Pagi menjelang... Ziel mulai membuka matanya, ia melihat sekitar, dan ada mommy nya yang ketiduran di samping ranjangnya. Tangan kecil itu mengguncang pelan tangan Gracia. "Mommy..." Panggilnya. Gracia yang mendengar segera bangun dan memeriksa suhu tubuh Ziel dengan tangannya, Gracia bernafas lega karena panasnya sudah mulai turun.
"Baby sudah bangun, apa ada yang baby rasa? Kepala baby masih pusing?" Tanya Gracia sambil mencium kening si bungsu.
"Macih mommy, kepala sama tangan kili Ziel cakit. Infusnya boleh di lepas?" Tanya balik Ziel dengan puppy eye nya.
Gracia mencubit gemas hidung sang anak karena tak tahan dengan kegemasannya. "Nanti ya tanya om Alex dulu, baby kan masih sakit, jadi baby butuh infus dulu."
Ckleek
Pintu terbuka, Gracia dan Ziel menatap pintu penasaran siapa yang akan masuk.
"Daddy..." Rengek Ziel ketika melihat siapa yang datang."Baby udah bangun."
Cup... Cup... Cup ...
William mencium kedua pipi gembul Ziel dan juga keningnya."Daddy infusnya lepas ya? Boleh? Tangan Ziel cakit." Pintanya.
"Tidak boleh, nanti aja ya di lepasnya. Kalau baby nurut, nanti daddy beliin mainan."
"Benelan daddy?"
"Iya sayang, kapan daddy pernah bohong?"
"Asiiik, makasi daddy."
"Tapi sekarang sarapan dulu ya baby, tuh daddy udah bawain bubur buat baby makan." Ucap Gracia yang melihat bungkusan yang di bawa oleh sang suami.
"Ndak mau bubur mommy." Ziel kembali merengek.
"Baby lagi sakit, jadi mam nya pakai bubur dulu ya sayang." Bujuk Gracia.
"Ndak mau mommy, hiks... Ndak mau bubul, ndak enak hiks..." Ziel kini malah menangis, anak itu teringat bagaimana rasa bubur saat pertama kali masuk rumah sakit.
"Ini daddy beli di luar lho, bukan bubur rumah sakit, rasanya lebih enak." Ujar William.
"Ndak mau daddy, Ziel gak mau bubur! Hiks..."
"Eh cucu opa udah bangun, kenapa kok nangis sih?" Tanya Bryan yang baru saja masuk ke kamar rawat Ziel. Jadi tengah malam mereka semua kembali ke mansion dan menyisakan Gracia dan William yang menjaga Ziel. Dan pagi ini mereka datang kembali secara berpisah, karena mereka memiliki kesibukannya sendiri. Yang masih sekolah atau kuliah akan datang siang nanti saat pulang.
"Opa... Ziel ndak mau makan bubur." Rengek Ziel kepada Bryan berharap kali ini ada yang membantunya.
"Kalau gak makan bubur terus baby mau makan apa? Baby kan lagi sakit, biar perutnya mudah mencerna jadi baby makan bubur dulu ya, nanti kalau udah sembuh baru boleh makan apa aja yang baby mau."
"Ziel mau makan nasi goleng ayam!" Teriak Ziel sambil melipatkan kedua tangannya di dada, dan entah sejak kapan ia sudah berhenti menangis.
"No baby!" Seru ketiganya secara bersamaan.
Ziel memajukan bibirnya. "Nasi goleng atau tidak makan sama sekali!" Seru Ziel membuat ketiganya membulatkan mata. Dari mana si kecil ini belajar berkata seperti itu? Sedang mencoba mengancam kah? Apakah itu akan berhasil? Hohoho tentu saja tidak.
"Siapa yang mengajari mu berkata seperti ini, hmm..." Tanya Gracia gemas dan mencubit pelan pipi Ziel yang mengembung.
"Daddy. Kan daddy seling bilang gini ke Ziel, satu lobot atau tidak sama sekali. Satu es krim atau tidak cama sekali." Ziel mengingat setiap kali Ziel menginginkan lebih dari apa yang dia dapat, daddy nya selalu mengancam demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...