Chap 43

21.7K 2.2K 26
                                    

Siang ini seluruh keluarga Rodriguez tengah berkumpul di meja makan untuk menyantap makan siang. Namun ada seorang anak kecil yang sejak di keluarkan dari gudang tidak berhenti bersin bersin.
"Haciim... Haciiim... Haciiim...." Beberapa kakak dan abangnya ada yang tertawa kala Ziel sedang bersin, kata mereka, bersinnya Ziel itu terdengar lucu. Apa lagi hidung Ziel sudah memerah, membuat wajah Ziel yang imut semakin imut dan menggemaskan. Sean bahkan merekam hal tersebut dan ia unggah ke media sosialnya. Memang, Sean sejak memiliki Ziel kerjaannya mengambil foto atau video Ziel lalu di unggah ke sosial media miliknya. Padahal sebelum itu, tidak ada postingan apa pun disana. Meski begitu, pengikutnya tetap lah banyak.

"Gala gala opa nih, Ziel jadi pilek." Keluh Ziel yang sedang di bersihkan hidungnya oleh Gracia. "Ziel kan alergi cama debu, haciim..." Lanjutnya.

"Baby gak pernah cerita kan kalau baby alergi sama debu. Kalau baby kasih tau dari awal, opa gak bakalan kurung baby di gudangnya itu." Ucap William.

"Baby alergi apa lagi selain debu?" Tanya Gracia.

"Gak tau, gak ada kayanya cuma debu doang yang Ziel tau. Daddy hukum opa dong, opa kan udah nakal, udah buat Ziel pilek."

"Biar oma aja ya baby yang hukum opa." Saut Clara.

"Ok oma, sayang deh cama oma." Ucap Ziel dengan tangan yang di bentuk love.

"Udah sekarang minum obatnya dulu ya biar cepet sembuh pileknya, abis itu tidur siang."

"Siap mommy."

Beberapa minggu kemudian, semuanya sudah berjalan seperti biasa. Beberapa hari sekali Zaskia dan juga Dio melakukan video call kepada Ziel untuk melepas rasa rindu mereka. Bicara soal Dio, ingatannya sudah kembali. Pada saat ingatannya kembali, Dio segera menghubungi Ziel untuk meminta maaf kalau sebelumnya pernah bersikap dingin terhadapnya. Tapi Ziel tidak merasakan hal itu dan ia bingung kenapa abangnya itu meminta maaf? Jadilah Ziel memanfaatkan dengan meminta mainan barulah di maafkan.

Belajarnya Ziel juga semakin semangat, anak itu sudah makin pinter saja walau terkadang suka bermalas malasan. Tentu tak lupa dengan kenakalannya yang kian menjadi di setiap harinya.
Ketika semua orang pergi dengan kesibukannya, yang bekerja atau pun belajar, Ziel yang di rumah sendiri selalu membuat rumah yang rapih dan bersih menjadi kapal pecah. Seperti halnya saat ini setelah ia usai belajar.

Ziel yang mengendap endap menuju dapur, melihat dua orang maid yang sedang membuat kue. Secara perlahan lahan Ziel mengambil baskom yang berisikan tepung dan kemudian berlari mencari para bodyguard terutama Oki, yang sangat menyenangkan bagi Ziel untuk di kerjai.

Kedua mata coklat Ziel menemukan sosok Oki yang sedang duduk santai di samping rumah sambil meminum segelas kopi panas. Dengan perlahan lahan Ziel berjalan agar tidak menimbulkan bunyi apa pun sehingga Oki tidak menyadarinya. Tapi sayangnya Ziel masih kurang berpengalaman, Oki yang bekerja sebagai bodyguard, tentu saja ia memiliki kesensitifan yang berbeda. Ia menyadari ada langkah kecil yang sedang berjalan di belakangnya. Oki berpikir, jika itu penyusup, sungguh sangat bodoh orang tersebut karena tidak bisa menghilangkan hawa keberadaannya.

Ziel semakin dekat, ia terus berusaha menahan tawanya dari bayangan bagaimana rupa Oki yang sudah di tumpahi terigu. 'Pasti lucu seperti badut.' Batin Ziel.
Oki mendengar kekehan kecil yang tak asing baginya, ia pun menyadari jika itu adalah suara tuan mudanya. Oki meletakkan gelas kopinya, dan bersiap membalikkan badan tanpa mengejutkan Ziel. Lalu, 1... 2... 3...

"Bugh... Brakkk.."

"Aduuuh... Uhuk... Uhuk..."

"Eh, tuan muda..." Oki nampak kaget ketika ia membalikkan badannya, ia melihat Ziel dengan baskom yang terangkat. Ziel terkejut karena Oki tiba tiba balik badan, dan jadilah baskom tersebut jatuh mengenai dirinya yang saat itu dirinya terjatuh karena kaget melihat Oki balik badan. Tepung tersebut mengenai wajahnya serta bajunya, Ziel terbatuk karena ada tepung yang masuk ke mulutnya membuatnya tersedak.

"Haduuuh cuma ada kopi lagi disini." Oki panik, ia ingin memberikan air secepatnya untuk Ziel. Dan dengan sergap Oki menggendong Ziel yang mulai menangis untuk di bawanya ke dapur agar Ziel dapat segera minum.

"Siska... Kasih tuan muda air putih, cepat!" Teriak Oki ketika sudah mendekati dapur.
Siska yang mendengar hal itu dengan segera mengambilkan segelas air dan menyerahkan nya kepada Ziel.

Dengan rakus Ziel menghabiskan minumnya, setelah merasa tenggorokannya baik baik saja, Ziel kembali menangis.
"Tuan muda udah ya nangisnya, lebih baik kita mandi aja bersihin badan tuan muda." Bujuk Siska dan Ziel menganggukan kepala tanda setuju.

Sore menjelang, satu persatu anggota keluarga Rodriguez pulang ke rumah. Sean yang baru saja pulang dan melihat adiknya sedang asik menonton kartun, mencoba menahan tawanya walau tidak berhasil sepenuhnya.

"Abang kenapa ketawa sendirian?" Tanya Ziel penasaran.

"Lucu aja, tadi abang liat di hp abang, ada anak kecil yang kemakan umpannya sendiri. Sampai sekarang bang Sean gak bisa ngelupain itu, haha..." Jawab Sean.

"Ziel gak paham maksud abang."

"Ya udah nanti abang kasih lihat deh video nya tapi sekarang abang mau mandi dulu." Sean pun berlalu menuju kamarnya.

Arkan yang baru saja turun ke ruang keluarga setelah mandi, ia duduk di samping Ziel dan mengusak rambut Ziel hingga berantakan. "Iih bang Alkan apaan sih?! Lambut Ziel jadi berantakan ini, nanti Ziel gak cakep lagi!" Keluh Ziel sambil memukul lengan Arkan.

"Baby cakep kok, selalu cakep mau model kaya apa juga. Bahkan pas mukanya kena tepung begitu juga cakep hahahaha...." Ledek Arkan di akhiri tawa yang cukup kencang.

Ziel mempoutkan bibirnya, ia bahkan bersedikap dada. "Gak lucu ya abang!"

"Lucu tau, lucu banget... Bang Arkan tadi lihat cctv yang di kirimin sama bang Sean, bang Arkan sampai ketawa kencang banget di kelas. Senjata makan tuan nih ya ceritanya, gimana rasanya baby?"

"Senjata makan tuan itu apa bang?"

"Yaa kaya kamu tadi ke Oki, niat mau kerjain tapi malah kena sendiri."

Ziel kesal, ia memandang Arkan dengan sinis, tak lama kemudian Sean datang menghampiri. "Lagi bicarain apa nih?" Tanyanya.

"Itu bang yang tadi, serangan tepung hahaha..." Jawab Arkan.

"Bang Sean, Ziel mau lihat video yang tadi abang bilang." Seru Ziel.

"Yakin nih mau lihat?" Tanya Sean memastikan dan Ziel mengangguk antusias. Pikirnya mungkin video itu bisa menghilangkan rasa kesalnya ke Arkan.

Sean pun menyerahkan ponselnya yang sudah di play video yang di pinta Ziel.
Ziel pun menonton nya, beberapa detik kemudian ponsel Sean di lempar ke sembarang arah, ia semakin kesal ketika melihat isi video tersebut adalah dirinya yang terjatuh dan terkena tepung. "Hahahaha...." Sean dan Arkan semakin kencang mentertawakan Ziel. Hal itu membuat Ziel menangis hebat detik itu juga. Keduanya tetap asik tertawa, sungguh candu sekali membuat si bungsu menangis.

"Plak... Plak..."

"Aw..."

"Sssh... Sakit tau!"

Kelvin yang baru saja pulang dan melihat kejadian itu segera memukul kepala kedua adiknya yang hobi sekali membuat Ziel menangis. Keduanya pun merintih kesakitan karena pukulan Kelvin memang tidak main main.

"Sini baby sama bang Kelvin aja." Kelvin pun menggendong adiknya menuju halaman belakang rumah.

"Lagi sih kalian suka banget bikin baby nangis." Seru Gracia yang sedang berjalan menghampiri dari arah lift.

"Seru aja mom." Jawab keduanya kompak.

Dan begitulah hari hari Ziel, menjahili orang orang rumah di saat sendirian bersama para maid dan bodyguard. Menangis kencang kala Sean dan Arkan meledeknya dan selalu berakhir bersama Kelvin untuk menenangkannya. Yaa terkadang sama abang atau kakak lainnya, tapi cuma Kelvin aja yang benar benar tidak pernah menggoda Ziel. Kalau yang lain, walau pun berusaha mendiamkan tangis Ziel, mereka terkadang menggoda Ziel juga.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang