Sean menatap Kelvin horor, kenapa abangnya ini suka datang di saat yang tidak tepat?! "Ctaak!" "Sssh... Sakit bang, astaga.." Keluh Sean karena Kelvin menjitak kepalanya tidak kira kira.
"Hobi banget bikin baby nangis." Ucap Kelvin dengan menatap Sean tajam. "Sini baby sama bang Kelvin aja." Lanjut Kelvin kepada Ziel dan si adik langsung berlari menghambur dalam pelukan Kelvin.
"Bang Sean nakal abaaang... Masa katanya mau cuapin Ziel tapi makanannya di habicin sama bang Cean. Telus bang Sean mau malahin Ziel juga cama mau di hukum." Adu Ziel.
"Gak bang cuma bercanda doang tadi, lagi juga abang kenapa udah di rumah aja sih? Masih siang juga bukannya kerja." Seru Sean mengalihkan pembicaraan.
Kelvin tidak mengindahkan ucapan Sean, ia mencium kedua pipi gembul Ziel dengan penuh kasih sayang. "Baby mau makan lagi gak sama abang? Bang Sean kita tinggalin aja, biar nanti malam bang Sean di hukum sama pocong."
"Ya elah bang, gak asik banget becanda nya pakai bawa bawa pocong segala. Merinding tau dengernya." Keluh Sean yang sudah mulai membayangkan bagaimana malamnya nanti kalau dia masih saja mengingat ucapan Kelvin itu.
"Iya bang, nanti malam Ziel panggil pocongnya buat nemenin bang Sean bobo." Seru Ziel antusias.
"Baby jangan dong, jangan di panggil ya... Abang tadi cuma becanda doang gak beneran, jangan ya... ya...." Bujuk Sean tapi Ziel justru menjulurkan lidahnya. Sean ingat ketika Ziel dulu bisa melihat neneknya yang sudah meninggal, ia jadi takut jika Ziel benar benar bisa melihat makhluk halus bahkan memanggilnya. Lebih baik malam nanti Sean tidur bareng saudara yang lain aja deh, cari aman.
Kini Kelvin sedang menyuapi Ziel makan, ia sengaja pulang saat jam istirahat karena merindukan adik bungsunya. Setibanya di rumah ia justru melihat kelakuan adik tengahnya yang sedang menjahili si bungsu hingga menangis. Padahal dulu yang pengen banget punya adik itu Sean, giliran punya adik malah di buat nangis terus. Apa sebenarnya Sean pengen punya adik cuma buat di bikin nangis aja?
Setelah selesai makan, Kelvin pun membawa Ziel ke kamar milik Ziel untuk di ajaknya tidur siang. Begitu Ziel sudah terlelap, Kelvin pun kembali ke kantor.
"Jaga baby, jangan di buat nangis lagi." Titah Kelvin kepada Sean sebelum berangkat kerja."Giliran soal baby aja, panjang bener itu kalau ngomong." Gumam Sean yang langsung di tatap tajam oleh Kelvin. "Iya iya... Udah sana jalan kerja lagi." Lanjut Sean takut di bunuh abangnya sendiri.
Saat malam, ketika semua orang sedang berkumpul. Kelvin tengah asik memangku Ziel yang sedang menonton karton kesukaannya dengan sebotol susu di tangannya. Yang lain memandang iri Kelvin, ia sudah memonopoli Ziel sejak semalam.
"Baby gak mau sama mommy?" Tanya Gracia dan Ziel mulai memberanikan diri menatapnya lalu sedetik kemudian ia menatap Kelvin. Yang di tatap justru tersenyum tipis yang di sadari oleh Ziel.Dengan perlahan Ziel menghampiri Gracia lalu memeluknya. "Mommy udah gak malah lagi sama Ziel?" Tanya Ziel pelan.
"Gak kok sayang, maafin mommy ya karena udah marah ke baby. Maafin juga daddy, papa, papi, opa dan yang lainnya ya baby."
"Iya mommy... Tapi benelan gak marah lagi kan cama Ziel?"
"Bener baby. Sini cium dulu." Gracia pun menciumi seluruh wajah Ziel membuat Ziel tersenyum lebar. Kemudian Ziel berjalan menghampiri satu persatu para anggota keluarganya karena mereka juga mau mencium dan memeluk si bungsu Rodriguez.
"Ya saya sudah mendapatkan data tentang anak itu. Saya tidak akan bergerak gegabah, tidak bisa kah anda menunggu sedikit lebih lama? Hei pak tua! Jangan macam macam ya! Tunggu sebentar lagi! Disini nyawa saya taruhannya! Anda memang tidak pernah perduli ya dengan saya, itu sebabnya anda membuang saya dan ibu saya sejak dulu demi wanita jalang seperti dia! Dengar ya pak tua... 'Tut... Tut... Tut...' Aaarghh sialan!!! Dasar bajingan tua!!! Ku harap kau cepat mati membusuk!!! Bajingan sialan!!!"
Satu minggu telah berlalu, masa hukuman homeschooling Ziel pun telah usai. Kini anak itu sudah bersiap siap untuk pergi ke sekolah dengan di antar kedua pengawal pribadinya tentu juga dengan kedua abangnya yang juga masih sekolah. Ziel terus bernyanyi di sepanjang jalan, ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan teman kelasnya dan juga Azka. Ziel sangat merindukan mereka semua.
Namun setibanya di sekolah, teman sekelasnya hanya membalas sapaan Ziel lalu segera pergi menjauh. Ziel menatap mereka bingung. Ziel duduk di bangkunya menanti Azka yang belum datang. Tapi Ziel merasa risih dengan keadaan kelas yang menurutnya tidak seperti biasanya itu. Hingga akhirnya Ziel mencoba bertanya pada teman yang duduk di depan bangkunya.
"Koko... Koko... Ziel mau tanya dong, teman teman pada kenapa ya? Kok rasanya beda gitu? Meleka kok gak negur Ziel lagi? Apa meleka cemua lupa sama Ziel karena Ziel gak macuk masuk sekolah? Koko gak lupa kan sama Ziel kaya meleka?" Tanya Ziel kepada temannya yang bernama Maiko.
"Mereka semua takut bernasib sama dengan..."
"Kamu mau bilang apa? Jangan bicara omong kosong." Perkataan Maiko di potong oleh Azka yang baru saja datang. "Kamu jangan mikir yang aneh aneh deh Ziel, mereka semua itu cuma gugup karena nanti ada ulangan, bukan karena ada apa apa." Lanjut Azka memberi alasan palsu ke Ziel dan anak itu tentu saja percaya.
"Ziel kangen deh sama Azka, nanti pulang sekolah main yuk ke rumah Ziel."
"Kalau besok aja gimana? Nanti aku ada latihan musik."
"Azka bisa main musik juga? Ziel juga mau dong bica main musik kaya Azka, tapi Ziel maunya main gitar. Ziel lihat di tivi olang yang main gital itu kelen dan juga terkenal. Ziel mau telkenal telus masuk tivi!"
Azka mengusak rambut Ziel dengan tersenyum. "Kamu mau apa emangnya kalau terkenal? Jadi terkenal itu gak enak, kalau kamu mau pergi kemana mana gak bisa bebas, kamu harus tutupin muka kamu biar gak di kenalin orang lain. Kalau sampai orang lain tau kamu, nanti yang ada kamu di kejar kejar sama penggemar kamu. Nanti jadinya kalau Ziel mau beli mainan ke mall, Ziel jadi gak bisa lama lama untuk milih. Intinya setiap kali kamu mau keluar rumah, kamu harus pergi ngumpet ngumpet."
"Gak mau! Gak mau! Ziel mana cuka kalau pelgi harus kaya gitu! Ziel kan mau nya kalau pelgi bisa berlama lama dan gak mau sembunyi cembunyi. Ya udah deh Ziel gak jadi aja buat mau telkenalnya!"
"Terus kalau latihan gitarnya gimana? Masih mau apa gak?"
"Gak mau juga! Kalau Ziel bisa main gital nanti Ziel terkenal, kalau udah telkenal nanti Ziel gak bisa kemana mana. Ziel gak mau Azka!"
"Iya... Iya... Terserah kamu aja anak bayi..."
Dalam hati Azka. 'Kalau tiap orang bisa main gitar langsung terkenal, gak akan ada pengamen di dunia ini Ziel...'
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...