Sekarang sudah malam, keluarga Rodriguez pun juga sudah makan malam. Saat ini Ziel seorang diri di ruang keluarga utama yang besar, sejak kedatangan keluarganya yang lain, Ziel tidak lagi menonton di ruang keluarga yang sebelumnya ia kenakan. Ruangan itu hanya di gunakan Ziel di saat belajar bersama dengan miss Kayla, bahkan di ruangan tersebut sudah tersedia papan tulis serta meja lipat untuk Ziel.
Ziel yang tengah asik meminum susu coklat dan menonton televisi merasa dirinya terpanggil oleh seseorang yang tak asing lagi baginya. Ziel melihat ke segala arah mencari sumber suara, begitu matanya bertatap dengan mata orang tersebut, Ziel tersenyum dan berlari ke arah teras belakang, karena orang itu berdiri disana.
Setelah Ziel membuka pintu kaca yang di geser itu, ia berseru memanggil orang tersebut. "Nenek! Ziel kangen lho sama nenek, kok nenek gak pernah datang temuin Ziel lagi cih?" Ujarnya sambil mengerucutkan bibir dan kedua tangan yang bertolak pinggang.
"Maaf ya cucunya nenek yang imut, tapi sekarang nenek sudah datang kan temuin Ziel." Ucap orang yang memanggil Ziel tadi, dan orang tersebut adalah nenek yang memberi nama Ziel.
"Nenek... Ziel cekalang seneng deh, soalnya cemuanya cayang sama Ziel. Mommy, daddy, abang, kakak, oma, opa, papa, mama, papi, mami, sama ayah. Ziel juga bisa makan apa aja yang Ziel mau, Ziel juga punya banyak mainan lho nek. Ayo nek masuk kita ke kamal belmain Ziel, ada banyak mainan." Ziel sangat berantusias.
"Ziel sayang... Maafin nenek, nenek datang kesini karena nenek mau pamit sama Ziel, nenek sekarang sudah merasa tenang karena Ziel udah ada yang jagain dan banyak yang sayang sama Ziel. Sekarang waktunya nenek buat pergi."
"Nenek mau pergi kemana? Ziel boleh ikut?" Tanya polos Ziel dengan kepala yang sedikit di miringkan.
"Tidak sayang, Ziel gak bisa ikut nenek. Nanti mommy sama daddy Ziel nyariin lho kalau Ziel ikut pergi sama nenek, emangnya Ziel mau lihat mereka nangis?"
Ziel menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ziel gak mau buat mommy nangis."
"Kalau begitu Ziel disini aja ya, biar nenek aja yang pergi."
"Nenek pelgi kemana sih? Lama gak?"
Nenek itu tersenyum, kemudian tangannya terangkat menunjuk langit membuat Ziel mengikuti kemana arah tangan itu mengarah. "Nenek akan pergi ke langit sana, dan nenek tidak akan kembali lagi. Kalau Ziel kangen sama nenek, Ziel kirimin do'a ya buat nenek, nanti nenek akan temuin Ziel di mimpi."
"Nenek naik pecawat ya buat pelgi ke langitnya?" Sang nenek hanya tersenyum saja tanpa menjawab, kemudian tubuh sang nenek kian menjauh dengan melambaikan tangan ke arah cucunya itu. Ziel pun ikut melambaikan tangan dan nenek sudah tak lagi terlihat.
"Tuan muda, kenapa tuan muda ada disini? Ayo masuk tuan muda, ini sudah malam. Angin malam sangat tidak baik untuk anda." Ucap Robert yang baru saja kembali ke rumah setelah mendapatkan tugas dari William dan melihat tuan mudanya hanya berdiri lalu melambaikan tangan. Robert bahkan memperhatikan sekitar untuk mencari siapa yang tadi sempat bertemu dengan tuan mudanya ini, namun ia tidak melihat ada siapa pun disana.
"Gendong..." Rengek Ziel kepada Robert, sang bodyguard pun segera menggendong tuan mudanya ala koala.
Ziel meminta Robert untuk di antarkan ke kamar, karena tiba tiba saja ia merasa mengantuk. Robert mengetuk pintu kamar William dan Gracia, hingga akhirnya Gracia keluar dari kamar dan menerima Ziel ke dalam gendongannya setelah Ziel merengek meminta di gendong olehnya.
"Baru aja mommy mau turun temuin baby, eh baby udah naik duluan." Ucap Gracia, ia berada di kamar karena ia tadi mandi. Gracia sempat mengajak Ziel yang hanya sendirian di ruang keluarga, tapi Ziel menolak karena masih ingin menonton kartun.
Ziel di rebahkan di atas kasur, kedua matanya segera tertutup dan ia pun langsung terlelap. Gracia tersenyum melihat bungsunya yang lucu itu, dan ia pun mencium kening Ziel dengan penuh kasih sayang. Gracia kini ikut berbaring sambil memeluk Ziel.
Satu jam kemudian, Ziel terbangun dengan tubuh yang mengeluarkan keringat dingin. "Mommy... Hiks... Hiks... Mommy bangun..." Ucap Ziel membangunkan Gracia dengan tangisan yang pilu.
"Ada apa baby? Kenapa menangis, hmm?" Tanya Gracia tersenyum namun seketika senyum itu pudar ketika melihat banyak nya keringat pada kening si bungsu, dengan segera Gracia menempelkan tangannya pada kening Ziel untuk mengecek suhu tubuhnya.
"Pucing mommy... Huaaa... Pucing banget..."
"Astaga, baby panas banget." Dengan segera Gracia mengambil baju ganti untuk Ziel serta jaket. Setelah mengganti baju dan mengenakan Ziel jaket, Gracia segera menggendong Ziel dan berlari keluar kamar dengan berteriak memanggil suaminya.
Sangat kebetulan William baru saja keluar dari ruang kerjanya, ia segera menghampiri istri dan anak bungsunya itu. "Ada apa?" Tanyanya.
"Baby panas mas." Jawab Gracia dan ia terlihat sangat panik.
"Kamu turun dulu ke bawah, aku ambil kunci mobil. Kita segera ke rumah sakit."
"Baby kenapa mom?" Tanya para abang dan kakak yang sedang berada di ruang keluarga, setelah mereka sibuk dengan kegiatannya, mereka kini berkumpul untuk mengobrol, menonton televisi atau pun bermain game di ponsel masing masing. Mereka melihat mommy yang sedang menggendong Ziel dengan keadaan yang kurang baik.
"Baby panas, mommy lagi nunggu daddy, kita mau ke rumah sakit."
"Ayo sayang!" Seru William begitu ia tiba di lantai bawah. Dengan segera mereka bertiga pergi begitu saja.
Tentu bukan hanya mereka saja, para abang dan kakak juga segera bersiap siap untuk menyusul. Edern selaku cucu pertama segera menemui opa dan oma nya yang berada di kamar, dan memberitahu perihal Ziel yang sedang sakit. Kemudian semua anggota keluarga Rodriguez telah pergi menuju rumah sakit miliknya meninggalkan mansion megah nan mewah.
Setibanya disana, Alex pun juga tiba. Tadi di dalam perjalanan, William menghubungi Alex untuk segera datang. Ziel segera di periksa oleh Alex, dan anak itu kini sudah terlelap tidur. Alex keluar dari ruangan Ziel dan di sambut oleh seluruh keluarga Rodriguez. "Anak ku bagaimana keadaannya?" Tanya William yang masih cemas.
"Tidak apa, hanya demam biasa walau agak tinggi sih. Sekarang Ziel lagi tidur, kalian bisa masuk tapi jangan berisik. Sekarang aku mau pulang." Jawab Alex.
"Terima kasih banyak nak Alex." Ucap Clara lembut.
"Ini sudah tugas ku mom, jangan berterima kasih. Aku lah orang yang seharusnya selalu berterima kasih ke mommy dan daddy, jika bukan karena bantuan kalian, aku belum tentu sukses seperti ini dan dapat berdiri serta memakai pakaian yang sudah ku impikan sejak kecil. Apa yang ku lakukan ini tidak dapat membalas jasa kalian." Ujar Alex dan ia memeluk Clara yang sudah di anggap seperti ibunya sendiri.
Alex merupakan teman William sejak sekolah dulu, Bryan dan Clara sudah menganggap anak sendiri bahkan mereka menyayanginya sama seperti anak kandung mereka. Alex pernah di bantu oleh orang tua William ketika ia dan keluarganya mengalami kesulitan. Kedua orang tua Alex kini berada di luar negri membantu mengurusi perusahaan Bryan, Alex memiliki seorang adik, namun sayang ia telah meninggal karena suatu penyakit. Padahal Bryan sudah membawa adiknya Alex itu berobat ke luar negri, tapi yang namanya umur, siapa yang tahu?
Kek nya bikin sad end seru nih
😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...