Setengah tahun berlalu, atau kata lainnya enam bulan telah berlalu dengan cepat. Pipi tirus Ziel kini mulai berisi, kulit putihnya tak lagi pucat, bahkan kedua pipinya memiliki rona merah alami. Mungkin karena Ziel memakan sayur tanpa memilih, dan nampaknya anak itu menyukainya juga. Katanya sih, "Ziel suka makan cayur, Ziel harus makan cayul yang banyak, agar Ziel kuat cepelti popeye! Ziel ci pelaut, tut.. tut.." Anak itu mengatakannya sembari mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan ototnya, yang menurutnya sudah berbentuk bagus seperti popeye, padahal tangan itu tidak berbentuk sama sekali dan sontak membuat Sean tertawa terbahak bahak sementara keluarga lainnya hanya tersenyum merasa lucu.
Bukan itu saja, Ziel rupanya semangat belajar meski otaknya terkadang tidak mudah mengingat atau lebih sering lupa. Sangat kebalikan dengan keluarga Rodriguez lainnya yang pintar pintar, tapi Ziel tidak sebodoh itu kok, karena ia sudah bisa menghitung dengan urutan yang benar dan juga sudah menghafal alfabet meski belum bisa membaca dengan lancar.
Pada hari libur ini, mansion William kedatangan tamu, dan bukan tamu biasa. Bahkan yang datang dalam jumlah banyak serta membawa koper. Koper koper mereka sudah di bawa oleh maid menuju kamar mereka masing masing, serta para maid akan membersihkan kamar tersebut karena mereka semua yang datang secara mendadak tanpa pemberitahuan atau pun undangan.
Semua orang berkumpul di ruang keluarga ke dua yang luasnya lebih besar dari ruang keluarga yang biasa Ziel pakai untuk menonton televisi. Ruang keluarga itu masih berada di lantai satu kok, hanya bersebelahan saja dengan ruang keluarga satunya lagi, dan hanya di batasi tembok yang tidak menutup sepenuhnya.
Ziel duduk di pangku oleh William, anak itu duduk membelakangi sang daddy dan menatap satu persatu orang yang sangat asing baginya. Bahkan mereka semua membalas tatapan Ziel yang sangat menggemaskan, apa lagi jari telunjuk anak itu masuk ke dalam mulut mungilnya untuk di hisap. Sepertinya menghisap jari merupakan kebiasaan Ziel, meski sering kali di larang tapi tetap saja Ziel melakukannya.
"Jadi ini cucu bungsu opa?" Tanya seorang lelaki tua namun masih terlihat tampan.
"Ya dad, ini putra bungsu kami. Baby, perkenalkan diri mu." Jawab William yang kemudian menyuruh Ziel untuk berkenalan.
"Nama Ziel, Aziel Rodigos." Ucap Ziel yang masih kesulitan menyebut nama keluarganya.
"Rodriguez baby." Seru Kelvin.
"Iya abang, Rodigos. Ziel tau abang." Gerutunya dengan bibir yang di majukan seperti bebek.
"Hahaha cucu oma lucu sekali." Ujar seorang wanita tua yang masih terlihat anggun.
"Daddy, meleka siapa?" Tanya Ziel.
"Kenalkan baby, mereka keluarga mu juga. Itu opa dan oma kamu, namanya opa Bryan dan oma Clara. Lalu itu papa Jackson, mama Julia, yang ini papi Jacob dan mami Zahra, dan yang itu ayah Diota. Papa dan papi itu kembar, mereka kakaknya daddy, dan ayah itu adiknya daddy. Opa dan oma orang tua daddy.
Nah buat yang di sebelah sana, mereka itu abang abangnya baby yang lain. Mulai dari yang ujung kanan, itu anaknya papa, namanya Edern, sebelahnya Nevandra, dan sebelahnya lagi Elryo. Kalau yang disana, mereka anaknya papi. Si kembar Cika dan Ciko, Dion, lalu Audrey. Nah terakhir itu anaknya ayah namanya Arkan dan Zain." Ujar William memperkenalkan.
"Terlalu banyak, Ziel bingung." Gerutunya yang tidak bisa mengingat semua nama yang di katakan daddy nya tadi, ia bahkan mengembungkan pipinya membuatnya terlihat sangat menggemaskan, bahkan opa sudah tertawa melihat kelucuan cucu bungsunya.
"Kau benar benar sialan William, kau memiliki anak selucu ini tapi tidak memberi kabar orang tua mu. Jika bukan karena video yang di unggah Sean, entah sampai kapan kita tidak akan tau menau soal ini." Kesal Bryan sedangkan Ziel hanya memperhatikan ucapan sang opa, ada kata baru yang ia dengar yaitu, 'sialan'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...