Malam menjelang, Ziel sedang asik bermain di lantai enam bersama dengan Elryo, Sean, Arkan, dan juga Zain. Ziel sekarang sedang mencoba bermain basket, namun berhubung dia tidak sampai, jadilah Ziel di naikkan ke atas. Anak itu berdiri di depan pembatasnya dan melemparkan bola yang di berikan oleh Elryo. Mereka semua sudah bermain sejak sore tadi sekitar jam empat. Awalnya tidak ada Elryo, ia baru datang menyusul setelah jam enam kurang.
"Anak anak sudah dulu ya mainnya, waktunya makan malam." Ucap Julia yang datang menghampiri.
"Ayo abang, mama udah manggil. Ziel juga udah capek." Ujar Ziel yang merentangkan tangannya ke pada Elryo meminta untuk di gendong, dengan senang hati Elryo menggendongnya hingga turun ke bawah.
"Baby, ada kakek juga lho di bawah." Tutur Julia sambil mengusap surai Ziel.
"Asyiiik ada kakek!" Ziel berseru senang.
"Echa di kirim ke rumah sakit jiwa sama Pras. Anak ku itu tidak tahan di kurung di ruang bawah tanah yang gelap dan bau amis, dia jadi gila. Sampai sekarang kita masih belum tau siapa ayah kandung Ziel." Ujar Roni menjelaskan keadaan Echa, anaknya.
"Dia tidak tahan hal seperti itu, tapi tidak memikirkan bagaimana anaknya yang ia kurung selama ini hingga enam tahun lamanya." Kesal Bryan.
"Kakek!" Teriak Ziel yang sudah melihat sang kakek di meja makan. Roni berdiri dan menghampirinya, Ziel merentangkan kedua tangannya ingin sekali di gendong oleh kakeknya.
"Cucu kakek, kangen gak sama kakek?" Tanya Roni.
"Ziel kangen cama kakek, cama abang dan kakak juga!"
"Nanti abis makan mau gak menginap di rumah kakek? Hari minggu besok Ziel baru pulang kesininya."
"Mau! Mau! Ziel mau liat rumah kakek! Ziel juga mau bobo bareng kakek!"
"Ya udah kita makan malam dulu ya."
Kemudian mereka semua makan malam bersama, dengan Ziel yang di suapi oleh Clara. Sesekali anak itu berceloteh tentang permainan yang dia mainkan tadi, serta tentang Arkan yang bertengkar dengan Zain. "Ziel jadinya nontonin abang belantem deh, Ziel juga cemangatin bang Zain biar menang." Ujarnya.
"Baby jahat emang gak mau belain bang Arkan." Ucap Arkan dengan berpura pura sedih.
"Ziel maunya belain bang Zain, soalnya nama kita kan milip. Bang Arkan kan di belain cama bang Sean, kalian itu cocok soalnya, sama cama isengin Ziel. Jadinya Ziel ndak suka ndak mau belain." Ziel mengingat tadi di saat Sean mengganggunya kala mencoba mengambil boneka yang di apit, bahkan Arkan juga tak kalah mengganggu, serta tak terlupakan untuk mencubit pipi gembul Ziel dan menciuminya. Dan pada saat itu Zain membantu Ziel terbebas dari mereka berdua.
Acara makan malam usai, segala keperluan Ziel serta beberapa pakaian juga sudah di masukan ke dalam koper kecil milik Ziel yang entah kapan di belinya, dan entah siapa yang membelinya. Seperti inilah salah satu koper milik Ziel yang di milikinya tanpa ia memilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Ziel (Ended)
Short StoryCerita ini hanya ada di Wattpad dan Kubaca, jika kalian menemukan cerita yang sama di platform lainnya, tolong segera hubungi aku, makasi sebelumnya 😊 . . . . . Seorang anak berusia enam tahun yang sudah merasakan kekerasan dari sang ayah, dan tera...