut ribut?" Tanya lelaki paru baya yang masih terlihat sangat tampan, lelaki itu duduk di samping Gracia dan mengusap lembut surai baby yang berada di pangkuan Gracia.

"Daddy..." Rengek Ziel sambil mengulurkan kedua tangannya, meminta untuk daddy nya mau menggendongnya. Ya lelaki yang baru saja datang itu adalah William, dan ia segera menyambut tubuh kecil bungsunya serta ia berdiri untuk menimang nimang bayi nya agar dapat berhenti menangis. Padahal pantat William baru saja duduk di sofa panjang itu, jika bukan karena anak bungsunya, William mana mau melakukan ini.

"Lah kok daddy udah ada di rumah aja?" Tanya Sean.

"Kenapa emangnya kalau daddy ada di rumah? Gak suka?" Tanya balik William.

"Apaan sih, orang nanya juga... Kan biasanya daddy pulang malem mulu atau gak larut malam."

"Tadi daddy cama mommy cama Ziel abis ke mall dong, Ziel beli banyak mainan, bang Sean gak di beliin." Ledek Ziel sambil menjulurkan lidahnya, anak itu sudah berhenti menangis.

"Ya elah cuma ke mall doang aja, abang mah udah sering kali, sampai bosen malah." Ledek Sean tak mau kalah. Entah mengapa meledek Ziel dan membuatnya menangis menjadi candu baginya.

"Daddy... Abang nakal... Ziel gak mau sama bang Cean." Rengek Ziel pada daddy nya.

"Utututu anak bayi lagi ngadu, sini sini abang kasih dot biar gak nangis." Ledek Sean kembali sembari menunjukkan dot di tangannya pada Ziel dan menggerakkan dot itu ke kanan dan ke kiri.

"Ziel bukan bayi! Ziel gak mau dot! Huaaa... Daddy abang nakal..." Ziel kembali menangis dan itu membuat Sean tertawa terbahak bahak.

Plaak...

"Sssh... Sakit tau..." Keluh Sean mengusap kasar kepalanya akibat di pukul seseorang dari belakang.

"Suka banget bikin baby nangis." Ujar orang yang memukul kepala Sean tadi.

"Udah ya jangan nangis lagi, ntar sesak lho dadanya, tuh lihat bang Kelvin udah kasih hukuman ke bang Sean sampai bang Sean nya kesakitan." Ujar Gracia sambil mengusap lembut punggung bungsunya.

Ziel yang tadi menduselkan kepalanya di dada bidang sang daddy, kini mencoba melirik ke arah Sean yang masih meringis kesakitan. Melihat itu membuatnya berhenti menangis dan menjadi tertawa.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang