Chap 26

27.4K 2.8K 44
                                    

"Argh sial! Keluarga Hernandez sudah tau lagi soal anak sial itu! Seharusnya dari awal ku buang saja dia jauh jauh, kenapa juga waktu itu gak kepikiran untuk menjual dia saja! Argh!!! Sial! Sial! Sial!!! Mereka pasti akan mencari tau tentang ayah kandung anak sialan itu! Tidak!!! Mereka tidak boleh tau! Aku harus bungkam semua keluarga Hernandez dan membuang bukti sejauh mungkin, jangan sampai kesayangan ku tahu perihal ini. Ya benar, aku harus segera menyuruh orang melakukan ini, musnahkan semuanya tanpa sisa! Aku tidak mau kembali kehidupan ku yang dulu!"

Pria yang mungkin sudah berkepala empat lebih itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Suruh orang untuk membantai habis keluarga Hernandez, dan bawa anak sial itu, aku akan menjualnya ke pelelangan."

Tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, orang tersebut sudah memutuskan panggilannya. Ia yang sejak tadi berdiri di dekat kaca jendela pada ruangannya, kini kembali duduk di bangku kebesarannya. Ia meletakkan ponselnya dengan senyum jahatnya. Mungkin ia belum mengetahui bahwa ada keluarga lainnya yang jauh lebih kuat yang di miliki oleh anak tersebut. Keluarga yang akan menjadi binatang buas bila kesayangannya terluka.





---------------





"Siapa yang menyuruh kalian?!" Tanya Roni kala kumpulan musuh telah datang, ia dan Pras sama sekali tidak mengenal siapa mereka, besar kemungkinan mereka adalah pembunuh bayaran.

"Hei pak tua, memangnya kau pikir aku akan mengatakan siapa tuan kami? Tentu saja tidak bodoh! Jika kalian masih ingin hidup, lebih baik katakan sekarang juga dimana anak sial itu?" Tanya seseorang dari mereka yang mungkin saja dialah bos nya.

"Siapa yang kau maksud anak sial? Disini tidak ada anak sial yang kau cari itu!"

"Pura pura bodoh! Kalian, hajar mereka, jangan beri ampun."

Para musuh mulai menyerang, bahkan mereka tidak perduli terhadap Zaskia dan juga Dito yang merupakan masih anak di bawah umur. Mereka semua berkeroyok untuk menghajar satu orang, karena kurangnya jumlah, dan mereka berkeroyok, alhasil keluarga Hernandez berhasil di lumpuhkan. Roni bahkan mendapatkan luka tusuk di dadanya, mungkin hampir saja terkena organ vital. Suara yang begitu gaduh terdengar jelas hingga ke lantai dua, hingga membuat Ziel terbangun.

Anak itu membuka kedua matanya secara perlahan lahan, ia tidak mendapati siapa pun di kamar tersebut. Ziel bahkan berseru memanggil kakek dan kedua kakaknya, namun tidak juga ada yang datang.

Ziel yang mendengar suara bising yang sangat asing di telinganya, bahkan tak ada henti hentinya. Anak itu pun memutuskan turun dari ranjang dan berjalan menuju lift untuk turun kebawah. Lift terbuka, langkah kecilnya tidak berhenti untuk bergerak maju. Ziel menatap bingung dengan apa yang terjadi.

"Kakek... Papa... Kak Zaskia sama bang Dito kok tidul disini cih? Kenapa gak tidul aja di kamal? Nanti sakit lho badannya tidul di lantai. Kakek... Ziel mau cucu..." Ujar Ziel yang jaraknya tidak terlalu jauh dari mereka berempat.

"Bingo! Ketemu juga anak sial itu, dan dengan sendirinya datang menemui ajal." Seru bos dari musuh tersebut.

Roni yang masih memiliki kesadaran meskipun tipis, ia mencoba menghadap ke cucu bungsunya yang terdiam di tempat, menatap takut para musuh yang berkumpul.

"Om semua ciapa? Om lagi main ya sama kakek, papa, kakak dan abang? Yang om pegang itu apa? Kok yang lainnya beldarah?" Tanya Ziel bingung namun juga takut.

"Pergi! Lari!" Ucap Roni kepada Ziel namun anak itu masih tidak paham.

Bugh

"Aakh!" Kepalanya Roni di injak, Ziel menangis melihat itu dan hendak menghampiri Roni.

"Per...gi...!" Lirih Roni dan Ziel segera berlari.

"Tangkap anak sial itu!"

Ziel berlari sekuat tenaga menuju halaman belakang, karena ia tidak bisa lari keluar rumah melalui pintu utama yang sudah di halangi musuh tersebut. Sebenarnya Ziel belum tau tentang rumah ini, ia juga tidak tahu harus pergi kemana. Maka dari itu Ziel memutuskan untuk mengumpat saja. Ziel melihat ada sebuah drum, ia berusaha keras untuk memasuki drum tersebut. Air mata Ziel tidak berhenti keluar begitu juga dengan detakan jantungnya yang berpacu sangat cepat. Jujur, Ziel sangat ketakutan saat ini!

"Ketemu!" Ucap seseorang yang sebenarnya melihat kala Ziel bersembunyi di drum itu.





"APA KATAMU! SIAL!" Umpat seseorang yang baru saja menerima panggilan telepon entah dari siapa.

"Ada apa dad?" Tanya pria muda.

"Mansion Hernandez di serang, baby menghilang. Kelvin, cepat lacak keberadaan baby!"

"Baik dad."

Pria yang menerima telepon itu adalah William, ia mendapat telepon dari Febrian. Sangat mengejutkan sekali ketika ia pulang dan melihat mansion ayahnya sudah banjir akan mayat, mungkin? Dengan perasaan resah, Febrian memasuki mansion. Ia tersulut emosi kala melihat anggota keluarganya sudah tak bergerak, tapi ia masih belum tau tentang keadaan mereka, apakah masih hidup atau tidak.

Asisten Febrian sudah melakukan tugasnya begitu melihat mansion yang berantakan. Ia bahkan memanggil bantuan untuk mengurusi orang orang yang kalah itu, yang masih bernafas meski pun tipis akan segera di larikan ke rumah sakit langganannya atau pun milik William. Febrian juga berlari menyusuri mansion dan berseru memanggil keponakannya, namun nihil, ia tidak berhasil menemukannya.

Dengan perasaan yang sakit, Febrian menghubungi William.

"Mansion di serang, sebagian orang tewas dan Ziel menghilang..."

William yang mendengar perkataan itu segera naik darah, ia berteriak dan mengumpat. Lalu memutuskan panggilan secara sepihak, ia kemudian memerintahkan Kelvin untuk melacak keberadaan Ziel. Jadi di daun telinga Ziel terdapat pelacak yang di tanamkan, tidak ada yang menyadari kapan itu di lakukan, bahkan aku aja sedang berpikir kapan waktu William melakukannya, kenapa gak bilang bilang dulu coba... >_<'

William pun mengatakan hal ini ke anggota keluarga lainnya. Mereka semua juga naik darah, ingin segera menghabisi orang yang sudah berani menculik bungsu mereka.
Balasan lebih kejam akan sangat pantas untuk mereka. Namun entah mengapa hingga sore hari, Kelvin belum juga berhasil menemukan jejak sang adik. Hal ini membuat mereka semua semakin geram, bahkan anak buah mereka yang di kerahkan masih belum juga mendapatkan kabar baik tentang bungsu kesayangan mereka.

Hingga akhirnya menjelang malam, Kelvin mulai menemukan radar dari alat pelacak yang ada pada telinga Ziel. Kelvin berseru mengatakan lokasinya dimana itu berada di kota sebelah, dan juga nampaknya itu merupakan tempat... pasar gelap yang akan di adakan malam ini.

Dengan sergap mereka semua pergi menuju tempat tersebut, hanya saja para wanita di larang ikut oleh Bryan. Padahal wanita di keluarga Rodriguez itu sangat pandai bela diri dan juga sadis, tapi Bryan tetap melarangnya. Jadilah mereka menunggu di rumah dengan rasa tak suka dan juga gelisah memikirkan Ziel.

Mereka berdo'a agar para lelaki sampai di sana tepat waktu, mereka semua berharap agar si bungsu tidak terluka dan dengan segera kembali ke mansion.

'Baby, tunggu kita datang!'

'Bertahan lah baby!'

'Kita akan segera datang menjemput mu!'

'Jangan pernah pergi meninggalkan keluarga mu baby!'

'Semoga kita datang tepat waktu!'

'Baby...'


















































































Udah seminggu dan aku up 1 chap
Berarti ini gak termasuk hiatus kan
Toh dari awal di samping judul udah aku kasih tau slow update
Tapi nyata nya jarang lho aku slow update nya wkwkwk

Udah aja ya,
Up nya satu minggu sekali
Itu juga 1 chap
Hehehe 🙈 🤣

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang