Ziel yang sedang berlari ke halaman belakang dengan membawa toples yang berisikan cookies, serta botol minum yang ia kalungkan, anak itu sedang menuju rumah pohon tempat favoritnya belakangan ini. Namun langkah kakinya terhenti ketika melihat salah satu anak buah daddy nya baru saja menutup pintu rumah Diego. Dengan tersenyum Ziel berlari ke arah sana, kemudian ia membuka kunci slot dan memasuki rumah Diego.
"Diego... Ziel datang nih mau main cama Diego... Kamu naik dong ke atas." Teriak Ziel tepat di atas tangga memanggil Diego.
Tak lama kemudian Diego datang dengan berlari kecil dan menubruk tubuh kecil Ziel hingga ia terjatuh. Diego menjilati pipi Ziel membuat si empu terkekeh lucu dan mengusap lembut Diego. Kemudian Ziel bersandar pada tubuh Diego dan mengajaknya mengobrol sambil memakan cookies.
"Baby... Apa yang baby lakukan di dalam rumah Diego? Cepat keluar!"
Perkataan Bryan membuat Ziel terlonjak kaget, ia segera bersembunyi di balik tubuh besarnya Diego. "Waah ada monstel, Diego cembunyiin Ziel. Ziel ndak mau di makan monstel." Rengek Ziel membuat Bryan menahan gemas atas perkataannya.
"Baby mau keluar sendiri apa mau opa yang seret keluar?" Tanya Bryan dengan nada bicara yang masih santai, tidak terdengar sama sekali jika ia sedang marah.
"Ziel keluar cendiri opa.... Dadah Diego, nanti kita main lagi ya, kamu jangan kangen cama Ziel, ok?"
Ziel berjalan menghampiri Bryan, kemudian sang opa menggandeng tangan kecil Ziel yang terbebas dari toples. Setelahnya mereka duduk di sofa yang berada di ruang keluarga, disana ada Gracia yang sedang membaca tabloid.
"Baby ketemu dimana dad?" Tanya Gracia.
"Rumahnya Diego, sembunyi disana baby." Jawab Bryan.
"Tadi Ziel main mom sama Diego, Ziel juga nawalin cookies ke Diego tapi Diego nya gak mau. Ziel ikhlas lho padahal." Ujar Ziel bercerita.
"Diego gak makan cookies baby, jadi yaa Diego nya gak mau. Tapi baby pinter ya, mau berbagi."
"Iya dong, kan mommy yang ajalin Ziel kalau kita halus berbagi dan gak boleh pelit." Gracia tersenyum sembari mengusap lembut surai Ziel.
"Baby..." Panggil Bryan dan Ziel menatap takut ke arah sang opa. "Baby tau kesalahan baby apa saat ikut ke kantor daddy kemarin?" Lanjut Bryan bertanya.
"Ziel gak buat calah kok opa."
"Haaah... Anak ini." Bryan menghela nafasnya dengan kasar.
"Baby kemarin buat janji gak sama daddy? Janji untuk jadi anak yang baik?" Tanya Gracia.
"Iya, Ziel udah tepatin janji kok mommy."
"Tapi siapa yang kemarin ganggu daddy lagi meeting? Dan mengotak atik laptop kolega daddy, padahal daddy udah menegur baby. Dan siapa juga yang kemarin menghilang dari ruangan daddy, padahal sudah di bilang untuk menunggu daddy disana? Selain itu, siapa yang kemarin makan sembarangan dan juga minum es bahkan es krim tapi tidak pakai perhitungan?"
"Gak tau mommy, emang siapa? Eh... Tapi Ziel kaya pernah begitu juga deh."
"Baby tau, apa yang baby lakuin itu salah? Dan opa akan menghukum kamu karena tidak mau mendengarkan dan sudah menjadi anak nakal." Sambung Bryan.
"Mommy~" Ziel merengek dan memeluk erat Gracia, Ziel sungguh tidak mau di hukum.
"Kali ini mommy tidak akan membela baby." Ledek Gracia membuat Ziel memanyunkan bibirnya.
"Opa tidak akan menghukum yang berat berat kok baby. Hanya saja opa ingin baby merenungkan kesalahan baby dan janji tidak akan melakukannya lagi. Dan baby harus melakukan itu di dalam gudang." Seru Bryan.
Ziel bergedik ngeri, ia ingat waktu daddy nya menghukumnya seperti itu. Bryan segera mengendong Ziel dan membawanya, sedangkan Ziel meronta ronta ingin turun. Kekuatan Ziel tak seberapa bagi Bryan, jadi Bryan dapat dengan mudah menahan tubuh Ziel yang berisi.
Bryan membawa Ziel ke gudang yang berbeda dengan William yang waktu itu pernah di gunakan untuk menghukumnya. Gudang yang satu ini lebih banyak barang dan berdebu, karena ini gudang milik pribadi Bryan dan ia memang sengaja memerintahkan maid untuk membersihkannya hanya setiap setengah tahun sekali, entah apa alasannya, author sendiri juga gak tau apa. :v
Kini Ziel telah terkunci di gudang tersebut, dan ia memukul mukul pintu memohon untuk di keluarkan. Si bungsu Rodriguez pun menangis dengan sangat kuat.
"Berhenti menangis dan berteriak baby, tenggorokan mu bisa sakit nanti. Ingat kata opa, renungkan kesalahan apa yang sudah kamu buat kemarin." Seru Bryan kemudian meninggalkan Ziel disana."Opa nakal, Ziel ndak cayang opa lagi! Nanti Ziel aduin opa ke daddy bial opa di pukul cama daddy kalena udah nakal sama Ziel!" Teriak Ziel setelah ia berhenti menangis.
"Ugh... Hidung Ziel mulai gatel." Keluhnya.
Bryan kini turun ke ruang bawah tanah untuk menemui anak serta cucu cucunya di ruang penyiksaan. Bryan hanya mengamati apa yang berada disana. "Sudah selesai?" Tanya nya.
"Udah opa, mati duluan dia." Jawab Edern.
"Baru juga lima belas kali di sengat listrik, udah mati duluan dia." Sambung Sean.
"Ziel sudah di hukum dad?" Tanya William.
"Lagi daddy kurung di gudang, biar baby renungkan kesalahannya." Jawab Bryan.
"Bagus deh, jadi baby gak akan liat kita keluar dengan noda darah yang nempel di badan kita." Seru Arkan.
"Urus mayatnya, kirim ke rumahnya." Titah Diota kepada anak buah yang berada disana. Setelahnya semuanya kembali ke kamar masing masing untuk membersihkan diri.
Satu jam kemudian di kediaman Baskara.
Jasad dari Brian telah tiba, Elsa hanya mampu melihat sekilas keadaan sang suami yang penuh dengan luka. Sedangkan Samuel hanya menatap dengan pandangan yang kosong. Di hati keduanya, mereka merasa marah, sedih, sakit, kehilangan, dan juga kecewa. Jauh di dalam lubuk hati Samuel, tersirat rasa dendam dan ingin membalas perlakuan keluarga Rodriguez. Namun pemikiran itu hilang ketika sang ibu mengatakan..."Jangan pernah berpikir untuk membalas perbuatan mereka, kita tidak akan pernah bisa untuk menang. Semua ini salah papa mu yang sudah berani membangunkan singa yang lapar, kita harus bisa menerimanya sekarang. Memang menyakitkan melihat sosok yang kita sayangi tewas dalam keadaan yang mengerikan apa lagi kita tau siapa pelakunya. Tapi kembali lagi kita harus mengingat, kita, tidak akan pernah bisa menang melawan mereka."
"Iya ma, aku tau itu... Aku tidak akan berniat untuk membalas dendam, apa lagi adik aku di rawat dengan baik disana. Dan aku rasa ini adalah balasan yang tepat untuk papa terima karena ingin menyingkirkan darah dagingnya sendiri, dan juga untuk balasan nyawa yang sudah di renggut." Ucap Samuel.
"Mulai sekarang kita akan membuka lembaran baru tanpa sosok papa mu, dan jangan sampai di masa mendatang kamu juga menurunkan sifat buruk itu."
"Tidak akan ma, sifat aku sepenuhnya turun dari mama bukan dari papa."
"Mama percaya sama kamu." Elsa dan Samuel saling berpelukan untuk sejenak. "Wisnu, tolong urus pemakaman Brian." Lanjut Elsa memerintahkan Wisnu.
"Baik nyonya." Jawab Wisnu kemudian ia membawa jasad Brian dengan hati yang hancur dan penuh dengan kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...