Sepulang sekolah, Ziel pulang bersama dengan dua bodyguard nya aja tidak bersama dengan kedua abangnya, karena kedua abangnya pulang lebih sore dari pada Ziel. Ziel bahkan mengajak Azka untuk datang bermain ke rumahnya tadi saat di kelas, tapi Azka menolak. Bukan karena tidak mau, tapi setelah sekolah Azka ada latihan karate.
Setibanya di rumah, Ziel segera berlari menghampiri mommy nya yang kebetulan sedang berkutat dengan laptop di ruang keluarga. Ziel memeluk erat Gracia seakan ia sangat merindukan sang mommy yang sudah tidak di jumpa nya selama berbulan bulan. "Baby nya mommy udah pulang, bagaimana tadi sekolahnya?" Tanya Gracia.
"Seru mom! Ziel juga udah punya temen namanya Azka. Azka itu kelen mom, dia bica beladiri dan katanya Azka akan jagain Ziel." Jawab Ziel antusias.
"Ih keren, bayi nya abang udah punya temen yang bisa jadi pengawal juga." Seru Sean yang datang menghampiri.
"Kok abang di lumah? Gak kuliah?" Tanya Ziel bingung.
"Ini abang mau jalan kuliah, abang ada kelasnya sore doang."
"Kok bisa?" Ziel nampak bingung, karena yang ia tahu soal belajar di sekolah atau kuliah itu, pergi pagi pulangnya paling lama yaa sore. Nah ini, kalau berangkat nya sore terus pulangnya kapan?
"Yaa bisa lah, makanya cepet gede biar cepet kuliah nanti juga tau gimana."
"Berarti abang nginep di kampus abang?"
"Ya gak lah baby, ngapain juga abang nginep. Kaya gak punya rumah aja."
"Lah abang kan belangkatnya core, terus pulangnya malam kan? Kata opa kan gak boleh pulang malem, abang juga pasti ngantuk kan kalau malem."
"Sok tau nih bocil, udah aah abang berangkat dulu biar gak kesorean."
"Hati hati ya nak." Ucap Gracia.
"Hati hati abang, belajal yang bener ya biar pintel kaya Ziel." Seru Ziel sambil melambaikan tangannya. "Mommy, Ziel ke kamal ya Ziel ngantuk."
"Sini cium mommy dulu." Setelah Ziel mencium kedua pipi Gracia, Ziel pun berjalan menuju kamarnya untuk tidur. Anak itu bahkan tidak mengganti seragamnya dan langsung saja tidur.
Hari telah berganti dengan cepat, kini sudah satu minggu Ziel bersekolah.
Banyak anak anak di kelasnya mendekati Ziel untuk mengajaknya mengobrol, dan mereka hanya berani saat di dalam kelas saja, mereka takut jika mengajak Ziel mengobrol di luar kelas karena kedua bodyguard Ziel selalu menatapnya membuat mereka merasa risih, cuma Azka aja yang tidak berpengaruh.Siang ini Ziel sedang sendirian di dalam kelas, Robert dan Oki masih setia menunggu Ziel di depan kelas. Sesekali mereka mengintip tuan muda nya melalui jendela. Jika kalian bertanya kemana Azka? Maka jawabannya dia sedang beli baso dan sosis bakar di kantin. Saat ini, ketika Ziel sedang menunggu Azka, ada seorang kakak kelas yang sudah menduduki bangku kelas enam, masuk dan menghampiri Ziel yang sedang asik makan cookies.
"Hai Ziel, boleh kenalan gak?" Tanya kakak kelas itu yang merupakan anak perempuan yang cantik, Ziel saja sempat tak berkedip melihat kecantikannya.
"Boleh, aku Ziel kamu siapa?" Tanya balik Ziel dengan bibir yang terdapat rempahan cookies.
"Nama ku Oline, aku kelas enam. Oh ya Ziel, aku boleh berteman gak sama kamu? Soalnya kamu lucu banget, gemesin, aku pengen deh punya adik kaya kamu."
"Ziel emang gemesin sih hehe... Kak Oline boleh kok berteman sama Ziel. Kak Oline cantik banget makanya Ziel mau berteman sama kakak."
"Makasi Ziel. Oh ya, karena sekarang kita udah berteman, aku minta nomer hp kamu dong, biar gampang kita komunikasinya."
"Ziel gak punya hp kak, kalau kak Oline mau telpon Ziel kak Oline bisa telepon ke telpon rumah aja. Teman kelas Ziel juga begitu kok."
"Masa kamu gak punya hp sih? Kamu kan anak bungsu nya bapak William, masa gak punya hp. Anak anak lainnya aja punya lho, kamu gak mau apa punya hp kaya mereka?"
"Kata daddy dan abang Kelvin, Ziel belum boleh punya hp. Katanya hp buat orang yang udah gede, jadi nanti kalau Ziel udah gede baru di beliin hp."
"Iih kata siapa? Kamu di bohongin tuh Ziel. Anak anak juga boleh kok punya hp, nih aku aja punya." Oline menunjukkan hp nya. "Teman kelas kamu juga punya kan?" Tanya Oline dan di jawab anggukan oleh Ziel.
"Nah berarti hp boleh kan buat anak anak, kamu di bohongin tuh Ziel." Lanjut Oline membuat Ziel merenung, ia berpikir apakah yang di katakan Oline ini benar? Tapi selama ini keluarganya tidak ada yang pernah bohong ke dirinya.
Oline yang melihat Ziel terdiam secara terang terangan ia bersmirk. "Kamu mau punya hp gak?" Bisik Oline.
"Hmm... Ziel mau, jadi Ziel bica main game sendiri gak usah pinjem hp yang lain."
"Nah kalau begitu, kamu tinggal beli aja sendiri gak usah bilang bilang sama keluarga kamu, nanti aku temenin deh pas kamu mau beli. Kamu kan punya banyak black card, kamu bisa beli apa pun yang kamu mau pakai kartu itu. Gimana?"
"Ziel halus bilang mommy atau daddy dulu."
"Jangan... Nanti yang ada kamu gak akan di izinin beli hp. Kita belinya diam diam tanpa mereka tau, terus kalau bisa kita pergi tanpa bodyguard kamu. Kita akan menyelinap pergi dan tunggu waktu yang tepat, ini akan jadi rahasia kita berdua."
Ziel tersenyum, Ziel merasa ini seperti petualangan baru bagi nya hingga membuat Ziel bersemangat. "Ok!" Jawab Ziel antusias.
"Rahasia apa?" Tanya Azka yang baru masuk ke dalam kelas dan mendengar perkataan Oline tentang rahasia. Azka menatap Oline dengan sangat sinis dan dingin.
"Aku kembali ke kelas dulu ya Ziel, bye bye." Ucap Oline sambil melambaikan tangannya, ia bahkan tidak menatap Azka.
"Un.. Bye bye kak Oline." Ziel membalas lambaian Oline.
Azka duduk di bangkunya, menatap Ziel dengan tatapan menelisik. "Rahasia apa?" Tanya Azka dengan suaranya yang dingin.
"Yang namanya lahasia kan gak boleh di kasih tau ciapa siapa."
"Aku temen kamu lho Ziel, kamu tega gak mau kasih tau aku."
"Ish Azka ndak boleh gitu... Kita emang temen, tapi kan kak Oline pelcaya sama Ziel buat nyimpen rahasianya, jadi Ziel gak boleh bilang ke siapa ciapa telmacuk Azka."
"Ya udah kalau gitu, aku gak jadi bagi kamu baso bakarnya. Padahal aku berniat mau bagi kamu diam diam biar gak ketahuan sama dua paman di depan itu."
"Kok Azka jahat cih sama Ziel! Azka kan udah niat mau bagi Ziel, berarti Azka harus kasih Ziel."
"Salah siapa gak mau kasih tau rahasia apa dan milih diam sendiri, padahal aku teman kamu, sahabat kamu, tapi kamu malah main rahasia rahasiaan kaya gitu sama aku. Kalau sama anak lain sih gak masalah, tapi jangan sama aku."
Ziel mengerucutkan bibirnya, ia menatap lantai di bawah dan bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian Ziel berkata. "Kata kak Oline, Ziel lucu dan gemesin, kak Oline mau jadi kakaknya Ziel selama di sekolah."
Azka merasa tak percaya dengan ucapan Ziel tersebut, tidak mungkin bukan jika hanya itu saja di jadikan sebuah rahasia.
"Kamu gak bohong kan?" Tanya Azka yang hanya di jawab Ziel dengan anggukan."Ya udah ini aku kasih satu aja, kamu mau sosis apa baso? Tapi makannya nunduk ya biar gak ketahuan."
Ziel menatap Azka dengan berbinar. "Makasi Azka, sayang Azka banyak banyak. Ziel mau cocis!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...