Pelajaran kedua kelas Ziel sangat ricuh, karena tidak ada guru yang mengajar, bukan berarti mereka tidak di tinggalkan tugas, tentu saja mereka di berikan tugas tapi kebanyakan dari mereka tidak mengerjakannya termasuk Azka. Anak laki laki yang dapat di katakan tinggi untuk seusianya, memiliki paras rupawan dan juga di kenal anak yang ramah tengah asik memerhatikan Ziel yang sedang mengerjakan tugas.
"Kamu kenapa sih dali tadi liatin Ziel terus?" Tanya Ziel kesal sembari menutup bukunya karena sudah selesai dengan tugas yang sedikit itu.
"Kamu gemesin banget sih, Ziel mau ya jadi temen aku. Nanti aku ajakin kamu keliling sekolah buat lihat lihat." Ujar Azka.
"Benelan? Kalau Ziel mau jadi teman Azka, nanti Azka ajakin Ziel keliling sekolah?" Kedua mata Ziel berbinar, ia sangat senang sekali.
"Iya beneran, aku gak pernah bohong tau."
"Ok deh, mulai cekalang Azka temannya Ziel! Asiiik Ziel punya temen sekarang!" Ziel heboh kesenangan, ia pun meloncat ke dalam pelukan Azka. Tentu saja Azka menerimanya dengan senang hati walau sempat ia merasa kaget pada awalnya.
"Ziel, lain kali Ziel gak boleh ya main peluk kaya gini ke orang lain." Tegur Azka takut aja dia kalau ada om om pedofil memanfaatkan sisi Ziel ini.
"Emang kenapa? Ziel biaca kok kaya gini sama abang, kakak, mommy, daddy, papa..."
"Sst... Udah udah, jangan di sebutin satu satu, aku paham kok maksud Ziel siapa aja. Keluarga Ziel kan?" Azka memotong pembicaraan Ziel yang ia duga pasti akan lama jika di biarkan saja. Dan Ziel hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Ziel cuma boleh peluk ke keluarga Ziel sama teman Ziel aja ya, gak boleh sama orang lain apa lagi yang baru di kenal terus berbuat baik ke Ziel." Lanjut Azka."Daddy cama mommy pernah bilang kaya gitu juga sih, katanya nanti takut Ziel di culik lagi kaya waktu itu."
"Kamu pernah di culik?" Tanya Azka terkejut.
"Pernah, dulu banget. Ziel ketakutan pas di sana, tempatnya selem banget. Untung semuanya cepet dateng buat bawa Ziel pulang. Gala gara itu Ziel cekalang takut gelap, kalau gelap Ziel suka keingetan sama tempat itu. Tempatnya agak gelap, banyak anak yang nangis cama suara berisik."
"Kamu gak usah takut lagi ya, aku janji akan lindungin kamu juga. Kamu tau, aku bisa taekwondo, karate, sama muay thai."
"Waah Azka kelen... Kalau Ziel bisa... Hmmm... Bisa...." Ziel nampak sedang berpikir dengan jari telunjuk yang ia ketuk ketukkan pada dagu serta kedua bola matanya yang mengarah ke atas. Tapi setelah Ziel pikir pikir, Ziel kayanya gak bisa apa apa selain makan cookies dan juga bermanja manja dengan anggota keluarganya.
"Bisa apa?" Tanya Azka penasaran.
"Hehehe... Gak ada, Ziel cuma bica makan cookies aja."
Jam istirahat pertama setelah kelas kosong tadi, Azka segera mengajak Ziel berkeliling sekolah. Begitu keduanya keluar dari kelas, Robert dan Oki segera menghampiri.
"Tuan muda mau kemana?" Tanya Robert."Ziel mau keliling sekolah sama Azka, Ziel juga udah bawa botol susu juga kalau nanti Ziel haus." Jawab Ziel.
"Anak yang punya sekolah emang beda, kesekolah aja sampai di kawal." Gumam Azka yang di dengar oleh Ziel.
"Emang ciapa anak yang punya sekolah? Mana mana Ziel mau lihat, mau kenalan juga, Ziel mau lihat pengawalnya juga! Biar nanti bisa main cama paman Robert dan paman Oki, bial meleka gak kesepian pas nungguin Ziel belajar." Seru Ziel antusias.
"Hah?" Azka nampak bingung dengan perkataan Ziel.
"Ayo Azka ajak Ziel ketemu sama anak yang punya sekolah ini!" Ziel menarik narik tangan Azka agar segera di pertemukan dengan orang tersebut.
"Itu kamu Ziel, emangnya siapa!?"
"Ziel?" Tanya Ziel bingung dan melepaskan pegangannya dari tangan Azka.
"Iya kamu, emangnya kamu gak tau?"
Ziel menggelengkan kepalanya. "Emang yang punya sekolah ini daddy ya paman?" Tanya Ziel entah kepada Robert atau Oki.
"Benar tuan muda, sekolah ini milik tuan William. Bahkan tuan Jacob, tuan Jackson, dan juga tuan Diota juga pemilik sekolah ini. Mereka membangun sekolah ini bersama sama." Tutur Oki menjelaskan.
"Ziel balu tau, ternyata daddy keren!"
"Ya udah yuk Ziel kita keliling sekolah, nanti keburu bel masuk."
"Iya!"
Keduanya pun berjalan berkeliling sekolah di ikuti oleh Robert dan juga Oki di belakanganya. Ziel nampak senang sekali dengan sekolahnya yang sangat mewah ini, bahkan gedung untuk sekolah menengah pertama serta menengah atas pun dapat terlihat cukup besar walau jaraknya lumayan jauh. Selesai berkeliling, Azka merasa haus dan ingin pergi ke kantin. Ziel duduk di salah satu bangku yang kosong menunggu Azka datang.
"Hehehe maaf ya lama, tadi aku sekalian beli baso sama sosis bakar, lapar juga rupanya." Ucap Azka dengan kedua tangan yang penuh membawa piring dan gelas.
"Kayanya enak, Ziel juga mau beli aah..." Ujar Ziel yang hendak beranjak dari bangkunya namun di tahan oleh Robert.
"Maaf tuan muda, anda sudah di pesan untuk tidak boleh makan sembarangan." Ucap Robert.
"Ziel gak jajan sembarangan kok, Ziel cuma mau beli yang Azka beli. Oh ya Azka, Ziel ndak punya uang, Ziel gak pelnah di kasih uang tapi Ziel punya kartu yang di kasih cama opa, daddy, papa, papi, cama ayah, kaya gini." Ziel mengeluarkan dompetnya lalu menunjukkan lima buah black card dan itu berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di kantin. "Kata meleka kalau Ziel mau beli sesuatu Ziel bisa pakai kaltu ini." Lanjut Ziel.
"Tuan muda!" Seru Robert dan Oki bersamaan dan mereka juga berseru bersamaan dengan Azka. "Aargh bodoh!!!"
Dengan cepat Robert merapikan kembali kartu kartu itu ke dalam dompet dan menyimpannya di dalam saku jasnya.
"Ish kalian kenapa sih?" Ziel nampak bingung.
"Jangan pernah keluarin black card di tempat umum Ziel.... Bahaya... Bagaimana jika nanti ada yang nyuri kartunya? Kamu tuh masih kecil, nanti bisa di bohongin orang!" Ucap Azka menjelaskan.
"Ya kalau olangnya emang mau, tinggal bilang aja nanti Ziel kasih. Kan Ziel punya lima, buat apa Ziel punya banyak kalau buat beli apa apa halus pakai uang dan Ziel juga di larang beli ini beli itu." Kesal Ziel ia sampai mengembungkan pipinya. Sedangkan Azka yang mendengarnya hanya menghela nafas dengan kasar.
"Tuan muda, kartu yang tuan muda punya ini terdapat banyak uang. Karena tuan muda masih kecil jadi tidak boleh pegang uang yang banyak, takutnya nanti hilang atau jatuh. Jadi tuan besar kasih tuan muda kartu hitam itu untuk mempermudah tuan muda kalau tuan muda ingin beli sesuatu. Semua uang yang tuan muda punya di simpan jadi satu di dalam kartu kartu itu, jadi tuan muda tidak boleh asal mengeluarkan kartu hitamnya seperti tadi. Tuan muda harus bisa jaga baik baik uang di dalam kartu itu biar gak hilang atau ada yang mengambil." Tutur Robert menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...