Chap 55

17K 1.7K 13
                                    

Ziel masih menangis tersedu sedu, di hadapannya ada Andri yang sedang berdiri menatapnya dengan seringai jahat.
"Om, dimana mama Ziel? Kata bang Falhan mama Ziel mau ketemu cama Ziel?" Tanya Ziel berusaha keras menahan isakannya.

"Mama mu itu sudah melupakan mu, mama mu sekarang menjadi gila karena keluarganya sudah hancur dan itu gara gara kamu." Jawab Andri tidak memperdulikan bagaimana perasaan Ziel.

"Gak, mama gak mungkin lupain Ziel! Mama gak gila! Om yang gila!"

"Terserah aja sih percaya apa gak, tapi itu kenyataannya. Mama kamu itu gak sayang sama kamu, dia udah lupain kamu, dan kamu itu cuma anak pembawa sial baginya. Itulah sebabnya kamu di buang."

"Huaaa... Gak... Itu gak benel... Mama cayang cama Ziel, mama gak mungkin lupain Ziel. Huaaa.... Ziel bukan anak pembawa sial... Huaaa... Haaaa....." Seru Ziel yang menangis dengan kuat, ia sudah tak tahan untuk menahan tangisannya.

"Astaga berisik sekali anak ini. Hei, tutup mulutnya dan ikat tangan juga kakinya. Aku sudah gak sabar ingin bermain main."

"Lepasin... Gak mau... Hemmm... Mmm..." Ziel terus meronta ketika anak buah Andri melakukan tugasnya.

"Hahaha... Akhirnya tiba juga untuk aku melakukan pembalasan. Rodriguez, kalian akan rasakan bagaimana rasanya kehilangan anak angkat kalian. Yaah, siapa yang sangka Tuhan berpihak padaku. Anak anak kalian yang tidak mudah untuk ku musnahkan, dan kalian tiba tiba mengangkat anak. Tuhan memberikan ku kemudahan untuk melakukan balas dendam ini. Nyawa harus di bayar dengan nyawa."

Andri mendekat, ia mengeluarkan pisau lipat lalu menempelkannya pada pipi kanan Ziel. Anak itu gemetar, ia bahkan memejamkan kedua matanya kala pisau itu menekan kuat di pipinya hingga darah mulai keluar dan membasahi pakaian Ziel.

"Ugh... Huh..." Ziel merasa sakit pada pipinya, tubuh kecil itu meronta ronta di atas bangku. Andri tertawa kencang, ini baru permulaan baginya. Lalu Andri menarik kuat rambut Ziel, ia menepuk nepuk pipi sebelah kiri Ziel kemudian ia mencoba untuk mencekik bungsu kesayangan Rodriguez itu.

"Braaaak!"

Suara pintu terbuka dengan sangat kencang, membuat semua orang yang berada disana mengalihkan pemandangannya. Andri juga ikut melihat siapa orang yang berani mengganggu kesenangannya itu tanpa melepas tangannya dari leher jenjang Ziel.

"Andri sialan! Jauhkan tangan kotor mu itu dari anak ku!!!" Ucap William dengan nada tingginya. William sangat emosi ketika ia melihat Ziel sedang di cekik, apa lagi ada darah pada pipi kanan Ziel yang mulus.

"Wah wah wah... Siapa sangka secepat ini kalian sudah tiba. Aku baru saja memulai kesenangan ku, apa kalian tidak bisa datang satu jam lagi, setelah nyawa anak angkat mu ini melayang."

"Bedebah kau Andri!"

"Lepasin Ziel, kita selesaikan urusan kita. Kau punya masalah dengan ku bukan soal Joy dan juga putra mu itu." Seru Diota.

"Memang benar, tapi apa kau pikir aku akan mengatakan 'baiklah, mari kita selesaikan urusan kita tanpa melibatkan anak ini.' hahahaha tentu saja tidak. Nyawa harus di bayar dengan nyawa!" Seru Andri.

"Anak mu mati bukan karena kesalahan kami! Anak mu mati karena ulah mu dengan Joy! Di saat kalian sedang menyerang mansion kami, apa kau tidak tau kalau anak mu sedang menyelinap masuk ke dalam mansion kami pada malam harinya. Anak mu itu datang hanya untuk bertemu dengan Joy. Tapi peperangan terjadi dini hari, anak mu mati karena ulah kalian, dia mati karena menjadi korban!"

"BERHENTI BICARA OMONG KOSONG!!! Menyelinap kata mu? Anak sekecil itu bagaimana mungkin bisa menyelinap masuk ke mansion kalian tanpa ada yang tahu!"

"Tentu saja kita tahu, dan aku memberikan izin anak mu untuk masuk ke dalam mansion dan aku juga memberikan izin anak mu untuk bertemu dengan Joy. Tapi pada saat itu Joy belum pulang, jadi aku membiarkan anak mu untuk istirahat sambil menunggu Joy pulang. Tapi, belum juga mereka bertemu, kau dan Joy menyerang mansion kami secara gila gilaan. Bahkan Joy tidak perduli dengan nyawa anaknya sendiri, Azkan dan juga Zain yang nyaris terbunuh oleh tangan Joy sendiri. Peperangan itu...."

"STOP!!! KU BILANG BERHENTI BICARA OMONG KOSONG!!! SEMUA SALAH MU DAN KELUARGA MU!!! KALIAN SUDAH MEREBUT JOY DARI TANGAN KU DAN JUGA MEMBUNUH ANAK KU!!! KALIAN HARUS MENERIMA BALASANNYA!" Andri memberi perintah kepada anak buahnya untuk menyerang keluarga Rodriguez.
















"Doorrr..."

"Aku sudah tepati janji ku untuk membuat mu bertemu dengan ibu mu. Dan juga ini bayaran karena sudah membuat cucu bungsu ku dalam bahaya." Ucap Bryan setelah menarik pelatuk hingga membuat kepala Farhan bersarang peluru.

"Urus mayat nya." Titah Nevandra kepada anak buah Rodriguez yang ikut bersama dengan mereka.

"Ayo kita segera pergi menemui Andri dan jemput baby." Ucap Jackson.



























"Buugh... Baaagh.... Bugh...."
Suara adu pukul terdengar cukup kuat, kedua belah pihak tidak ada yang mengalah. Mereka semua berusaha untuk menang atas perintah dari bos mereka.

Sementara itu Diota beserta William sedang berusaha menangani Andri yang tidak melepaskan Ziel sama sekali. Andri menjadikan Ziel sebagai tameng, sehingga membuat Diota dan William lebih berhati hati. Di saat salah satu dari mereka memajukan sedikit langkahnya, dengan cepat Andri mencekik leher Ziel begitu kuat. Andri terus menyeringai melihat wajah gusar Diota, target utama dari balas dendamnya. Walau pun Ziel bukan anak angkat dari Diota, tapi Andri tau, bahkan semua orang tau, kalau semua anggota keluarga Rodriguez saling menyayangi satu sama lain. Seperti mereka itu saudara kandung bukan sepupu, seperti mereka anak kandung bukan keponakan atau pun anak angkat. Jadi, jika Ziel ia bunuh, maka semuanya akan merasakan sakit seperti kehilangan anak kandungnya sendiri.

"Jangan ada yang berani mendekatkan diri kalian, atau anak ini... akan segera ku patahkan tulang lehernya. Hahahaha...." Ancam Andri di akhiri dengan tawa yang keras.

"Doorr...."

"Seharusnya kau berterima kasih karena ku buat mati setelah kau merasa senang, dasar brengsek!" Umpat seseorang yang berdiri di belakang Andri, dan orang itu yang telah membunuh Andri dengan senjata api.

"Baby!" Teriak William dan Diota bersamaan.

"Daddy... Ziel takut daddy...." Rengek Ziel yang sudah berada di dalam pelukan William.

Suara tembakan itu juga membuat para anak buah mengakhiri perkelahiannya. Anak buah Andri menundukkan kepala merasa sedih kehilangan bos mereka, sementara anak buah dari Rodriguez tersenyum lega karena tuan muda kecilnya telah berhasil terselamatkan.

"Kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Kelvin pada pelaku pembunuh Andri.

"Aku merindukan adik ku, berniat ingin bertemu dengannya sepulang sekolah. Yah, siapa yang sangka rupanya aku melihat adik ku sedang di bawa orang lain. Jadi aku berinisiatif untuk mengikutinya." Jawab orang itu yang tak lain adalah Samuel.

"Lalu kenapa kau tidak segera menghubungi kami, haah?" Tanya Sean sedikit menaiki nada bicaranya.

"Aku sudah menghubungi om William berulang kali, tapi tidak di angkat."

"Anak anak, ayo kita pergi." Seru Diota dan mereka semua pun pergi meninggalkan rumah tersebut.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang