Kini Ziel bersama dengan sang daddy berada di ruangan milik William. Ia sedang menyiapkan berkas berkas untuk meeting nanti, sedangkan si bungsu duduk dalam pangkuan William. Tadinya William meminta Ziel untuk duduk sendiri di sofa, tapi Ziel menolak dan hendak menangis karena di pisahkan begitu saja. Ziel memejamkan kedua matanya, ia nampak mengantuk dalam hangatnya pelukan daddy tercintanya.
William memeriksa suhu tubuh Ziel, dan nampaknya panasnya belum kunjung turun. Lalu William menempelkan plester penurun demam di dahi Ziel.
"Baby, daddy akan meeting sekarang. Baby tunggu di kamar aja ya?" Ujar William namun Ziel hanya mengeratkan pelukannya, tanda ia tidak mau di pisah sama sekali walau hanya sedetik saja. William membuang nafasnya dengan kasar. "Baiklah, baby bisa ikut daddy meeting. Tapi ingat, tidak boleh nakal, tidak boleh berisik, baby harus diam dan menjadi anak baik, setuju?"
"Iya daddy~"
Saat sedang meeting, perhatian beberapa orang tertuju pada Ziel yang duduk manis di pangkuan William. Anak itu duduk membelakangi sang daddy dan memperhatikan sekitar, Ziel tersenyum kala pandangannya bertemu dengan orang yang sedang menatapnya. Membuat orang tersebut ikut tersenyum.
William sedang mendengarkan koleganya yang sedang menjelaskan. Ziel ikut serta memperhatikan dengan rasa penasaran.
"Daddy itu apa?"
"Waah kelen, bisa muncul tulisan. Itu apa namanya daddy?"
"Daddy, Ziel boleh nyoba kaya om itu gak?"
"Daddy..."
"Daddy......"
Ziel heboh sendiri, ia melupakan janjinya dengan sang daddy. Ia bahkan sudah turun dari pangkuan William dan melihat lihat sekitar dengan rasa takjubnya. Segala pertanyaan di abaikan oleh William karena ia sedang fokus dengan meeting penting ini.
"Baby..." Tegur William pelan, namun tak di indahkan oleh Ziel karena dia juga sedang asik memperhatikan laptop dari koleganya William. "Jangan lupa dengan janjinya baby." Lanjut William.
"Ya daddy ~" Jawab Ziel.
Orang tersebut merasa tak enak untuk mengusir Ziel, tapi di dalam hati orang tersebut merasa takut jika Ziel menekan sembarang tombol yang mungkin saja bisa merugikannya.
"Jadi, keuntungan apa yang akan kita peroleh?" Tanya Hana yang merupakan seketaris pribadi William.
"Ah ya... Pada tabel selanjutnya disini kita akan mengetahui keuntungan apa saja yang akan kita peroleh...." Orang tersebut beranjak dari hadapan laptopnya menuju layar untuk menjelaskan tabel yang telah ia buat.
Ziel tadi melihat orang tersebut menekan nekan tombol pada benda tersebut, rasa penasarannya kian memuncak dan Ziel pun menekan apa pun tombol yang ada disana.
"Baby stop!" Seru William memperingati ketika melihat ke layar berubah ubah."Iya daddy ~" Ucap Ziel dan sebelum benar benar berhenti Ziel menekan banyak tombol dengan cepat hingga.....
"Aaah..." Jerit orang yang memiliki laptop tersebut karena laptopnya mati. Orang tersebut cuma takut ada file yang kehapus karena sedari tadi Ziel mengotak atik, dan orang tersebut tidak bisa memperhatikan tingkah Ziel karena ia sedang melakukan presentasi.
"Baby!" Bentak William membuat Ziel tersentak lalu berlari menghampiri William dan memeluknya. William melepaskan pelukan Ziel dengan sedikit kasar.
"Robert bawa Ziel ke ruangan saya." Titah William dingin.
"Baik tuan. Ayo tuan muda, ikut saya." Ucap Robert yang segera menggendong Ziel sebelum menunggu balasannya.
"Ndak mau... Ziel mau cama daddy! Turunin Ziel paman, Ziel mau sama daddy!" Teriak Ziel heboh hingga keluar dari ruangan meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...