Chap 12

43.3K 3.9K 29
                                    

Sean melihat adik kesayangannya muntah muntah, merasa panik dan ketakutan. Dengan wajah pucat dan perasaan yang gelisah, Sean menghampiri Ziel dan mengusap usap punggung adiknya itu. "Baby kenapa? Apa ada yang sakit? Masih mau muntah? Muntahin aja lagi baby..." Seru Sean.

"Ziel gak apa abang... Ziel cuma enek sama lasa susunya." Ujar Ziel seraya menyerahkan botol kepada Sean.

"Astaga... Abang kira kamu keracunan, ya udah sini, abang kasihin ke mommy biar di ganti aja susunya."

"Ok abang."

Setelah Sean mulai menjauh, Ziel dengan segera berdiri dan berlari menuju halaman belakang. Karena tempat tersebut belum Ziel datangi untuk melihat. Beberapa maid dan bodyguard yang sedang berjalan, mereka tidak menyadari bahwa tuan muda mereka sedang mengendap endap. Hingga akhirnya... Hap... Ziel meloncatkan kakinya yang tanpa alas itu pada rumput di halaman belakang. Ziel tertawa pelan, ia merasa senang dengan apa yang di lakukannya saat ini. Ziel melihat kanan kiri berulang kali, halaman belakang mansion cukuplah luas, serta ada beberapa pohon buah yang lumayan tinggi.

Dengan senyuman yang tak luntur di wajahnya, Ziel berlari kesana kemari serta kedua tangan yang ia rentangkan ke samping. Ziel berseru "Pecawat telbang, awaz awaz minggir semuanya, atau nanti Ziel tablak. Hihihi.".

Langkah kaki itu terhenti ketika ia melihat sebuah kolam yang sangat besar. Ziel duduk di pinggirnya sambil menatap ke dalam air jernih itu, beruntung halaman belakang mansion memiliki pencahayaan yang bagus di malam hari, bahkan ada satu lampu tembak yang berada di teras belakang mengarah ke halaman, sehingga membuat halaman belakang tidak gelap pada malam hari.

"Kok gak ada ikannya cih? Daddy ngapain buat kolam ikan besal kaya gini kalau ndak ada ikannya. Besok Ziel minta daddy beliin ikan aja deh, kasihan kan kolamnya kalau ndak ada temennya."

Abis itu Ziel kembali beranjak dan berlari lagi, kini ia berhenti tepat di depan sebuah kandang besar yang terbuat dari besi. Pada kandang itu juga memiliki lampu di dalamnya, sehingga Ziel bisa melihat jelas.
"Mana hewannya ya? Pus... Pus meong... Guk guk guk guk... Ish, mana cih hewannya, udah Ziel panggilin juga." Ucap Ziel cemberut karena tidak ada satu pun hewan yang keluar.

Mata Ziel terpaku pada tembok yang berada di dalam sana, karena itu bukan tembok pembatas di kandang tersebut. Ziel memiringkan kepalanya kala ia mendengar suara dari balik tembok itu. "Awrrrrr..." Seketika tubuh Ziel menegang setelah melihat hewan yang keluar dari balik tembok tersebut.

Sementara itu di dalam rumah...
Sean yang menghampiri mommy nya dan mengatakan bahwa baby tidak suka susu rasa pisang, yang katanya enek sampai muntah muntah gitu, kini kembali menuju ruang keluarga dengan susu rasa strawberry dengan botol lainnya. Tapi mata Sean tidak melihat keberadaan Ziel, membuatnya kalut dan berteriak memanggil anggota keluarga lainnya.

"Mommy! Daddy! Bang Kelvin! Baby hilang!"

Suara Sean yang cukup keras itu membuat semuanya datang menghampiri. Mungkin saja Kelvin dan William memang sudah turun dan baru saja keluar dari lift, sehingga mampu mendengar teriakkan dari anak tengahnya itu.

"Ada apa Sean?" Tanya William.

"Baby hilang dad! Aku cuma tinggal sebentar aja buat gantiin susu baby, soalnya dia gak suka rasa pisang, pas balik lagi kesini baby udah gak ada." Jawab Sean.

Kelvin dengan raut datarnya merasa cemas, bagaimana bisa adik bungsunya ini menghilang? Apakah ada yang menculiknya? Jika iya, berani sekali orang itu masuk ke dalam kandang macan.

"Udah jangan tegang, tadi pagi baby juga ngelakuin ini. Kita cari ke setiap sudut yang ada, baby sangat penasaran dengan mansion dan suka menghilang untuk melihat lihat tanpa izin kita terlebih dahulu. Cari juga di halaman depan, belakang, serta ruang bawah tanah. Aah tidak usah, baby tidak mungkin bisa berada disana. Ya sudah kita berpencar untuk mencarinya." Tegas William kepada ke dua putranya dan juga para bodyguard.

Tapi belum juga mereka berpencar, mereka di kejutkan dengan teriakan Ziel meminta tolong dan jika di perhatikan dari suaranya, nampaknya Ziel juga menangis. Sial, umpat ke tiga pria yang berbeda usia itu. Pikiran mereka jadi negatif dan juga sudah sangat emosional.

"Daddy tolong! Mommy! Abang! Huaaa... Tolong, Ziel takut! Huaaa...." Teriak histeris Ziel sembari menangis kencang.

"Baby!" Teriak mereka semua yang sedang berlari menghampiri sumber suara Ziel, di ikuti oleh para bodyguard dan beberapa maid, termasuk Robert yang telah di tunjuk sebagai bodyguard pribadi Ziel dan juga bi Siska yang merupakan kepala pelayan untuk maid perempuan.

Ziel menoleh ke samping, wajahnya nampak pucat karena ketakutan. Kedua pipinya basah, hidungnya memerah, aah sial kenapa nampak begitu menggemaskan?

Mereka semua yang melihat Ziel ketakutan di depan kandang kucing besar milik William merasa lega dan hilang sudah rasa emosi, cemas, dan khawatir mereka. Rupanya pikiran buruk yang mereka kira Ziel hilang di culik orang lain di mansion salah besar, jika saja William tidak ingat dengan pesan Alex, mungkin setelah ini William akan menghukum bungsunya yang mulai nakal.

Bicara soal kandang kucing besar milik William, bukan kah kandang tersebut berada di ruang bawah tanah? Lalu kenapa di halaman belakang juga ada? Apa William memiliki dua? Maka jawabannya tidak. William hanya memiliki satu ekor kucing besar berwarna putih, ia sudah memeliharanya sejak kucing besar atau biasa di sebut macan putih itu saat masih bayi. Jadi Diego, nama untuk macan putih itu, sangatlah jinak terhadap William dan juga keluarga Rodriguez lainnya.

Lalu bicara soal kandang, William sengaja membuat dua kandang, satu berada di ruang bawah tanah, satu lagi berada di halaman belakang, dimana ke dua kandang itu terhubung. Ingat dengan tembok yang berada di dalam kandang? Di balik tembok itu di buat tangga yang membuat si Diego dapat menuju bawah atau atas. Kedua kandang tersebut sama sama terbuat dari besi, atau bayangkan saja seperti sel penjara, dan atap yang berada di kandang atas terbuat dari kaca, agar Diego dapat merasakan hangatnya matahari pagi.

Baiklah, sekarang kembali pada Ziel.
Kedua kaki Ziel nampak kelu, ia tidak bisa menggerakkannya itu sebabnya Ziel terbujur kaku di hadapan Diego. Ingin sekali Ziel beranjak dan meloncat ke dalam pelukan daddy nya, tapi tubuhnya tidak mau mendengarkan apa yang di perintahkan oleh otaknya.

Dengan sigap William meraih bungsunya dan menggendongnya ala koala. William menghapus jejak air mata pada pipi yang masih tirus itu. Gracia mengusap lembut punggung Ziel yang masih bergetar ketakutan. Kelvin hanya menatap Diego dingin, jika bukan karena peliharaan sang daddy, sudah di pastikan Diego akan mati di tangannya karena sudah membuat adiknya menangis ketakutan. Sedangkan Sean, ia sedang mencoba menahan tawanya karena adiknya yang masih ketakutan bahkan setelah mereka semua datang.

"Tidak apa baby, tidak usah takut. Ini teman daddy sejak lama namanya Diego. Diego baik kok, jangan menangis lagi ya." Ucap William mencoba menenangkan.

"Itu hewan apa dad? Kok daddy belteman sama hewan? Tapi mukanya nyelemin dad, Ziel takut." Ujar Ziel yang menyembunyikan wajahnya di dada bidang William dan sesekali melirik ke Diego.

"Itu macan putih baby, manusia boleh kok berteman dengan hewan, mereka kan sama sama makhluk hidup, jadi kita tidak boleh menyakiti mereka, dan kita harus menyayangi mereka." Kali ini Gracia yang bicara, membantu untuk menenangkan bungsu mereka. Sedangkan si bungsu, hanya menganggukkan kepala tanda mengerti, dan tangisannya pun sudah berhenti.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang